15. Malam

200 19 0
                                    

Kencangnya gemuruh petir menyudahi rintikan hujan yang membasahi bumi sedari tadi.

Dengan langkah gusar, Rayn berjalan dengan kepala menunduk karena rintikan hujan yang masih terasa jatuh diatas kepalanya.

Cling...
Lonceng yang berada di pintu minimarket bergoyang.

Rayn memasuki minimarket yang berada di ujung jalan, mengambil dua jenis kopi dan menyeduhnya. Ia menatap sekitarnya, tempat ini benar-benar terlihat sepi.

Rayn duduk di kursi dengan satu meja bundar dan di sebrangnya satu kursi lainnya. Ia menyeruput kopi dengan nikmat sambil menunggu seorang gadis.

Lima menit berlalu, seorang gadis memakai sweater abu-abu memasuki minimarket.

Cling...
Lonceng bergoyang kembali.

"Rayn, udah lama nunggu?" tanya gadis itu, lalu duduk di hadapan Rayn.

"Ga."

"Oh okey."

"Nih," tawar Rayn memberikan kopi yang satunya. "Udah gue seduh tadi, Na."

Gadis itu menerimanya. "Na? My name is Yuna and my nickname is Yuna."

"So?" Rayn memberikan wajah tidak pedulinya.

"Panggil gue Yuna."

Rayn tertawa kecil. "Na is cute."

Yuna membalasnya dengan senyuman. Dia selalu berfikir sifat Rayn sangat dingin dan peduli.

Apakah kata-kata dingin dan peduli itu tidak boleh disatukan?

Tapi nyatanya saat ini tidak, walaupun di luar terasa dingin karena hujan yang tidak berhenti. Kali ini, Yuna merasa hangat bersama Rayn yang memiliki sifat sangat dingin.

Yuna menatap dalam Rayn, Rayn membalasnya. Mereka sungguh tenggelam dalam keheningan keduanya.

Yuna membuka suara. "Rayn, lo kenapa dingin sama gue?"

"Gue suka sama lo."

Pernyataan Rayn membuat Yuna tersenyum dalam benaknya. Tetapi, kali ini dia egois, dia ingin pergi secepatnya.

"Gue pergi dulu," Yuna bangkit dan bergegas untuk pergi.

Rayn menahan lengannya dan menarik Yuna ke pojok minimarket. Mendorongnya dengan keras. Mendekatkan dirinya dengan wajah Yuna.

Cup!
Rayn mengecup bibir Yuna.

Rayn menatap Yuna dan tersenyum tipis, dirinya berniat untuk melumat bibir Yuna. Tapi Yuna membuang wajahnya.
Detakan jantung Yuna tidak stabil dan dia merasakan hal ganjil saat itu.

Dia mendorong Rayn sekuat tenaga dan pergi meninggalkannya.

Yuna berlari dan terus berlari, ini merupakan yang pertama kali baginya. Dia berlari sampai ke komplek rumah Lerana, memang jarak antara minimarket dan komplek rumah Lerana tidak begitu jauh.

Sesampainya di depan pekarangan rumah Lerana, Yuna bermaksud untuk memasukinya. Saat kakinya melangkah masuk, dia mendengar seseorang sedang berbicara mengenai dirinya.

"Ya, Yuna!"

"Stop Lerana! Dia gak ada hubungannya dengan ini."

"Jadi kenapa lo milih gue dibandingkan Yuna?" tanya seseorang yang Yuna ketahui itu adalah suara Lerana.

Yuna mengintip Lerana dan lawan bicaranya, yaitu seorang wanita memakai topi hitam. Yuna dapat melihat wajahnya tapi tidak dapat mengenalinya.

Yuna juga menguping sedikit demi sedikit kata yang diucapkan keduanya.

"Hey, gue suka sama Baskara dan lo ternyata pacarnya!"

Lerana menatap wanita itu dengan tanda tanya. "Kenapa harus Baskara? Kenapa gak Rayn?"

"Shut up!" bisik wanita itu menutup mulut Lerana dengan telunjuk tangan kanannya. "Permainan dimulai! Gue mau liat gimana Naya gila gara-gara ini."

Yuna berlari meninggalkan komplek dan memberhentikan sebuah taksi agar cepat sampai rumah Naya.

Yuna mendengar semuanya, tentang dia, Naya, Rayn, Dev, dan Baskara.

Setelah sekian menit berlalu, supir taksi membuka mulutnya. "Udah sampe, Mbak," ucapnya.

Yuna segera membayar dan memencet bel rumah Naya. Naya keluar dengan wajah bantalnya.

Yuna memeluknya erat, kemudian melepasnya. Dia memberikan raut wajah sedih kepada Naya.

"Lo kenapa si-aneh," kata Naya dibarengi dengan menguap yang cukup lebar. "Ini udah jam sebelas astaga!"

Yuna mendecih sebal. "NAYA! LIAT! PERHATIIN BIBIR GUE! Ada yang berubah ga?" tanya Yuna panik.

"Ga."

"Gue tidur disini dong! Malem ini terakhir." Yuna menyipitkan matanya. "Lo bilang kan bokap lo pergi."

"Masuk cepetan!" paksa Naya mempersilahkan Yuna masuk.

Setelah berhasil masuk, Yuna berjalan menuju dapur dan-Dor! Andi mengageti Yuna.

Yuna mengelus dadanya. "Sial gue kaget!" pukul Yuna dengan cepat ke kepala Andi. "Bentar, kok lo disini?" pertanyaan Yuna membuat Naya menghampirinya.

"Naya bangun tidur," tunjuk Yuna ke Naya. "Andi pake baju tidur," tunjuk Yuna beralih ke Andi. Sedangkan yang ditunjuk hanya menatapnya datar. "Tadinya di rumah ini gak ada siapa-siapa selain kalian berdua," kata Yuna. "WTF! KALIAN TIDUR BARENG YA?!"

***

Tbc...
Jangan lupa vote. Thx.










Everything Has Changed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang