09. Dia muncul!

316 24 4
                                    

"Gue gak ikut upacara ya," pinta Naya sambil memijit keningnya.

Lerana menatap iba dan mengelus kepala Naya. "Iya deh, lebih baik lo istirahat."

"Mama gue udah dipindahin ke kamar rawat, Ler," ucap Naya. "Makasih juga kemaren udah mau nemenin gue," Naya tersenyum tipis.

Lerana enggan menjawab dan lebih memilih meninggalkan Naya yang menunggu jawabannya.

***


Setelah mendengar bel istirahat berbunyi, Dev berlari menyusuri koridor.

Dev terus berlari saat mengetahui hal mengerikan terjadi. "Ah gue cape," eluhnya berhenti sambil memegang lutut.

"Kepala..pundak..lutut kaki...lutut kaki..." seorang siswa bertubuh tinggi ikut memegang lutut seperti yang dilakukan Dev.

Dev menyadari siapa yang bernyanyi dan memegang lutut disampingnya. "Weh Andi! Lo ngeledek gue?!" tanya Dev kesal.

Siswa yang dipanggilnya Andi, membenarkan posisi berdirinya dan mengulurkan tangannya. "Salam kenal, ketua osisku," katanya sambil menekan kata-kata 'ketua osisku'.

"Apaan sih lo?" Dev tertawa setelah bertanya seperti itu, tak disangka dia bisa bertemu teman lamanya.

Andi juga ikut tertawa, lalu berhenti. "Eh, di ruang BK ada apa sih? Kok rame banget tadi?"

"Oh ya," Dev berfikir kemudian tersadar. "Maria?!"

Dev berjalan setengah berlari saat melihat gadis yang dipanggilnya Maria. "Lo gak kenapa-napa kok," kata Dev menatap Maria.

"Ya, Dev. Gue emang gak kenapa-napa," Maria menatap sinis Dev dan berjalan cepat meninggalkan Dev.

***

Naya terus memutar-mutarkan pulpen dengan jari tangan kanannya, berharap rasa bosannya dapat hilang.

Sedangkan Yuna, teman sebangkunya hanya memainkan rambutnya terus-menerus.

Naya bangkit dari duduknya dan menarik lengan Yuna. "Ayo cepetan!" perintahnya.

"Kemana?" tanya Yuna polos.

"Ke kantin, Yun. Gue laper mau makan," Naya langsung bergegas keluar kelas bersama Yuna.

Sesampainya di kantin, mata Yuna menyapu seluruh kantin yang dipenuhi berbagai macam siswa. "Eh ada Lerana tuh," katanya menunjuk kearah pojok kantin.

Naya berjalan menghampiri Lerana dan Yuna bertugas memesan makanan.

Naya duduk di kursi sebelah Lerana. "Ler lu kenapa?" tanya Naya khawatir.

Lerana tersenyum jahat. "Lu tau apa yang terjadi tadi?"

Naya menggeleng.

Lerana memutar bola matanya malas. "Sekolah heboh banget tadi, tau kenapa?"

Naya menggeleng lagi.

Yuna datang membawa makanan yang dibelinya, kemudian duduk di kursi. "Bang Rangga kemana, Nay? Dia gak masuk hari ini."

Naya melotot. "Demi apa?!"

"Jadi tadi ada adek kelas nyariin Bang Rangga, terus temennya abang lo bilang kalo Rangga gak masuk hari ini," ucap Yuna panjang lebar.

Lerana membuka suara. "Cerita gue belum selesai."

"Tunggu sebentar, Ler. Gue gak ngeliat Bang Rangga dari semalem," Naya bingung, tatapan matanya mencoba bertanya kepada Yuna.

"Dengerin gue dulu, eh," pinta Lerana.

"Apa yang terjadi, Nay?" Yuna terus bertanya-tanya.

"Sip kacang," Lerana mendengus.

Naya menatap kedua temannya. "Palingan dia ketiduran di rumah Babas." katanya bersamaan dengan helaan nafas leganya.

"Dengerin gue woi!" paksa Lerana.

Naya mengambil minumannya lalu meminumnya.

"Ah gue udah tau lu bakal cerita apa," pernyataan Yuna membuat Lerana cengengesan.

"Ya, Naya kan belum tahu," sela Lerana. "Jadi tadi ada cewek ngebuat heboh sekolah, karena dia ngebully temennya sendiri."

"Namanya Maria, kelas 10, sepupu tiri Dev, ketua osis sekaligus ketua kelas kita," lanjut Yuna.

Naya melotot dan ingin mengeluarkan beberapa kata.

Tiba-tiba datang seorang perempuan dengan lari tergesa-gesa menuju mereka bertiga.

"Aduh..kakak yang namanya Lerana kan?" tanya perempuan itu menunjuk Lerana.

Lerana bergumam kecil.

"Dan yang namanya Yuna yang mana kak?" tanya perempuan itu lagi.

"Gue," ucap Yuna menunjuk dirinya sendiri. "Ada apa, Dek? Eh lupa gue kan disini masih junior," ucapnya lagi.

"Gausah banyak ngomong langsung aja deh," anak perempuan tersebut panik.

"Duh.." Lerana merasa gregetan. "Yaudah cepet!"

"Jadi gini, Kak Baskara dan Kak Rayn tanding basket di lapangan!"

"Lah emang kenapa kalo tanding?" tanya Naya dengan wajahnya yang datar.

***

To be countine...
Jangan lupa vote :)

Everything Has Changed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang