30. Makan Malam

2.8K 115 8
                                    

Kring ... Kring ... Kring ...

Suara jam weker membuat penghuni kamar terbangun dari tidurnya. Dia mengucek matanya pelan lalu bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan ke kamar mandi dengan malas setelah mengambil handuk.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, ia berjalan keluar kamar menuruni anak tangga satu persatu. Lusa nanti, dia tidak akan bisa bangun jam sepuluh lagi karena sekolah sudah dimulai.

"Lo mau ke mana?" tanya Sonya.

"Jalan sama Iren."

"Mentang-mentang udah jadian," cibir Kenya.

Rifki tersenyum lebar. "Kakak-kakakku yang cantik, adik kalian yang paling ganteng ini berangkat dulu, ya. Bilangin ke bunda, Rifki main sama Iren. Makasih."

"Ew." ucap Kenya dan Sonya kompak.

🎈🎈🎈

Hari ini Rifki akan mengajak Iren jalan-jalan ke mana pun, terserah, Iren yang akan menentukan. Dengan penampilan -yang menurutnya- sudah keren, Rifki turun dari mobil. Ia meminjam mobil bundanya karena dia sedang malas mengendarai motor, entah kenapa.

"Assalamu'alaikum," ucapnya setelah mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam." Iren membuka pintu rumah lalu menatap Rifki dengan sebelah alis terangkat, "ngapain?"

Rifki melotot mendengar pertanyaan Iren. Semalam dia sudah bilang pada Iren bahwa hari ini mereka akan jalan-jalan. Dan sekarang, Iren berdiri di depannya masih mengenakan baju tidur.

"Iren ... 'kan semalem gue udah bilang, kita mau jalan keluar hari ini. Kenapa lo belum siap-siap?" ucapnya gemas.

Iren menepuk jidatnya mendengar ucapan Rifki. "Gue lupa. Suruh siapa lo nggak ingetin gue tadi pagi?"

Rifki menghela napas. "Gue kesiangan, jadi nggak ngucapin selamat pagi. Btw, nggak disuruh masuk nih? Pengen ketemu pamer nih."

"Pamer apaan?" tanya Iren setelah mempersilakan Rifki masuk.

"Papa mertua," Rifki mengedipkan sebelah matanya.

"Papa nggak ada. Lagi jalan-jalan sama Pak Udin."

"Oh." Rifki menganggukan kepalanya tanpa menanyakan siapa Pak Udin pada Iren.

Setelah -kurang lebih- dua puluh menit menunggu, akhirnya yang ditunggu muncul juga. Iren turun dari tangga dengan mengenakan celana jeans dan kaos bergambar, di pundaknya tersampir slim bag yang sewarna dengan kaosnya.

"Yuk Ki!"

Rifki menganggukan kepala lalu berdiri. Dia menggerakan tangannya, menyuruh Iren mendekat.

Iren menatap Rifki bingung. "Kenapa?"

"Minta minum, gue haus."

Iren menepuk jidatnya. Ia lupa menyuruh bibi untuk membawakan minuman buat Rifki. "Sebentar. Gue ambilin."

"Mau kemana?" tanya Iren setelah memasuki mobil.

Bukannya menjawab, Rifki malah fokus menatap Iren. Iren balas menatap Rifki, bingung.

Rifki mengangkat tangannya lalu mengusap-usap dahi Iren dengan ibu jarinya. "Kasian. Jidat lo udah kena pukul dua kali, padahal masih pagi."

Iren membuka mulutnya untuk berbicara, tapi suaranya tidak bisa keluar saat Rifki mendaratkan bibirnya tepat didahi Iren.

Rifki tersenyum menatap Iren. "Yuk berangkat!"

🎈🎈🎈

Nathalie menatap pantulan dirinya di cermin. Dia mengenakan dress berwarna hitam, rambutnya ia biarkan tergerai. Kata orang tuanya, malam ini akan ada tamu yang sangat penting. Jadilah ia memakai pakaian seperti ini.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang