Hari ini adalah hari terakhir MOS, para siswa berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing setelah melakukan upacara di lapangan.
Sedangkan Lerana sibuk menarik-narik lengan Yuna. "Nay, gue sama Yuna ke kamar mandi dulu ya."
Naya hanya bergumam.
Kelas X IPA 3 terlihat ramai, tak sedikit siswa yang saling mengobrol satu sama lain.
Ada salah satu siswa yang berhasil menarik perhatian Naya dan Naya memiliki rasa penasaran terhadap siswa tersebut.
Naya terus menatapnya dari kejauhan dan mata mereka berhasil bertemu. Sayangnya, siswa itu membuang tatapannya dan kembali fokus membaca buku.
Tangan Naya menopang dagunya dan berfikir.
"Kenapa bengong?" tanya Yuna yang tiba-tiba duduk di samping Naya.
Naya menghiraukannya dan berjalan menuju siswa yang berhasil menarik perhatiannya tadi.
Naya terlihat gugup saat berdiri di depan meja siswa tersebut. "Dev," panggil Naya.
Siswa itu mengangkat wajahnya, sudah jelas bahwa namanya adalah Dev.
"Devolarixo," Naya memperhatikan name-tag nya.
Dev terlihat tenang kemudian mengangkat sebelah alisnya dan memberikan tatapan penuh pertanyaan.
Naya mulai berbicara. "Dev, satu tahun bukan hal yang cepat buat gue."
Dev menatapnya datar kemudian pergi meninggalkannya.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Terdengar sorak-sorak bergembira seantro sekolah. Namun, Naya sama sekali tidak bergerak dari tempatnya.
Yuna meminta Lerana untuk membujuk Naya agar pulang bersama. "Kalo gak mau bareng, kita duluan ya."
Naya tidak memperdulikannya, pikiran Naya terus berputar mengenai pertemuannya dengan Dev.
Lerana dan Yuna membereskan meja dan meninggalkan Naya. Mereka merasakan ada yang salah terhadap temannya, jadi mereka memutuskan untuk membiarkannya sendiri.
Setelah Naya tersadar bahwa hanya dirinya yang berada di dalam kelas, dia mengambil handphone-nya dan mengirimkan pesan kepada Rangga.
Naya : Cepet gue mau pulang.
Bang Rangga : 10 menit lagi, Dek.
Naya : Ah abang! Naya udah bete :(
Bang Rangga : Duh gue lagi repot, pulang sendiri gih.
Naya : Gak mau! Ah cepetan!
Naya : Bang!
Naya : Bang!
Naya : Bang!
Naya : Bang Rangga!
Dikarenkan pesannya yang tak dibalas-balas, Naya berjalan menuju parkiran, berharap Rangga datang dengan cepat.
Naya : Bang Rangga!
Naya : Di parkiran panas ih!
Naya merasa kesal karena pesannya yang dihiraukan, dia langsung memilih untuk menelfon Rangga.
Sudah berulang kali dia menelfonnya tapi Rangga sama sekali tidak mengangkatnya.
"Oke..hanya sepuluh menit, bismillah," lirih Naya.
Benar dalam sepuluh menit Rangga datang dan langsung menyiapkan mobil.
***
Kamar Rangga, pukul 21:34.
"Lo kenapa sih?" tanya Naya setelah mengetahui sifat Rangga yang terus-menerus menghindari papanya.
Rangga tidak memalingkan wajahnya dan tetap fokus mengetik di laptopnya.
"Bang jawab!" bentak Naya frustasi.
"Tanya langsung sama papa lo."
Drrttt
Handphone Naya bergetar menandakan ada pesan masuk dari sebuah ruangan obrolan beberapa orang 'Antis group' (5+).Lerana : Yang penting bahagia.
Yuna : .
Lerana : Aib lo memang yang terbaik.
Yuna : Apus!
Lerana : Gue kirim kesini mau gak?
Naya : Dengan senang hati :)
Yuna : Mati kalian.
Lerana : Tadi lo kenapa? @Naya.
Naya : Kenapa?
Lerana : Lo aneh.
Yuna : Semenjak temenan bertahun-tahun, gue baru ngerasain Naya bisa diem sehari.
Lerana : ^2
Yuna : Lo dong coba jadi diem dalam sejam.
Lerana : Kapan-kapan.
Lerana : Kita berjumpa lagi.
Lerana : Mungkin lusa atau kah di lain hari.
Yuna : Bacod.
Yuna : Tuh kan Naya ngilang.
Yuna : Gara-gara lo Ler.
Yuna : Kesel gue.
Lerana : Saya selaku customer-service tidak dapat menerima keluhan anda wkwk.
Read by 2.
Naya hanya bisa tertawa kecil saat membaca isi grup chat kedua temannya.
"Tidur, Dek," pinta Rangga.
Naya menjatuhkan tubuhnya ke kasur. "Gue tidur disini ya Bang, gue takut."
Begitupun juga dengan Rangga yang menjatuhkan tubuhnya dan mengambil posisi membelakangi Naya.
Naya mencengkram pundak Rangga. "Bang sini ngadep gue. Gue mau ngomong sesuatu."
Rangga membalikkan badannya yang sekarang menghadap Naya.
"Gue ketemu Dev tadi," frontal Naya.
"Serius? Terus gimana?" Rangga semakin penasaran.
Air mata Naya jatuh begitu saja. "Rasanya mau mati aja, gue gak kuat."
Tangan besar Rangga langsung memegang pundak Naya kemudian Naya segera menempelkan kepalanya di dada bidang milik Rangga.
"Lo abang gue satu-satunya yang gue sayang," pernyataan Naya membuat Rangga tersenyum.
'Betapa beruntungnya wanita yang akan menjadi pasangan lo nanti' batin Naya.
***
Hai, jangan lupa vote 🌟
Makasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
Teen Fiction[Bacalah semua kisah tentangku] Aku melerakan pacarku untuk sahabatku dan melerakan kepergian abangku karena papaku. Sebelumnya semua baik-baik saja, semenjak pertemuanku dengan Dev seolah kehidupanku berbalik. Dev adalah temanku dulu yang menyebabk...