Hey boy, tell me what you thinking,
I can't wait until the weekendSomething Sweet, Madison Beer
"Ibu! Aku mau keluar dulu ya! Assalamu'alaikum!" Aku melesat keluar dari dapur setelah mengecup punggung tangan Ibu. Buru-buru sebelum Ibu menghentikan apapun yang akan aku lakukan seperti selama tiga hari ini.
Ya, selama tiga hari pasca insiden ambruknya tubuhku karena syok, ibu bersikap seolah-olah aku akan mati sebentar lagi. Banyak untungnya sebenarnya karena aku jadi tidak repot disuruh ini-itu dan bisa berleha-leha sepuasnya. Namun lama kelamaan perlakuan ibu kepadaku juga menjadi sedikit mengganggu. Sedikit-sedikit datang ke kamarku, cuma bilang "oh yaudah, istirahat aja".
Aku tahu ibu cuma khawatir, tapi ya kalau dikit-dikit mendengar suara pintu terbuka dan tertutup, mau istirahat ya jadinya setengah-setengah. Mau memejamkan mata, ibu masuk. Baru bentar aja ketiduran, kebangun gara-gara ibu masuk. Dan juga, privasi juga sedikit terusik. Ya gimanapun hubungan keluarga, yang namanya privasi pribadi tetap ada bukan? Misalnya aku jadi harus berteriak ke ibu untuk jangan masuk ke kamar dulu karena aku sedang ganti baju.
Perlahan-lahan menyelesaikan skripsi, menonton drama dan film, berbuka puasa, lalu tidur adalah rutinitas selama tiga hari ini. Tidak beda jauh seperti hari-hari biasa, bedanya hanya aku yang tidak keluar kamar kecuali untuk mandi dan sama sekali tidak menyentuh ponsel yang sengaja dibiarkan mati kehabisan baterai.
Mau keluar ke perpustakaan kota untuk mencari buku karena stok buku-buku bahan skripsi yang kubawa kerumah sudah habis kubaca, juga malas rasanya. Ada perasaan takut kalau-kalau tidak sengaja bertemu Duta atau Nara atau bahkan Niagara di jalan.
Aaah, tiga hari itu aku benar-benar menghindar dari aktivitas yang bernama 'melamun'. Kuhindari memikirkan kejadian tak terduga yang menimpaku itu. Karena rasanya walau cuma dipikirkan, perasaan malu campur putus asa yang kurasakan waktu itu kembali hadir dengan begitu nyata. Aku sungguh tidak ingin merasakan perasaan itu lagi. Aku belum siap bahkan sekedar mengingatnya.
Lalu hari ini, tidak sengaja kuangkat telpon dari Niagara di ponsel ibu. Waktu itu aku baru saja dari kamar mandi untuk mengambil wudhu. Ponsel ibu berdering nyaring dan ibu sedang tidak ada dirumah. Awalnya, kukira itu bunyi alarm yang biasa ibu setel tiap jam karena bunyinya memang sama.
"Halo, Bu? Assalamualaikum?"
Segera setelah kupencet tombol hijau terdengar suara dari seberang sana yang membuat alur detak jantungku menjadi tak seirama lagi. Ada pikiran untuk berpura-pura meniru suara ibu dan menyelidiki apa yang akan dibicarakan olehnya, aku terlalu malu untuk berinteraksi dengan Niagara setelah kejadian itu, setelah aku pingsan pada pelukannya gara-gara menerima kabar dari Duta.
Namun buat apa? Aku berdeham sebentar untuk memberi peringatan pada jantung sendiri agar kembali berirama. "Wa'alaikumsalam" kujawab salamnya menggunakan suaraku sendiri, aku batal menduplikasi suara ibu.
"Ini? Ari ya?" Aku diam saja dan Niagara kembali berbicara "Ibu, eh, Tante dimana?"
He? Lagi-lagi dia panggil ibu dengan sebutan 'Ibu'? Berarti bukan tidak sengaja, kan? Waktu itu ia juga pernah begitu. Aku jadi curiga apa yang terjadi antara Niagara dan ibu dibelakangku. Apalagi telpon ini.
"Ibu lagi belanja, ada apa?" Tudingku langsung seperti tak tahu malu. Bukan sikap yang sepantasnya dilakukan pada orang yang telah menyelamatkanku dari rasa malu di depan seorang mantan kekasih dan calon istrinya.
"Hmm, gimana kabar kamu? Sudah baikan?"
What?
"Iya,baik. Mmm eee-"
Aku berniat menanyakan apa tujuannya menelepon Ibu, namun aku ruwet dengan rangkaian kata-kata dalam kepala. Akhirnya sebelum aku mengutarakan pertanyaan, Niagara sudah menyahut, "Kamu di rumah? Aku kesana ya?"
What!
"Hah! Apa-ap, ngapain?" Tanyaku sepenuhnya kaget dengan apa yang ia katakan. Niagara itu ya, benar-benar sesuatu.
"Dua puluh menit lagi aku kesana kalo kamu ada dirumah. Ada?" Tuh,kan. Apa-apaan sih ini.
"Enggak."
"Tapi handphone Ib—m Tante, ada sama kamu?"
Iiih, sumpah ya. Lama-lama kebingunganku ini berubah menjadi kekesalan.
"Permisi ya,—" aku baru akan menyemprot Niagara dengan kata-kata pedas yang meruwetkan isi kepala saat tiba-tiba aku mendengar suara pagar rumah di buka. Mikrofon ponsel kututup menggunakan tangan dan aku berlari mengintip keluar.
Itu Ibu!
Bisa gawat,nih kalau nanti ketahuan sama Ibu. Asumsi-asumsi aneh pasti bermunculan dibenaknya. Yang ada dipikiranku cuma cepat-cepat mengembalikan ponsel. Saat aku akan menekan tombol end call, aku baru teringat siapa yang sedang terhubung denganku. Niagara!
Percuma dong ya kalau aku menutupi kejadian ini kalau nantinya Niagara bakal menceritakan pada Ibu. Ibaratnya sedang menampung air di timba yang bocor.
Maka dengan segera saja dan tanpa pikir panjang, "kita ketemu diluar. Sms di nomerku."
Dan sambungan ku putus.
Jadilah aku sekarang, berangkat menuju sebuah tempat yang aku dan Niagara telah sepakati,setelah tadi aku segera mengisi daya ponsel dan menyalakannya. Rencananya kami akan bertemu di perpustakaan kota, karena aku beralasan sekalian ingin mencari buku untuk skripsi. Padahal karena tidak ada tempat yang terpikirkan saja. Niagara malah tadinya mengusulkan untuk bertemu di taman kompleks, gila kali.
Malah dia juga bilang kalau akan menjemputku. Sama juga bohong, dong. Niagara itu, benar-benar aku tidak mengerti dia itu orang seperti apa. Yang kutahu sejauh ini, Niagara adalah orang yang penuh kejutan, sikapnya itu loh. Kadang bodoh, kadang irasional, kadang dia melakukan sesuatu yang sama sekali tak pernah aku duga. Seperti mengajakku menikah, misalnya(?).
***
A/NYang di mulmed, itu visualisasi Ari setelah nikah versi saya. Daripada foto orang yang real, saya lebih milih bikin sketsanya. Tapi mau bayangin Ari kayak gimana, terserah kalian ya. Saya nggak mau merusak imajinasi kalian. Silahkan dibayangkan Ari kayak gimana, tapi clue dari saya, Ari itu bukan yang cuantik (alias cantik banget, hehe). Kalau saya bilang gini, bayangan kalian tentang 'cantik' itu gimana?
Cantik itu relatif, gaes. Eh nanti kepanjangan A/N nya. Udah gitu aja. Nanti kalau sempat saya bikin Ari versi muda alias sebelum nikah (Doakan UAS saya lancar). Kalau buat pasangannya Ari jangan dulu ya, saya udah bikin,sih sebenarnya. Tapi jangan diliat dulu, nanti kamu gak akan kuat *eh ala2 Dulan*
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW I LOVE YOU
Roman d'amourKisah tentang proses mencintai seseorang yang sebelumnya sangat asing. Ariana, atau akrab dipanggil Ari, sedang patah hati karena hubungannya dengan kekasih kandas. Ia kira hanya butuh beberapa waktu untuknya menyembuhkan diri. Namun sepertinya just...