7. Malam Hari Di Selatan Jakarta

958 96 8
                                    

Play song on multimedia!<3
-

Cinta adalah resah paling rusuh yang singgah paling sungguh.

—Monstreza

***

RATNA MELEPAS kacamata minusnya yang hanya ia pakai di saat-saat tertentu saja. Tangan kanannya memijat pelan pangkal hidungnya seraya memejamkan mata. Tumpukan kertas putih berserakan di meja kerjanya yang juga dipenuhi dengan laptop, draw pen, dan alat-alat lainnya.

Lisa, teman kerjanya yang berada di kubikel sebelahnya itu sedang sibuk membereskan berkas-berkas dan sebagainya. Jika dilihat dari gerak-gerik Lisa, sepertinya perempuan itu sedang bersiap-siap untuk pulang. Mengingat hal itu, buru-buru Ratna melihat arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

20:30 WIB.

Belum terlalu larut, tapi Ratna merasa sangat lelah. Bagaimana tidak? pekerjaannya sangat banyak hari ini. belum lagi, tugas kuliah menggunung yang sudah meronta-ronta minta diselesaikan. Apa keputusannya untuk bekerja ini terlalu tergesa-gesa? Ah, tidak juga, pikir Ratna. Rasa-rasanya ini bukanlah soal pekerjaan. Mungkin memang perempuan itu saja yang tidak pandai mengatur waktu. Lagipula ia sudah bekerja selama satu bulan di tempat ini, barangkali cukup butuh waktu dua atau tiga minggu untuk lebih terbiasa.

"Rat, mau bareng nggak?" Lisa menghampiri kubikel Ratna yang masih acak-acakan. Tas branded Zara merah maroon keluaran terbaru menggantung di tangannya yang kecil nan putih itu.

Ratna menengok ke arah perempuan berambut curly itu, lalu menggeleng pelan. "Nggak mbak, makasih. Aku masih mau beres-beres dulu."

Lisa mengangguk mengerti seraya ber-oh-ria. "Okay, aku duluam ya, Rat."

"Oke, mbak."

Setelah Lisa berlalu dari sisinya, Ratna mulai membereskan barang-barangnya yang berserakan dan memasukannya sebagian ke dalam map dan tas yang ia bawa. Baru ingin saja beranjak dari kursi yang didudukinya, tapi suara wanita dengan skirt hitam itu menginterupsinya.

Ranta agak terpenjat. "Eh, mbak. Ada apa ya?"

"Rat, kamu dipanggil Pak Tio di ruangannya tuh. Biasa, awal bulan."

Gadis itu terkekeh. Nah, ini dia bagian yang paling ia tunggu-tunggu dari malam ini. Gaji pertama, tunggu akuuuu. "Oh gitu? Yaudah, aku kesana dulu. Makasih ya, mbak. Permisi."

Langkah santainya menyusuri lantai satu per-satu menuju ruangan pak Tio. Duh, jadi nggak sabar! Apalagi, malam ini juga penentuan apakah gadis itu diterima sebagai pegawai resmi atau tidak. karena satu bulan pertama ini hanyalah masa pelatihan dan penilaian kinerja, bagus atau tidaknya.

Pintu kaca itu terbuka sedikit, disusul dengan tubuh Ratna yang memasuki ruangan luas dengan pendingin ruangan yang cukup rendah derajatnya. Pak Tio tersenyum dari kursinya, lalu menyalami tangan Ratna begitu gadis itu duduk di hadapannya.

"Selamat ya, Rat, kamu diterima jadi pegawai tetap disini." Pak Tio tersenyum hangat. Langsung pada inti, tanpa basa-basi.

Senangnya bukan main! Rasanya Ratna ingin menarik apa saja yang ada di dekatnya lalu digigiti, saking senangnya. "Makasih banyak, Pak."

"Sama-sama," ucapnya. "oh ya, gaji pertama kamu sudah saya transfer ke rekening kamu barusan. Silahkan cek sendiri ya."

Ratna tersenyum lega, sekaligus senang. Dapat uang dari hasil keringat sendiri? Tidak pernah Ratna bayangkan sebelumnya. Senang dan juga bangga, pastinya. "Iya Pak, terima kasih. Kalau gitu saya pamit pulang ya, Pak, selamat malam."

KOTA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang