"Lo sekarang milik gue, Nay," Dev membuka suara dan mendekap Naya erat.
"Lo—"
Rayn menatap mereka. Tersenyum, ekspresi wajahnya. Kemudian pergi meninggalkan mereka.
Naya mendorong Dev. "Lo apa-apaan sih?" Naya merasa kesal dengan sentuhan mendadak yang dilakukan Dev. "Gue gak bisa ngelupain yang dulu."
"Gue bisa jelasin," kata Dev mencoba menenangkan Naya. "Gue memang nyakitin lo dan pergi gitu aja, tapi itu buat gue terpuruk, Nay."
Naya terdiam.
"Setahun yang lalu, gue minta Rayn untuk jagain lo."
"Gausah sebut Rayn! Dia brengsek!"
"Dia gak sebrengsek yang lo kira. Selama ini yang jagain lo itu dia, yang gantiin rasa sakit lo kehilangan gue itu dia."
"Dev..."
"Dia kakak gue."
"Semua yang dia lakuin ke lo itu atas permintaan gue.""Jadi dari dulu gue udah salah paham sama lo?" Naya lemas, kakinya tak mampu menahannya. Akhirnya dia terjatuh, tetapi dia tidak ingin pingsan.
"Ya, maafin gue dan juga Rayn. Rayn gak pernah sayang sama lo. Rayn cuma sayang sama sahabat lo, Yuna."
Naya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue gak ngerti! Gue bener-bener gak ngerti."
***
Hembusan angin di sore hari membuat Naya memeluk dirinya. 'Ah gue lemes,' batinnya setelah berhasil pergi dari tempat tadi.
'Ini emang dingin apa gue yang gak enak badan,' batinnya lagi.
Naya berjalan perlahan bermaksud untuk menyebrangi jalan setelah lampu merah menyala.
Saat dia ingin melangkah sebuah mobil berhenti di depannya. "Naik cepetan!" pinta pemilik mobil.
"Lho?"
Pemilik mobil membuka pintu melalui dalam dan memaksa Naya agar cepat memasuki mobil akibat udara yang dingin.
"Bang, gue kangen," lirih Naya.
Pemilik mobil itu menengok sebentar kemudian fokus kembali menyetir.
"Ih Bang Rangga! Lo kemana aja selama ini?"
"Gue pergi karena lo."
Naya membuang wajahnya ke samping agar dia tak melihat pemilik mobil itu yang dipanggilnya Bang Rangga.
Hening.
"Maksudnya apa?" tanya Naya memberanikan diri menatap Rangga. "Jelasin dong."
Rangga diam.
Sesampainya di sebuah tempat yang becek akibat tanah basah dan lubang-lubang yang ada disana. Rangga turun dan menarik lengan Naya.
"Kok ke kuburan?" Naya menatap Rangga.
Tetapi Rangga memilih diam.
Rangga menarik Naya sampai ke depan makam bertuliskan Astrid Jasmine binti Achmad.
"Mama?"
"Mama udah meninggal, Nay. Waktu lo kecelakaan beberapa hari yang lalu."
"Gak! Mama masih hidup, Bang."
"NAYA!" tegas Rangga menyadarkan Naya.
"ITU MAMA!" teriak Naya berlari menuju seorang wanita berpakaian serba putih. Semakin dekat, jarak antara Naya dan wanita itu. "Tante Ana?" tanya Naya.
Namanya Ana Jasmine merupakan kembaran Astrid, mama Naya. Sifatnya tidak beda jauh dengan Astrid bahkan tampilan fisiknya pun juga.
Naya menyadari wanita itu bukan Astrid tapi Ana yang datang untuk mengunjungi makam Astrid.
"Hai, Naya." sapa Ana.
Drrt..Drrt...
Getaran handphone Naya, menandakan ada panggilan masuk. Naya segera merogoh sakunya. Diliatnya benda nan tipis tersebut.Lerana is calling...
Naya menyetuh ikon warna hijau dengan cepat.
"Kenapa?"
'Ke rumah sakit sekarang!'
"Hah?"
'Yuna bunuh diri.'
"Tidak mungkin."
'Cepet kesini.'
Naya segera merebut kunci mobil milik Rangga yang tadinya digengam Rangga dan berniat mengendarai sendiri mobil milik abangnya. Tindakan nekat tersebut dilajutkan oleh Naya. Awalnya, Naya tetap tenang dalam mengendarainya. Tapi siapa sangka setelah beberapa menit dia segera menekan gas-nya dan mengebut tanpa sadar. Dia melajukan mobil dengan ugal-ugalan. Dalam setengah jam, dia sampai di rumah sakit. Dia meninggalkan mobil yang terparkir sembarangan.
Naya berjalan memasuki UGD, matanya menyapu sekelilingnya, terlihat beberapa dokter dan perawat sedang sibuk menangani pasien yang sekarat.
Naya mengitari UGD. Dia sama sekali tidak melihat keberadaan Yuna ataupun Lerana. Dia mengambil handphone dan menelfon Lerana. Tetapi Lerana tidak mengangkatnya.
Dia mencoba bertanya mengenai pasien bunuh diri. Tidak ada jawaban mengenai Yuna.
Naya merasa kepalanya berat dan mulai bertanya dengan lirih. "Lerana ngebohongin gue?"
***
Hai, jangan lupa vote.
Thx;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
Teen Fiction[Bacalah semua kisah tentangku] Aku melerakan pacarku untuk sahabatku dan melerakan kepergian abangku karena papaku. Sebelumnya semua baik-baik saja, semenjak pertemuanku dengan Dev seolah kehidupanku berbalik. Dev adalah temanku dulu yang menyebabk...