And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
Well, me-I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I amThinking Out Loud, Ed Sheran
---
Kemarin, kami sudah merencanakan akan pergi ke rumah Ayah dan Ibu. Itu sudah menjadi rutinitas, pokoknya seminggu sekali harus mengunjungi mereka. Jadi sore ini sebelum berangkat menuju rumah Ayah dan Ibu, aku mengajak Niga berbelanja terlebih dahulu untuk di bawa sebagai bingkisan.
Dapat kulihat, beberapa orang melirik kearah kami di supermarket ini. Memang ada yang salah dengan diriku? Atau Niga? Buru-buru aku meneliti penampilan Niga. Tidak ada yang salah. Lalu aku beralih pada penampilanku sendiri. Kuyakin juga-tidak ada yang salah.
"Niga! What's wrong? Aku?" aku berbisik pada lengan Niga, maklum tinggi kami terpaut jauh. Dan aku tidak suka memakai hak untuk menutupi perbedaan itu.
Niga tengak-tengok mengamati keadaan sekitar. Aku juga kembali mengamati, anehnya semua yang tadi menatap buru-buru beralih. Niga mengedikkan bahu sambil menaruh sebuah sabun cuci muka setelah aku menunggunya lama-hanya untuk membaca keterangan pada kemasan.
Troli kembali bergerak, aku sedikit berlari menyusul Niga. Aku memerintahkannya menuju blok sembako "Belok ke sembako"
Beras,gula,bumbu,mi instan,tepung, banyak yang harus kita beli dan semuanya sudah masuk ke dalam troli. Niga yang mendorong tampak menekuk muka. Pasti berat mendorongnya. Tadi sehabis pulang dari rumah sakit, dia harus membuka praktek pribadinya yang bertempat di depan rumah. Lalu begitu selesai, aku langsung mengajaknya bersiap ke rumah Ayah dan Ibu. Biasanya juga begitu, tapi hari ini Niga terlihat sangat letih. Kalau aku tidak bekerja, Niga yang melarangku. Dan akhirnya, aku hanya di ijinkan mengadakan les privat di rumah kami. Saat ini aku memiliki dua orang murid, keduanya kerabat teman Niga juga. Ya, seandainya kalian tahu bagaimana caranya Niga meluluhkan aku yang begitu keras. Aku saja sampai sekarang tidak menyangka bahwa selama ini menuruti segala kemauan Niga. Dan akan begitu seterusnya.
"Niga? Aku aja yang dorong" tanganku menyingkirkan tangan Niga dari pegangan troli. Namun Niga segera menyingkirkan balik tanganku dan kembali mendorong.
"Nggak usah"
"Nggak papa" aku meringis dan kembali meletakkan tangan di pegangan troli.
"Nggak"
"Papa" troli berhenti di dorong. Niga menunduk menatapku, wajahnya semakin lelah. Namun pandangannya sangat mengintimidasi. Hampir aku menunduk, tapi kembali kutegakkan kepala, membalas tatapannya.
"Kamu capek" ujarku setelah sekian lama beradu pandang.
"Iya" jawabnya cepat, dia masih menatapku. Tepat di mata dan tetap mengintimidasi serta hampir marah. Yang terakhir, itu yang membuatku mengalah. Aku menundukkan kepala seperti biasanya saat aku menuruti kemauan Niga. Tapi biasanya cara Niga membuatku menurut tidak seperti ini. Biasanya dia akan menjelaskan panjang lebar maksud yang di inginkannya hingga aku paham dan menurut. Sepertinya Niga benar-benar lelah.
"Maaf," ucapku sambil menunduk. Niga menghembuskan nafas, saat kulirik dia sedang memejamkan mata. Aku kembali menunduk.
"Aku cinta kamu"
Kepalaku terangkat, menatap Niga. Senyum tipis dan terkesan agak di paksa terbentuk di wajahnya yang kuyu. Mengerjapkan mata beberapa kali baru aku tersenyum dan kembali menunduk. Aku yakin, dia mengucap kata-kata untuk menenangkan dirinya sendiri. Itu sudah menjadi kebiasaannya. Bayangkan jika dia terus melawanku yang keras kepala yang baru mau menurut jika mendengar penjelasan dengan keadaannya yang tidak baik-baik untuk menjelaskan. Dan aku yang tidak sadar keadaannya jika dia tidak menjelaskan. Adu mulut ini tidak akan berakhir. Mungkin saja berakhir tapi dengan cara Niga pergi meninggalkanku, dia mencari waktu untuk sendiri lalu aku yang menangis tidak terima.
Jadi kata-kata 'aku cinta kamu' yang keluar dari mulut Niga ketika kami sedang bertengkar, kini seolah menjadi alarm bagiku. Pengingat untuk aku sadar tentang keadaan Niga. Tapi ini pertama kalinya aku sadar hanya dengan tatapan yang Niga berikan.
"Jangan marah. Maaf. Aku cinta kamu" aku membalas ucapannya masih sambil menunduk. Niga menghembuskan nafas lagi dan aku kembali meliriknya. Tangan kirinya terentang sedang tangan kanannya memegang troli.
"Ayo," sekarang ada senyum hangat yang biasanya memang ada di wajah Niga.
"Kita dorong bersama" aku tersenyum, kami bukannya berjejer dan mendorong troli. Tapi aku masuk diantara troli dan tubuh Niga dan kami berjalan maju.
Bukankah tadi aku bilang untuk selanjutnya aku akan selalu menurut pada Niga? Iya, tapi prosesnya harus tetap sama. Ada dua cara, pertama, Niga dengan penjelasannya. Dua, kita berdebat-niga menenangkan diri-aku yang tersadar dan akhirnya mengalah. Tapi hari ini ada cara ketiga, tapi kuharap ini hanya terjadi sekali. Mendengar Niga mengucap 'aku cinta kamu' untuk menenangkan diri sendiri lebih baik daripada aku yang langsung tertunduk karena tatapannya.
Aku bisa bilang itu karena tidak terima, tapi sebenarnya aku takut.
Aku bisa bilang baru sadar saat Niga mengucap 'aku cinta kamu' untuk menenangkan diri, padahal sebenarnya aku menolak mengerti karena tidak ada penjelasan.
Ya, aku sadar aku egois dan keras kepala. Tapi mau bagaimana? Mungkin ini sebab akhirnya aku bersanding dengan Niga. Aku perlu sesuatu untuk membatasi diriku, seperti saat ini, aku berjalan nyaman dengan lengan Niga di sisi kanan dan kiri.
Aku cinta kamu,Niga. Dengan alasan yang tidak kutahu dan tidak kumengerti. Dan diriku tidak menjelaskannya serta kamu yang tidak mungkin menjelaskan. Kuharap hanya hal ini satu-satunya yang bisa kuterima tanpa penjelasan. Tetapi kamu memang mengerti diriku, kamu tidak berhenti membuatku mencari penjelasan tentang ini semua. Kamu membantuku dengan terus melakukan hal-hal yang membuatku mengerti segalanya. Dengan segala yang kamu lakukan telah membuatku mengerti mengapa aku cinta kamu dan menunjukkan bahwa kamu cinta aku.
Jadi aku masih sedikit tidak terima. Bagaimana bisa hal serumit diatas adalah penjelasan dari kalimat sesederhana, 'aku cinta kamu'.
Aku tertawa sendiri, bagaimana bisa juga sesuatu sepele membuat kita belajar dan menyadari banyak hal. Baru saja aku dan Niga bertengkar hanya gara-gara mendorong sebuah troli, bukan?
Wah! Tapi aku tidak akan menyerah untuk mengetaui alasan mengapa Niga menjadi sensitif dan uring-uringan akhir-akhir ini.
Semangat!
***
19 Juni 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW I LOVE YOU
RomanceKisah tentang proses mencintai seseorang yang sebelumnya sangat asing. Ariana, atau akrab dipanggil Ari, sedang patah hati karena hubungannya dengan kekasih kandas. Ia kira hanya butuh beberapa waktu untuknya menyembuhkan diri. Namun sepertinya just...