6. Salah Orang

2.2K 154 2
                                    

Weekend yang membosankan. Fariz hanya diam di kamar sambil mendengarkan musik dari ponselnya. Coba kalo di sekolah, dia pasti sedang asyik mengobrol dengan sahabatnya.

Fariz keluar kamar dan berjalan menuju ruang keluarga, menyalakan tv dan duduk di sofa sambil memakan cemilan yang berada di atas meja.
"Nggak ada acara yang bagus apa," gerutunya.

🎈🎈🎈

Berbeda dengan Fariz, Rifki sedang sibuk di cafe bundanya. Dia bernyanyi di cafe dan setelah selesai, giliran band cafe yang melanjutkannya. Kadang Rifki membantu mengantarkan pesanan pengunjung cafe.

Rifki memperhatikan pengunjung cafe satu per satu, "Nggak ada yang gue kenal." gumamnya.

"Ki, pesenan meja nomor 4 udah kamu anterin?" tanya bundanya sambil memegang pundak Rifki.

"Udah kok. Ada pesenan yang harus dianter lagi, Bun?" Rifki tersenyum pada bundanya.

"Mending kamu samperin pengunjung yang baru dateng tuh. Gih sana," perintah Bundanya sambil menunjuk meja paling ujung.

Rifki mengangguk dan membawa buku menu lalu berjalan menuju meja yang berada di sudut cafe.

"Silakan mas, mba," ucapnya sambil menyodorkan ke hadapan pengunjung.

"Lho ... Rifki," Iren menatap Rifki bingung.

"Iren beb," Rifki tersenyum lebar, "ngapain lo di sini?" tanyanya sambil melihat Iren dan cowok yang duduk di hadapan Iren.

Iren memutar bola mata dan menatap Rifki kesal, "Beb- beb ... emang gue bebek apa?"

"Dia siapa kamu?" tanya cowok yang dari tadi diam memperhatikan Iren dan Rifki.

"Oh iya kenalin, gue Rifki, temen sekelas Iren. Lo pasti pacar baru Iren, iya 'kan?" ucap Rifki lalu menyodorkan tangannya.

"Riko, pacar Iren." ucapnya tanpa berniat menjabat tangan Rifki yang masih menggantung di hadapannya.

Rifki menarik tangannya kembali, "Pesen apa?" tanya Rifki datar.

"Kita pindah cafe aja yuk!" ajak Riko tiba-tiba.

Iren menatap Riko kesal, "Gue mau pulang aja!"

"Lho, kok pulang sih?" tanya Riko.

"Gue baru tahu kalo lo nggak bisa salaman, Rik." ucap Iren sarkatis.

"Hah?" Riko menatap Iren bingung.

Sementara Rifki, dia tertawa pelan mendengar ucapan Iren.

Iren menarik tangan Rifki, "Anterin gue pulang."

"Eh, Ren, gue kan-"

"Oh iya, lo lagi kerja ya?" tanya Iren.

"Cie ... pegang-pegang tangan gue," Rifki menatap tangannya yang dipegang Iren lalu mengedipkan sebelah matanya.

Iren menarik tangannya dengan cepat lalu mengerucutkan bibir.

"Gue anterin lo pulang deh. Tapi gue pamit dulu sama bunda, ya," Rifki menarik tangan Iren dan berjalan menuju ruang belakang cafe, meninggalkan Riko, "Bun, Rifki nganterin temen pulang dulu ya, entar balik lagi ke sini kok." ucapnya.

"Eh? Temennya Rifki?" tanya Bunda pada Iren.

"Iya Tante. Saya Iren, temen sekelas Rifki," Iren menyalami tangan Bunda Rifki lalu tersenyum.

"Yaudah. Hati-hati di jalannya, jangan ngebut, Ki." nasihat bundanya.

Rifki mengangguk dan menyalami tangan bundanya diikuti Iren.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang