Kicauan burung di pagi hari memenuhi sekitar villa. Udara dingin puncak membuat mereka yang sedang berlibur bermalas-malasan menjalankan aktivitas.
Tapi karena hari ini hari terakhir di puncak, mereka akan menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan nanti sore. Rencananya, nanti malam mereka akan bakar-bakar jagung sambil menyalakan api unggun.
Rama, Dino, Dean, dan Soni sedang menyiapkan kayu untuk api unggun nanti. Sedangkan Rifki dan Fariz menyiapkan tempat untuk membakar jagung.
Dan tugas cewek-cewek adalah mengupas jagung-jagung yang akan dibakar sampai bersih. Nathalie, Iren, Janet, dan Sesil mengupas jagung sambil mengobrolkan hal-hal yang biasanya dibicarakan oleh remaja-remaja seumuran mereka.
🎈🎈🎈
Setelah selesai membantu mengupas jagung, Iren masuk ke dalam villa untuk mencuci tangan.
Tadi pagi dia menerima telpon dari Papa yang menanyakan bagaimana keadaannya. Makan teratur apa nggak, tidur nyenyak apa nggak, dan yang bikin Iren kaget, Papa menanyakan soal Rifki juga.
Iren menghembuskan napas lalu membasuhkan air ke wajahnya. Dia keluar dari kamar mandi dan melihat Rifki yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi sambil tersenyum lebar.
Rifki mengelap wajah Iren yang basah dengan handuk yang dipegangnya.
"Bangga banget bisa punya calon istri secantik ini."
Iren refleks tertawa mendengar ucapan Rifki.
"Lho, kok ketawa? Ada yang lucu?"
Iren menghentikan tawanya lalu menggelengkan kepala, "Pacaran aja nggak, gimana bisa jadi calon istri," Iren berjalan melewati Rifki.
"Ren, itu barusan lo ngode gue apa gimana?" teriak Rifki setelah beberapa detik terdiam.
🎈🎈🎈
Iren membenarkan kunciran rambutnya lalu menatap pantulan wajahnya di cermin.
Ia memikirkan apa yang tadi dia katakan pada Rifki berulang-ulang. Entah kenapa tadi mulutnya tiba-tiba mengatakan hal itu pada Rifki. Dan sekarang dia menyesalinya.
"Lo kenapa sih, Ren?" tanya Nathalie bingung, ia menatap Iren dari atas tempat tidur.
"Aduh Nath, gue tadi salah ngomong. Aduh gimana nih? Gimana kalo nanti-"
"Nanti apaan sih? Cerita yang jelas." Nathalie memotong ucapan Iren.
"Jadi gini," Iren menghampiri Nathalie lalu menceritakan semuanya pada Nathalie.
Nathalie tertawa mendengar apa yang diceritakan oleh Iren, "Akhirnya ... setelah sekian lama."
"Apaan sih, Nath? Nggak jelas lo," Iren mengerucutkan bibirnya.
"Gue yakin, Rifki pasti nembak lo nanti."
"Hah?!"
"Serius. Dia pasti nembak lo. Jadi gue kasih tau sama lo, nanti pas dia nembak lo, lo harus langsung terima dia. Oke?"
Iren memukul lengan Nathalie kesal, "Apaan sih lo?!"
Nathalie mengusap tangannya yang dipukul Iren lalu tertawa saat melihat wajah Iren yang memerah karena malu.
🎈🎈🎈
Hujan turun membasahi bumi. Angin bertiup kencang membuat dedaunan berjatuhan.
Kayu yang sudah disiapkan tadi siang kini basah, terguyur oleh air hujan. Rama dan yang lainnya duduk menatap hujan dari jendela yang ada di ruang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionAltafariz Mahardika, cowok yang sedang dalam proses move on dari mantan pacarnya. Andriana Iren Puspita, cewek yang cepat merasa bosan dengan suatu hubungan. Dia akan mengatakan kata 'putus' dengan mudahnya kalau dia sudah bosan dengan hubungannya...