01. Prolog

1.2K 50 23
                                    

"Naya," sapa seorang lelaki saat melewati kamar Naya.

"Rayn..." Naya tersenyum tipis saat pacarnya mengunjunginya di rumah.

"Rayn! Baskara minta lo kebawah cepetan!" paksa Rangga yang notabene kakak laki-laki Naya.

"Ganggu aja lo bang," kesal Naya sambil menatap Rangga tajam.

"Masuk!" Rangga menarik lengan Naya untuk memasuki kamar.

"Kok lo jadi kasar?" tanya Naya saat menyadari ada yang salah terhadap sikap kakak laki-lakinya itu.

"UDAH BERAPA LAMA?" teriak Rangga.

"Apanya?" Naya menunduk takut.

"Lo berhubungan sama Rayn? Lo kan tau kalo Rayn adalah temen gue yang paling brengsek, terus kenapa lo ngerahasiain ini dari-" ucapan Rangga terpotong.

"Bang gue takut."

"Maaf, Dek. Setidaknya gue harus tau."

***

Drrrtt..
Terdengar suara getaran ponsel, membuat gadis remaja itu terbangun. Dilihatnya benda berbentuk persegi panjang nan tipis.

'Ini apaan sih?' lirih Naya pelan.

Naya menyadari itu adalah sebuah Grup Call dari kedua temannya. Tanpa berpikir panjang, Naya langsung langsung menekan ikon berwarna hijau.

"Ada apaan sih?" gerutu Naya.

"Sampai ketemu di sekolah," kata Lerana datar.

Sedangkan Yuna hanya bergumam dalam panggilan tersebut.

***

"Selamat pagi sayang, ayo bangun! Nanti kamu telat lho," pinta Astrid-mama Naya.

"5 menit ya ma."

Tanpa mengetuk pintu Rangga Sebastian Rud, tipikal cowok konyol tapi jika ditempat umum jadi jaim, Rangga langsung masuk dan menoyor kepala Naya yang masih di atas bantal, karena terkejut Naya langsung membuka matanya.

"Damn you Bang!"

"Dek, gue minta maaf. Sekarang cepet bangun kebo kesayangan gu-" bisikan Rangga terpotong saat Naya langsung berlari kecil menuju kamar mandi.

***

"Selamat pagi Ma, Pa, Bang," sapa Naya kepada anggota keluarganya.

"Dek, ayo cepetan bareng gue," tawar Rangga yang langsung ke dalam mobil.

"Yaudah."

Karena sudah sampai, Naya langsung turun dari mobil dan berjalan menuju pintu gerbang. Di sinilah Naya berdiri di depan pintu gerbang SMA PEGANGSAAN, sekolah ternama di Jakarta.

"Woy Nayaaa," panggil Lerana, membuat Naya menoleh.

"Berisik lo njir, teriak-teriakan mulu," gerutu Naya.

Naya mencari Yuna, tapi nihil tidak ada sama sekali.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Naya kencang, membuat Naya langsung mendongak.

"Sakit! bego!" ringis Naya yang masih mengelus-elus bahunya.

Di depan Naya terlihat Lerana yang berdiri dan ketawa cekikikan.

"Bacot Lo-" bentak Yuna. Ucapannya terpotong karena hari pertama MOS akan dimulai.

"Ekhem...ekhem..Selamat Pagi, gue disini selaku ketua osis SMA Pegangsaan. Nama gue Rangga Sebastian Rud. Gue yang akan buka acara Masa Orientasi Siswa. Jadi untuk kalian diharapkan untuk berbaris di lapangan."

Lalu semua murid langsung baris di lapangan.

Setelah berbaris dalam setengah jam, mereka mendengar pengumuman lagi. "Langsung masuk ke kelas masing-masing aja ya, karena di mading udah ada nama dan kelas, nanti di kelas masing-masing akan ada 3 osis untuk membimbing kalian. Terima kasih," ucap wakil ketua osis.

Mungkin Naya, Lerana dan Yuna sudah tahu bahwa mereka akan masuk ke kelas X IPA 3. Naya tahu karena diberitahu oleh Rangga dan ternyata mereka bertiga sekelas.

***

"Hai adek-adek. kita akan bimbing kalian sampai Mos selesai nanti," kata laki-laki tinggi yang sudah berdiri lama di dalam kelas X IPA 3.

Kemudian ketiga osis tersebut mulai mengenalkan diri masing-masing.

"Hai gue Baskara Putra, panggil aja Babas. Gue kapten basket di sekolah ini. Gue kelas XII IPS 2."

Suara pujian muncul setelah Baskara mengenalkan dirinya.

"Gue Rayn. kelas XI IPA 1."

"Gue Verrel."

Serentak semua siswa yang ada di kelas berteriak, terutama para kaum hawa yang mungkin memuji ketiga osis ini.

"WOY BERISIK. BISA DIEM KAN," bentak Naya sebal, seketika semua siswa langsung diam dan mendumel.

***

"Besok masih MOS kan?" tanya Baskara di tengah malam bersamaan dengan rintikan hujan.

"Gue balik ya, tugas numpuk," alibi Rangga.

Rayn berusaha membujuk Rangga dan Baskara. "Ah lo gak seru banget, ayo dong kalian kan punya hutang sama gue."

"Yaudah, jangan lama-lama," pinta Baskara.

Rayn tersenyum dan mulai mengendarai mobilnya dengan kencang.

Sesampainya di sebuah tempat, mereka bergegas turun.

Dan hanya tersisa Rangga yang sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. "Woi, gue tunggu di mobil aja."

"Terserah, Ngga," kata Rayn.

Setelah beberapa menit Baskara berjalan loyo karena membantu Rayn yang terlihat mabuk berat. "Untung aja dia gak nyentuh-nyentuh cewek," kata Baskara kepada Rangga saat ingin memasuki mobil.

"Lo gak mabuk kan, Bas?" mata Rangga menatap Baskara kesal.

"Engga."

"Yaudah anter gue pulang dulu abis itu lo anter Rayn," paksa Rangga dengan halus.

Baskara mulai menunjukkan wajah devil. "Gue aja terus."

"Lo kan jasa sopir gue hehe," Rangga tertawa garing.

Rayn mulai kehilangan kesabaran.

Plak!

"Sakit bego, pala gue Rayn," Baskara terkekeh.

***

Vote & comment ditunggu!
Thx.

Everything Has Changed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang