Bel masuk sekolah berbunyi menandakan pelajaran pertama akan dimulai.
Bel sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, tapi Naya masih sempoyongan untuk berjalan dan dia diharuskan memegang tembok agar tidak terjatuh.
Seketika itu juga ada yang memegang pinggang Naya untuk membantunya berjalan.
"Sini gue bantuin," tawar seseorang.
Naya menoleh dan betapa terkejutnya dia.
"Arghh!!" Naya jatuh kelantai dan menangis.
Seseorang tersebut menunduk dan mencoba membantunya berdiri. "Jangan nangis, malu."
"Dev.." lirih Naya menghiraukan bantuan yang ditawarkan untuknya.
"Kaki lo kenapa?" tanya Dev memaksa Naya berdiri dan menuntunnya.
Naya menunduk malu. "Jatuh."
Dev mendudukkan Naya di salah satu kursi yang ada di uks, untuknya apapun yang terjadi seseorang membutuhkan perawatan.
Naya menghela nafasnya. "Kenapa kesini?"
"Tolong jelasin dengan detail apa yang terjadi."
"Rangga selalu absen," Astrid mengeluh.
"Ma..." Naya menatap mamanya kosong.
Joe mencoba menghangatkan suasana. "Naya, papa membelikanmu hadiah."
"Benarkah?" Mata Naya berbinar-binar.
"Papa taruh di kamar tidurmu."
"YEAY!" Naya berlari meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang menyantap makan malam.
Naya berlari dengan cepat menaiki tangga, tak disangka dirinya hanya menginjak ujung anak tangga yang membuatnya terjatuh.
Tulang kering Naya menabrak salah satu anak tangga. "AW!" Naya berteriak.
Sedangkan tangannya mencoba berpegangan pada sisi tangga.
Setelah merasakan sakit, Naya duduk di salah satu tangga. Naya berharap ada yang membawanya ke kamar, tapi itu hanya angannya, nyatanya dia harus berjalan pincang menahan rasa sakit menuju kamarnya.
Dev tersenyum tipis mendengarnya.
"Dev.."
***
Dev menongolkan wajahnya ke dalam uks yang membuat Naya melambai dari dalam.
"Gimana?" tanya Dev duduk disamping ranjang Naya.
"Gue disuruh balik ke kelas."
Dev menatap Naya. "Baru juga istirahat."
"Yaudah nanti kalo udah masuk," kata Naya. "Lo gak istirahat atau-" kata-katanya terpotong saat bayangan masa lalu muncul di pikiran Naya.
'Takut' batin Naya.
***
Suasana malam ini memang sangat dingin, ditambah lagi hujan yang tak henti turun membasahi bumi.
ting..nong..
Sudah lebih dari tiga kali suara bel berbunyi di kediaman rumah Naya.
"Udah tau berisik, kalo nge-bel tuh sekali aja, lo kira gue budek?!" omel Naya kepada tamu yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Naya... gue nge-bel sekali aja lu gak keluar," jawab tamu tersebut.
Seperti biasa setiap malam minggu Lerana dan Yuna selalu menjadi tamu di rumah Naya, Naya sangat senang kedua teman gilanya sering datang ke rumahnya.
Sesampainya di kamar Naya, Lerana langsung memainkan kukunya dengan kutek koleksi Naya dan Yuna sibuk dengan handphone-nya.
"Yun cengar-cengir mulu lagi ngapain sih?" tanya Naya.
"Oiya handphone kan gabisa ngelawak ya," kata Lerana yang masih sibuk dengan kukunya.
"Ini biasa," jawab Yuna.
Naya menolehkan wajahnya untuk untuk mengintip isi handphone Yuna. "Apa sih gue kepo."
Yuna berpindah tempat saat mengetahui apa yang Naya lakukan.
Lerana menaruh kutek dan berfikir bagaimana caranya mencairkan suasana. "Kaki lo udah enakan, Nay?"
"Udah lumayan nih, udah diurut juga."
"Lo kenal Dev?" tanya Yuna mendekati Lerana dan Naya.
Lerana memang mengetahui bahwa Naya pernah berteman dengan Dev, tapi Lerana sama sekali tidak mengetahui mengenai masa lalu Naya dan hubungannya dengan Rayn. Sedangkan Yuna tidak mengetahui semuanya.
Yuna melirik Naya dan Lerana. "Kok kalian diem? Apa yang kalian sembunyiin dari gue?"
Naya menelan ludahnya, tidak mungkin dia memberitahu Yuna tentang Dev, karena semuanya berhubungan dengan hubungannya dengan Rayn.
Dalam situasi tegang seperti ini, Lerana menyalakan lagu dangdut, berharap dapat mencairkan suasana.
Kemudian Lerana berjoget diatas kasur demi meredakan hawa tegang diantara mereka.
Lerana menarik tangan Naya untuk berjoget dengannya dan membisikkan sesuatu kepada Naya. "Ikutin gue!"
"GIRLS! BERHENTI!" teriak Yuna mematikan lagu milik Lerana.
Naya duduk di samping Yuna. "Dia kan ketua kelas kita, ketua osis kita juga, mustahil kalo kita gak kenal dia."
'Pintar sekali Naya, itu alasan yang masuk akal' batin Lerana.
"Terus kenapa Dev membantu lo jalan dan membawa lo ke uks? Waktu itu juga lo tiba-tiba nyamperin Dev setelah itu mata lo memerah dan berair," penyataan Yuna membuat Naya tersedak air liurnya sendiri.
Naya terdiam dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur, dia berharap dapat segera tidur dan melupakan semua pertanyaan ini.
***
Jangan lupa vote
Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
Fiksi Remaja[Bacalah semua kisah tentangku] Aku melerakan pacarku untuk sahabatku dan melerakan kepergian abangku karena papaku. Sebelumnya semua baik-baik saja, semenjak pertemuanku dengan Dev seolah kehidupanku berbalik. Dev adalah temanku dulu yang menyebabk...