22. Satu Hari Bersama Ayna

1.4K 97 2
                                    

Fariz menghampiri Ayna yang sedang duduk di dekat pos satpam. Ia tersenyum lebar saat Ayna melihat ke arahnya.

"Hai Ay, pulang bareng gue yuk!"

"Nggak. Makasih," tolak Ayna.

"Sekali ini aja kok. Ya Ay, ya?" mohon Fariz.

"Oke," ucap Ayna akhirnya.

Fariz tersenyum lebar lalu membiarkan Ayna berjalan di depannya. Ia membukakan pintu mobil untuk Ayna.

Ayna masuk ke dalam mobil lalu memakai sabuk pengaman.

"Ikut gue dulu ya," ucap Fariz saar di tengah perjalanan.

"Ke mana? Tadi 'kan perjanjiannya lo nganter gue pulang." protes Ayna.

"Sebentar doang kok," Fariz tersenyum.

Ayna mendengus mendengar ucapan Fariz. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku lalu membaca novel online.

Ayna sudah lelah dengan cowok yang ada di sampingnya ini. Ia malas kalau Fariz sudah memaksa supaya dia melakukan apa pun yang Fariz inginkan. Dan sepertinya, ini terkahir kalinya Ayna mengikuti kemauan Fariz. Dia akan tegas mulai sekarang.

"Mau ke mana sih?" tanya Ayna kesal.

Fariz tersenyum lebar, "Danau. Lo pasti suka."

Ayna menghembuskan napas mendengar ucapan Fariz. Dia hanya menganggukan kepala merespon ucapan Fariz.

"Wow," satu kata yang Ayna ucapkan saat melihat danau yang ada di hadapannya.

"Bagus 'kan?" Fariz tersenyum melihat Ayna.

"Jernih banget airnya," Ayna menoleh pada Fariz, "lo tau tempat ini dari mana?"

Fariz mengangkat bahunya, "Gue di kasih tau tempat ini sama bokap. Dan lo orang pertama yang gue aja ke sini."

"Oh ... gitu," Ayna menganggukan kepalanya.

"Riz."

"Ay."

Fariz tertawa saat dia dan Ayna saling memanggil satu sama lain.

"Lo aja dulu. Kenapa?"

Ayna menghela napas lalu menatap Fariz, "Lo mau ngomong apa tadi?"

Fariz menggeleng, "Lo aja dulu, lo mau ngomong apa?"

Ayna mengangguk lalu melihat ke arah danau, "Gue nggak bisa cinta sama lo, Riz. Jadi gue minta tolong banget sama lo, lo jangan terlalu berharap sama gue."

Fariz terdiam mendengar ucapan Ayna. Dia mengacak rambutnya lalu mendecak.

"Gue cuma ngasih tau lo, Riz. Gue nggak mau lo terlalu berharap sama gue," lanjut Ayna.

"Oke," Fariz menganggukan kepalanya, "makasih udah ngasih tau."

"Lo gapapa 'kan?"

"Gue nyesek sih sebenernya. Sedikit. Gue tadi mau nembak lo padahal, Ay."

Ayna tertawa kecil mendengar ucapan Fariz, "Kok lo lucu sih? Cowok yang pernah gue giniin nih ya, mereka langsung ngatain gue 'sok' karena gue nolak mereka. Tapi respon lo kok beda ya sama mereka," Ayna tersenyum menatap Fariz.

"Karena gue emang cowok yang berbeda. Kali aja lo bisa suka sama gue 'kan," Fariz mengedipkan sebelah matanya.

Ayna tersenyum kecil lalu menggeleng, "Gue nggak bisa."

Fariz mengedarkan pandangannya ke sekitar danau, dia mengangguk-angguk mencoba memahami ucapan Ayna.

"Jangan-jangan ... lo suka sesama jenis lagi, Ay."

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang