1. Pertemuan

8.7K 312 16
                                    

Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru. Fariz sedang memakan nasi goreng buatan mamanya dengan lahap. Fariz tahu kalau dia akan datang terlambat ke sekolah karena saat ini dia masih berada di rumahnya. Tapi Fariz tidak bisa jika tidak sarapan nasi goreng buatan mamanya.

Mama sudah menawarkan untuk membuatkan bekal nasi goreng ke sekolah supaya Fariz bisa sarapan di sekolah, tapi Fariz menolak karena dia malu kalau harus membawa kotak makan ke sekolah. "Fariz bukan anak SD, Mah." protes Fariz saat mamanya memaksa dia untuk membawa bekal ke sekolah.

"Fariz berangkat ya," ucapnya saat dia sudah meminum susu coklat kesukaannya.

"Hati-hati," nasihat papanya.

Fariz mengangguk dan menyalami tangan kedua orang tuanya. Dia berjalan keluar rumah dan memasuki mobil yang sudah biasa dia kemudikan selama empat bulan ke belakang ini.

Fariz anak tunggal yang sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Dia mendapatkan mobil ketika ulang tahunnya yang ke-17 tahun, empat bulan yang lalu. Dan dengan bangganya, dia mengendarai mobilnya ke sekolah setelah dia lancar menyetir. Walaupun begitu, Fariz bukanlah anak yang manja.

Fariz memiliki wajah yang lumayan tampan dan senyuman yang manis. Dia selalu menggombali cewek dengan perkataan yang sama, tidak kreatif memang.

🎈🎈🎈

Sesampainya di sekolah, Fariz langsung melihat papan pengumuman yang dikerumuni oleh murid-murid yang baru datang. Sepertinya dia harus secepatnya menemukan namanya diantara deretan nama dikertas yang tertempel di papan pengumuman. Dan satu lagi, dia bersyukur karena ternyata dia bukan satu-satunya murid yang baru datang.

"Kok nama gue nggak ada ya?" gumam Fariz.

"Misi dong, gue juga mau liat pengumuman pembagian kelas," ucap seorang cewek yang sedikit lebih pendek dari Fariz.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Fariz menggeser badannya sedikit dan membiarkan cewek itu maju melihat papan pengumuman.

"Nathalie Farisa ... yes! Gue masuk 11 IPA3!"

Fariz menatap cewek di sampingnya dengan kening berkerut. Sesemangat itu ya nih cewek, batin Fariz.

Cewek yang bernama Nathalie Farisa menoleh ke arah Fariz dengan cengiran di wajahnya, "Kita sekelas lho ... mau ke kelas bareng?"

Fariz mengerjapkan matanya, "Lo tau nama gue?" tanyanya bingung.

"Name tag," ucap Nathalie sambil menunjuk dada sebelah kanan Fariz.

Fariz menepuk dahinya dan melihat kertas dengan tulisan 'KELAS 11 IPA3', dan di kertas itulah tertera namanya. Absen pertama, Altafariz Mahardika.

"Yuk ke kelas bareng!" Nathalie menarik tangan Fariz dan berjalan cepat menuju kelas 11 IPA3.

Fariz berjalan dalam diam dan membiarkan tangannya ditarik oleh Nathalie, cewek yang baru dia kenal beberapa menit yang lalu. Bahkan mereka belum berkenalan secara resmi.

"Gue duduk di sini," Fariz melihat tiga orang yang baru saja mengucapkan empat kata yang sama seperti yang dia ucapkan.

Fariz melihat ke arah cewek yang sedang memegang bangku di sebelahnya, dan berganti melihat ke arah Nathalie dan cowok yang sedang memegang bangku yang berada di belakang bangku yang ingin dia tempati.

"Gue nggak mau duduk sama cowok." ucap Nathalie dan cewek itu kompak.

Fariz mengerutkan dahinya menatap kedua cewek itu.

"Iren lo duduk di sini aja sama gue," Nathalie tersenyum ke arah cewek yang dia panggil Iren.

"Kok lo tau nama gue?" tanya Iren bingung.

Nathalie memutar bola matanya malas, "Buat apa ada name tag kalo nggak dimanfaatin buat tau nama orang yang ada di hadapan kita, hm?" cibir Nathalie.

Iren nyengir dan membenarkan poni rambutnya, "Gue mau duduk di sini aja, Nath. Gue males duduk di bangku paling belakang. Tapi ... gue nggak mau duduk sama lo," tunjuk Iren pada Fariz.

"Fariz, lo duduk sama Rifki, ya?" pinta Nathalie.

Rifki yang merasa namanya disebut pun menoleh, "Gue mah duduk sama siapa aja juga mau, asal ada temen. Daripada kosong, entar ditempatin setan," ucapnya lalu tertawa kecil. Tapi tawanya langsung berhenti karena tiga orang di dekatnya tidak ada yang tertawa

"Krik," cibir Iren.

Rifki cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

"Gue duduk sama Rifki deh," ucap Fariz.

Nathalie menggeser badannya saat Fariz ingin duduk di bangku yang tadinya hampir dia tempati, Nathalie berjalan ke depan, dan duduk di samping Iren.

"Kenalin, nama gue Nathalie Farisa. Terserah lo mau manggil gue apa," Nathalie menyodorkan tangannya ke hadapan Iren.

Iren menjabat tangan Nathalie dan tersenyum, "Andriana Iren Puspita, panggil gue Iren."

Nathalie menoleh ke belakang dan duduk miring, dia menyodorkan tangannya sambil tersenyum, "Nama gu-"

"Nathalie Farisa. Gue udah tahu nama lo. Buat apa ada name tag kalo nggak dimanfaatin buat tahu nama orang yang ada di hadapan kita, hm?" Rifki mengikuti gaya bicara Nathalie.

Fariz hanya terkekeh memperhatikan teman barunya.

"Rifki Agung Prasetyo. Biasa dipanggil Rifki, manggil sayang juga boleh," ucapnya tersenyum lebar.

Iren langsung bergaya layaknya orang muntah, "Jijik lo."

Rifki, Nathalie, dan Fariz tertawa melihat respon Iren.

"Altafariz Mahardika. Panggil gue Fariz," ucap Fariz.

"Aku bakal ngasih kalung buat mahar kita nanti," ucap Rifki sambil memegang tangan Fariz yang berada di atas meja.

Fariz berdiri dan menatap Rifki horor, "Najis! Lo homo?"

Nathalie tertawa terbahak mendengar percakapan Fariz dan Rifki. Sementara Iren hanya memandang Rifki sambil mengerutkan dahi.

"Lo tukang lawak apa gimana?" tanya Iren.

"Aku calon suamimu, sayang." Rifki mengedipkan sebelah matanya.

Iren mencebikkan bibirnya, "Kalian dari kelas 10 berapa?" tanyanya.

"10 IPA3," jawab Nathalie.

"10 IPA2," jawab Fariz diikuti senyuman manisnya.

"10 IPA4," Rifki memainkan alisnya.

Iren menganggukkan kepalanya, "Oh ... gue 10 IPA1."

"Nggak ada yang nanya," ucap Rifki lalu memeletkan lidah.

Iren melihat Rifki dengan mata melotot lalu membalikkan badan. Menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Nahloh ... ngambek Ki. Lo mah baru juga temenan udah dibikin ngambek," Nathalie menatap Rifki greget.

"Becanda doang gue, dia nya aja yang baper." ucap Rifki santai.

Nathalie membalikkan badan, "Lo nggak marah 'kan? Rifki becanda doang tadi." ucapnya pada Iren.

Iren mendongak dan tersenyum, "Nggak marah kok. Cuma kesel doang."

"Fariz, lo anak basket?" tanya Rifki.

"Iya. Lo? Futsal apa Volly?"

"Gue futsal. Jago membobol gawang lawan dan membobol hati para cewek," Rifki membusungkan dada dan menepuk-nepuknya.

Fariz terkekeh kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lo udah punya pacar?"

Rifki menatap Fariz lalu tersenyum, "Nggak."

"Terus jago membobol hati para ceweknya itu dari mana?" tanya Fariz lagi.

"Banyak yang ngefans sama gue. Kadang sampe ada yang minta tanda tangan. Maklumlah," Rifki memegang kerah seragamnya, "Cogan. Cowok ganteng."

Fariz menggelengkan kepala melihat tingkah teman sebangkunya itu.

*****
Hai! Cerita baru nihh wkwkwkwk
Semoga suka yaa^^
Happy Reading! Jangan lupa vomment. Komen apa pun boleh. Kritik dan saran boleh;) Jangan sider:)

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang