[-G]TAG, YOU'RE IT

218 12 2
                                    

Running through the parking lot
He chased me and he wouldn't stop

Tag, You're It, Melanie Martinez

***

"Lama nggak kesini,Mbak?"
Sebelah tangan ku meraih kunci yang tergantung di sepeda motor dan satunya berusaha melepas kaitan helm. Ku menengok kepada orang yang berbicara padaku, itu orang jualan bakso keliling yang biasa berhenti didepan perpus kota. Dan yang biasa aku beli, pastinya. Makanya sampai hafal sama aku.

"Hehe, iya, Pak" ujarku

"Udah selesai skripsinya?" Tanyanya lagi, kulihat sedang tidak ada pembeli.

"Belum, Pak. Kemarin udah pinjam banyak buku disini. Nih, sekarang tinggal balikin" kujawab pertanyaan yang tadi ia ucapkan ketika aku baru saja parkir motor.

"Saya masuk dulu ya, Pak" kuangkat sekantung kresek berisi buku-buku dari motor matic. Saking menumpuknya, sehingga butuh dua lenganku untuk membawa.

Begitu melewati pintu masuk, kusudah dihadapkan dengan pemandangan yang ahhh! Apa-apaan sih aku ini.

Disana sudah ada Niagara yang duduk disalah satu bangku, ia duduk menyamping dan tekun membaca buku. Ada yang berbeda, ada kacamata berbingkai agak melengkung dan tebal bertengger di hidungnya. Untuk beberapa detik, aku takjub. Niagara itu memang tampan.

Aku berdeham untuk menyadarkan diriku sendiri. Alih-alih mendekati Niagara, aku menuju meja Pustakawan yang hampir tertutup buku-buku. Kini kulimpahkan juga bawaanku diatas meja itu.  Pustakawan kali ini lebih muda, seorang laki-laki yang gaya pakaiannya lebih santai dari Pustakawan yang satunya.

Melihat apa yang kubawa, tampak wajah yang mengeluh. "Maaf, Mas. Saya mau mengembalikan ini" mau tidak mau wajahku jadi ikut masam.

"Iya,Mbak. Ditunggu sebentar, ya." Kutahu ini tidak akan menjadi sebentar ketika melihat kartu-kartu yang tergenggam ditangan Pustakawan itu. Untung saja tujuanku bukan hanya mengembalikan buku-buku dan mendapatkan kartu saja. "Saya kesana dulu,ya" ujarku meninggalkan Pustakawan bersama pekerjaannya.

Barulah aku menuju meja dimana Niagara duduk dengan tenangnya.  Kutebak ia sudah tahu kedatanganku, namun ia pura-pura menekuni bacaannya. Sebenarnya aku agak malu, kalau mengingat kejadian terakhir antara aku dan Niagara. Saat derik kursi kayu yang beradu dengan lantai hadir, ia (pura-pura) terkejut.

"Ehm, sudah datang? Diantar siapa?" Tanyanya.

"Naik motor" jawabku seadanya, menyembunyikan rasa malu juga.

"Oh," ia kembali menatap buku digenggamannya.

Aku benar-benar tidak bisa menebak kemana pembicaraan kami akan berlangsung. Kuputuskan saja untuk langsung memulai dari intinya. "Jadi, ada apa?"

"Hah?"

"Hah?" Kuulangi nada bingungnya dengan sedikit 'ejekan'.

Ia berdeham dan memperbaiki posisi duduknya. Entah aku tidak tahu, tapi wajahnya (kurasa) sedikit memerah. "Mm, yaa, ayo ni—"

"Stop!" Teriakku sampai Pustakawan tadi berkata "ssst" agar aku tidak terlalu gaduh.

Tuh kan, Niagara ini apa-apaan, sih. Nikah lagi-nikah lagi!

Kan dia sudah tahu bagaimana keadaanku, maksudku, bagaimana keadaan hatiku yang jelas masih belum bisa move on dari Duta. Kan dia sendiri yang menangkap diriku saat akan ambruk. Kan dia tidak paham?

"Seriously! Apa-apaan ini? Kenapa kamu ngomongin nikah mulu?!" Tudingku setelah mulai tenang.

"Ari, karena aku jatuh cinta sama kamu!"

HOW I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang