10. Rasa khawatir

248 23 1
                                    

"Jadi gini, Kak Baskara dan Kak Rayn tanding basket di lapangan!"

"Lah emang kenapa kalo tanding?" tanya Naya dengan wajahnya yang datar.

"Gue juga gak tau, tapi ada yang bilang suruh manggil Yuna sama Lerana," jawab anak perempuan tersebut.

Lerana menatap ke lapangan, karena kebetulan lapangan dengan kantin bersebrangan. "Rame banget di lapangan."

Yuna yang merasa tidak peduli dengan sekitarnya kemudian berdiri saat mengetahui bahwa ada seorang siswa berjalan kearah mereka. "ANDI! NAY ITU ANDI!" perkataan Yuna membuat Naya menengok kearah siswa tersebut.

Dengan helaan nafas siswa tersebut yang sudah sampai dihadapan mereka, Yuna mendekatinya, "Lo...Andi kan? Iya lo Andi!" Yuna menatapnya sedangkan Naya membelakanginya.

"Itu gak penting!" kata siswa tersebut yang dipanggil Andi. "Cepetan deh kalian ke lapangan! Liat apa yang terjadi!"

Lerana menyela, "Kok lo ada disini sih, Ndi?"

Andi terus mengela nafas dan menarik tangan Naya yang masih membelakanginya, "Ayok!" katanya.

Sedangkan Yuna dan Lerana menyusulnya di belakang.

Sesampainya di lapangan, di bawah teriknya matahari. Terdapat Rayn dan Baskara yang sedang bermain bola basket, kedua siswa tersebut mendapatkan perhatian seantro sekolah yang berdecak kagum.

"Tuh! Gak ada apa-apaan, mana kat-" perkataan Lerana terpotong saat Rayn merebut bola dari tangan Baskara dengan cara mendorongnya sampai terjatuh. "Babas!" teriak Lerana.

Lerana ingin bergerak ke tengah lapangan, tetapi Naya menahan lengannya. "Diam dulu sebentar!" Naya bergumam di samping telinga Lerana, kemudian fokus terhadap handphonenya.

Yuna terus memerhatikan Rayn dan Baskara yang saling merebut bola untuk dimasukkan ke ring. "Lo kenapa maksa Naya kesini, Ndi?" tanya Yuna menyikut perut Andi.

Andi terdiam ketika melihat Naya yang baru saja menempelkan handphonenya di telinganya. "Gue pergi dulu," kata Andi tiba-tiba.

'Pergi jauh dari kerumunan di lapangan!' kata Rangga dari kejauhan sana.

'Abang nelfon cuma mau bilang itu?'

'Perut lo lagi sakit kan? Jang-'

tut...tut..tut

Naya menutup telfon dan berdecih sebal.

"Balik ke kantin yuk guys! Disini panas," pinta Yuna yang pipinya memerah.

Naya, Lerana, dan Yuna bergegas kembali ke kantin. Akan tetapi, baru beberapa langkah terdengar teriakan seorang siswi dari tengah lapangan.

Naya dan Yuna membalikkan tubuhnya dan bergegas ke tengah lapangan.

Sebelumnya, Lerana sudah berlari kesana dan berusaha menghentikan pertikaian antara Baskara dan Rayn, tetapi selalu gagal.
Disaat itu juga, Rayn terjatuh karena pukulan keras dari Baskara. Hidungnya dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Rayn hampir saja kehilangan kesadaran, kemudian ia bangkit dan menonjok pelipis milik Baskara.

Para murid berkerumun dan tidak ada satu pun yang berani memisahkan mereka.

Sedangkan Lerana, menahan panik, lagi dan lagi Naya menahan lengannya. "Lepasin gue!" Lerana berontak.

Terjadi suasana hening akibat Rayn dan Baskara terjatuh di tanah. Melihat itu, Yuna berjalan mendekati Rayn yang terlihat sedang mengusap sudut bibirnya dengan kasar. "Sialan!" Rayn mendecih.

Melihat Yuna yang mematung di depan Rayn dan Lerana yang terus berontak terhadap Naya.
Diantara kerumunan, Naya berjalan dan mendorong Yuna untuk menjauh dari hadapan Rayn.

Naya menatap Rayn iba, menangislah dia di hadapan Rayn yang terduduk lemas.

"Rayn.." gumam Naya sambil mengelap air matanya.

Naya tak tahu harus apa, kakinya lemas dan kepalanya pusing. Dengan air mata yang mengalir, Naya mencoba memberikan tangan kanannya agar Rayn dapat berdiri.

Akan tetapi, ada seseorang yang menarik lengan kiri Naya untuk menjauhi kerumunan. Naya tahu, siapa yang menariknya dan membawanya kembali ke kantin.

Setelah sampai di kantin, Naya duduk dan menunduk dengan lemas, "Dev, lo kenapa narik gue kesini?" tanya Naya mengangkat kepalanya kepada seseorang yang bernama Dev.

Mendengar itu, Dev memberikan satu botol air putih untuk diminum Naya.

"Kenapa tidak menjawab?" Naya menaruh botol itu diatas meja tanpa meminumnya.

"Minum dulu," pinta Dev.

Drtt...Drtt..

Handphone yang disembunyikan dibalik saku Naya, bergetar.

Naya terdiam saat mengangkatnya.

'Dek...Gue tunggu lo di mobil, di depan sekolah' kata Rangga.

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Naya segera mematikan telfon dan bergegas mengambil tas untuk menuju mobil Rangga.

***

"Bang, kenapa gak masuk sekolah? Gue bilangin mama lho," ancam Naya sambil mengunyah makanannya.

Sedangkan Rangga, menghiraukannya karena sibuk menyetir.

"Oh ya bang, tadi-" ucapan Naya dipotong oleh Rangga.

"Iya tau, udahlah gausah dibahas gak faedah."

"Ish abang! Mereka kan sahabat lo."

"Kenapa? Khawatir sama Rayn?" suara Rangga sedikit meninggi saat menyebut nama Rayn.

Naya menunduk. "Iya," katanya.

"DEK! UDAH BERAPA KALI GUE BI-"

Sebuah truk besar menerobos lampu merah dan berjalan kencang menuju mobil yang dikendarai Rangga.

"BANG! AWAS!" teriak Naya kemudian membanting stir mobil yang dikendarai Rangga.

Bruk!

***

Hi readers, finally bisa update lagi disaat pekan remedial. Its ok, jangan lupa Vote & Comment.

Thx.

Everything Has Changed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang