2

171 27 6
                                    

Setelah usai mengganti pakaiannya Lia langsung menghampiri teman-temannya yang masih duduk manis didalam Home Theater  menonton film horror baru yang berjudul 'the conjuring 2'. Lia memperhatikan bagaimana kondisi Home Theaternya yang berantakan akibat ulah teman-temannya, untungnya dia diberi Tuhan memberikannya kesabaran lebih untuk menghadapi tingkah aneh teman-temannya.

"Anjingg serem amat dah tapi masih sereman Raza kalo ngamuk sih" Iqbal menatap Reza dengan tatapan mengejek, untungnya Reza sudah terbiasa dengan kelakuan Iqbal jadi dia hanya terdiam tanpa merespon sedikitpun membuat Iqbal mendesah kesal.

"Hetdah yak ribut mulu. Eh Win itu bakso lu gaabis? Buat gua aja yak perut gua kan penampungan"

"apa kata lu da Lih" Galih langsung ngambil paksa mangkok bakso yang berada di tangan Windi, sedangkan Lia baru saja duduk, ia memilih duduk diantara Aldo dan Galih yang setidaknya lebih normal dibandingkan Iqbal.

"Eh Li tuh bakso lo diatas meja. Baikan gua, iyalah baik. Udah baik ganteng lagi kek Shawn Mendes"

"Bal makasi ya tumben, ga lu racunin kan? Btw lu bukan mirip Shawn, mau tau yang lebih ganteng ga?" Ucap Lia sembari mengambil mangkuk bakso yang ada diatas meja. Lia kaget melihat betapa banyaknya Iqbal menaruh sambal dimangkuk baksonya, untung saja hari ini Lia sedang ingin memakan sesuatu yang pedas. Setidaknya dia tidak jadi mengeluarkan pedang untuk memenggal kepala Iqbal.

"Siapa?"

"Tukang parkir yang deket perempatan sekolah, mirip bet sama lu" jawab Lia sekenanya, dengan perasaan kesal  yang sedikit membekas.

"Gua, dendam sih gua sama lu Li, Lagian kenapa ga dibuang sebagian dulu. Tololnya kumat dah" jawab Iqbal dengan muka polos yang terkesan tidak ingin disalahkan.

"Eh gaiz, kan udah mau liburan gaiz, menurut Aldo comte bagaimana kalau kita jalan-jalan" Ucap Aldo seraya berjalan kearah kandang hamster peliharan Lia lalu mengambil hamster Lia dan menciumnya. Entah mengapa dia melakukan itu, Lia terheran-heran dibuatnya.

"ALDO GAUSAH PEGANG PEGANG HAMSTER GUE!"

"E i-iya maap"

"Etdah yak jalan tinggal jalan, ayok dah do gua temenin" Lagi-lagi Lia dibuat menganga oleh kelakuan temannya yang sintingnya tidak terduga, Galih yang sudah berdiri kini kemabali duduk manis. "Gajadi deh nanti ketemu fans gue para 'Galih Addict' nanti gue malu secara gitu gua paling ganteng" Lia dan yang lainnya tertawa melihat kepercayadirian Galih yang sangat besar.

"ANJIR LAGU SUAMI GUE.
I might never be your knight in shining armour
I might never be the one you take home to mother
And I might never be the one who brings you flowers
But I can be the one, be the one......" untuk sekali lagi mereka tertawa karna kelakuan Galih yang tidak terduga memotong nyanyian Reza dengan seenaknya, dan mengganti liriknya dengan asal.

"Be the one, biduan dangdutttt"

"Be the one tonight bego, bukan biduan dangdut" ucap Reza dengan kesal sambil melemparkan bantal ke arah wajah Galih.

"EH EH PAUSE DULU DONG GUE ADA TELFON NIH BENTAR KOK” Perkataan Nabila membuat semua yang ada dalam ruangan itu menengok kearahnya yang sedang memegang ponsel dengan raut wajah paniknya.

"Hey kaumku, dengarkan bagindamu. Kenapa dari tadi baginda dikacangin? Kalian mau baginda usir dari kerajaan?" Aldo yang sebelumnya duduk manis disofa kini, berdiri diatas sofa sembari menggunakan flower crown milik Lia dengan ekpresi wajah yang cukup menjijikan "Anjir jijik do, turun lu" Windi langsung menarik Aldo untuk turun, karna tak tahan melihat kelakuannya.

"Gue mah ngikut yang cewe aja" Untuk Kali ini Iqbal memberikan jawaban yang selayaknya orang normal dengan arah pandangan menatap mangkuk bakso yang sudah habis.

"Jadi kalian mau kemana para kaum hawa?"

"Lu ngomongnya biasa aja lah Do, jijik gue. Gue mah terserah aja" jawabku

"Yaudah, ke dufan aja lah" usul Aldo.

"Ga! Bosen" Windi langsung menolak mentah-mentah "Hmm, Nonton aja deh"

"Yaelah nonton mah bisa kapan aja" Reza menolak dengan nada yang tegas sehingga tak ada yang membantahnya.

"Ke Bandung deh, lumayan udaranya masih bagus"

"Gamau ah study tour aja ke Bandung mulu" Iqbal menyahut sembari mencoba mengambil bakso milik Lia.

"YAUDAH TERUS KALIAN MAUNYA KEMANA? TADI KATANYA TERSERAH, GILIRAN DIAJAKKIN GAMAU. DASAR WANITA!" Aldo yang mulai kesal dengan teman-temannyapun berteriak karna mereka selalu menolak saran darinya. Walau sebenarnya ia juga menginginkan suatu trip yang tidak biasa..

"Ke puncak mau?" Lia mengusulkan tepat disaat Nabila kembali masuk kedalam Home Theaternya dengan raut wajah yang kurang enak untuk dilihat. “Eh Guys sorry gue gabisa ikut trip kalian gue ada urusan diakhir minggu ini, Win balik yuk? Temenin gue” Windi mengangguk dan keduanyapun memilih untuk pulang. Sepulangnya merekapun, Lia dan teman-temannya memutuskan untuk mempertimbangkan kepergian mereka ke Puncak.

"Nginep dimana nanti disana?" Reza adalah orang yang perfeksionis sangat tidak heran jika liburan ini harus berjalan sesuai rencananya, bahkan kalau  bisa Reza juga akan membuat list apa saja yang akan mereka lakukan nantinya.

"Di villa saudara gue, mau nih? Besok abis ambil rapot kita langsung berangkat. Gimana?"

"Aku sih yes" Iqbal langsung mengangguk setuju, diikuti dengan yang lain—yang tersisa dirumah Lia.

"Eh ntar dulu, naik apa? Emang boleh? Lo izin dulu sama orang tua lo Li, nanti kalo ada apa apa gimana? Siapa yang nyetir? Berapa lama kita disana?" Reza memberikan pertanyaan yang sudah Lia duga akan keluar dari mulutnya, dengan sabar Lia menjawabnya satu persatu tanpa ada yang kelewat sedikitpun. Lia sudah sangat paham dengan sikap Reza yang suka khawatir berlebih, setidaknya mungkin jawaban darinya akan membuat Reza sedikit tenang agar Reza tidak kembali membuat list aneh-aneh dalam liburan mereka kali ini.

"Mobil, boleh sans, supir, 3hari. Udah kejawab semua belom? Yaudah gue telfon deh yang jaga villanya bentar?" Lia pun mengambil ponselnya dari dalam kantung celana, mencari nomer seseorang yang selalu ia hubungi jika akan pergi berlibur kepuncak di dalam kontaknya.

"Hallo?"

"Hallo mang, ini Lia. Masih inget ga?"

"Oh neng Lia. Masih neng, ada apa? Tumben telfon"

"Rencananya besok Lia mau kesana 3 hari bisa ga mang?"

"Bisa neng, kapan aja bisa. Kata mas Michael kalo neng mau kesini kapan aja boleh"

"Mmm ya Michael, yaudah bilangin ke dia makasih. Besok aku kesana ya"

"Iya neng, siap"

Setelah Lia memutuskan sambungan telfonnya ia melihat kearah teman-temannya yang sedang memandanginya dengan tatapan menyelidik, perasaannya berubah menjadi tidak enak.

"Siapa Michael?" Tanya mereka berbarengan. Lia hanya memutar bola matanya, karna dugaannya benar kalau keempat temannya akan menanyakan tentang Michael.

MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang