Hari yang seharusnya menyenangkan namun malah menjadi bencana bagi beberapa manusia ini. Mereka sangat bahagia akhirnya bebas dari segala tugas dan Rutinitas sekolah yang menyita waktu untuk beberapa minggu kedepan, tapi kosekuensinya mereka terpaksa harus merelakan ponsel kesayangan mereka disita oleh orang tuanya.
Tidak perlu ditanya mengapa, tentu saja karna nilai mereka yang bisa dibilang buruk.
"Kenapa si mas? Itu muka ditekuk aja, udah jelek kok gausah dijelek jelekkin lagi" Ejek Lia, yang terlihat begitu bahagia dengan senyum yang lebar.
"Berisik lu, ah tauah perasaan gua udah belajar deh masa nilai gua tetep aja jelek" Balas Iqbal sambil menaruh kepalanya dimeja kantin dengan lemas.
"Belajar? Belajar nyontek maksud lo bal?" Iqbal hanya mengangguk dengan sindirian yang diberikan oleh Reza. Bukannya tersadar Iqbal semakin menyeseli mengapa dia tidak lihai dalam melakukan contek mencontek.
"Yailah sini belajar sama gua, dijamin deh"
"Brisik lo Lih, lu aja nyontek sama Lia pantes aja nilai lu bagus" Galih pun langsung menyatukan kedua tangannya dan menatap Lia dengan pandangan yang bisa dibilang sangat konyol. "Terimkasih telah menyalamatkan nyawa hamba baginda" Lia hanya menatap Galih dengan pandang risih dan merasa jijik dengan kelakuan temannya yang tidak pernah terduga ini.
"Heh bagindanya tuh gua!" Aldo menatap Galih dengan kesal sambil mencekik leher Galih. Sedangkan yang lainnya menjauh dan berpura pura tidak kenal dengan mereka berdua. "Hmm padahal gua udah searching masa tetep aja sih nilai gua jelek" sambung Aldo setelah selesai melakukan aksi bodohnya tadi dan duduk tenang, layaknya seperti tidak hal bodoh yang baru saja ia lakukan.
"Lu udah ditakdirin bego berarti Do, Bal" ucap Reza dengan cengiran lebar.
"Li, lu kenapasih sibuk sendiri aja. Perasaan tadi gue abis liat hp lu Whatsapp, Line, Snapchat, terus yang lainnya sepi sepi aja tuh" sambung Reza yang sedari tadi melihat tingkah Lia yang diluar dari biasanya, karna Lia yang biasanya sangat pecicilan. Sekarang hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.
"Hmm ya"
"Ngapain lu?"
"Hmm"
"Anjir ngeselin bet yak bocah di tanya lagi apa malah hmm hmm aja" Tanpa ragu Rezapun langsung mengambil ponsel Lia dan melihat room chat Lia yang belum tertutup.
Michael:
"Hai"
Michael:
"So, you will be at my villa today?"
Michael:
"Just read? Eh?"
Michael:
"Can you stop ignoring me?"
Lia:
"Sorry, a little bit busy"
Michael:
"It's okay"
Michael:
"How r u? Long time no see, miss u 💔"
Michael:
"I'll visit you next week, because im in Bali now. Cant wait to meet you, Love"
Michael:
"what did i do wrong? you avoid me?"
*Just read*
----
"Siapa dia?" Tanya Reza dengan penasaran tanpa melihat kearah Lia senbari membuka profile picture Michael.
"DEMI DEWA INI SAPE? GANTENG BENER" dengan sigap Lia langsung mengambil ponselnya kembali.
"Bukan siapa siapa" Bantah Lia, sialnya suaranya terdengar tidak meyakinkan. Membuat teman-temannya makin senang untuk menggodanya,ditambah lagi dengan wajahnya yang sudah merona.
"Yaelah Za, paling juga si Lia lagi ngechat dirinya sendiri" Iqbal yang awalnya bercanda malah mendapatkan tatapan tajam dari Lia. Iqbal yang sadar akan tatapan bengis dari Lia langsung memberhentikan tawanya.
"Yaudah lah kalo gamau cerita, pinjem lagi dong mau selfie" lagi-lagi Reza langsung merebut ponsel Lia, Lia yang tak sadar bahwa ponselnya diambil tidak mencoba merebutnya kembali. Toh, percuma saja pada akhirnya keempat temannya akan tahu.
"Cowo tuh Li? Lah itu si padil dikemanain?"
"Bodoamat ah Lih" Galih langsung sadar bahwa Lia tidak dalam mood yang baik, Galih cukup hafal dengan kebiasaan Lia. Jika hatinya sedang tidak enak, dia akan malas menyahuti dan dia juga tidak akan membalas hinaan Iqbal. Lia akan lebih banyak diamnya. Jika seorang wanita marah lalu kemudian mereka memilih untuk diam, ini lebih menakutkan bagi Galih. Karna pasti akan menjadi serba salah. Ditambah lagi dia bisa terancam tidak mendapat traktiran dari Lia.
"EEE— EEEHH dia telfon nih!" Reza yang semulanya sedang asik memotret dirinya sendiri langsung panik dan menyerahkan kembali ponsel Lia.
"Kok didiemin sih Li?" Tanya Iqbal.
"Gapenting" Lia menarik nafas dan menghembuskannya kembali sebelum dia melanjutkan obrolan. "Nanti sore dirumah gue ya jam 4an aja, bawa snack sendiri sendiri ya Galih, Iqbal"
Galih langsung menekuk mukanya, dan memelas. "Gapunya uang"
"Udah hafal sih sebenernya,yaudah deh terserah"
"Eh gue ajak Citra ya?" Tanya Iqbal seketika.
"Iya. Gapapa makin rame makin seru" Jawab Lia dengan senyum tulus.
"Si Michael itu nanti ada Li?" Tanya Reza antusias sekaligus penasaran bagaimana tampang laki laki yang berani mendekati sahabatnya itu. Namun rasanya Lia membenci laki laki itu batinnya.
"Enggalah, ngapain?"
"Yailah"
"Gausah genit Za, dia pasti udah ada yang punya"
♒♒♒♒
"IQBAL MANASIH LAMA AMAT GILAK, DIBILANGIN JAM 4. INI UDAH HAMPIR JAM 5 YA, DASAR BEKANTAN,🐶,🐵,🐷,PAUS,DUGONG" Reza yang sudah muak menunggu Iqbalpun menggerutu didepan rumah Lia. Mungkin saja orang yang lewat didepan rumah Lia mengira ada orang gila yang kabur dari rumah sakit. Entahlah sudah berapa banyak kata kata kasar yang ditunjukkan untuk Iqbal.
"Sabar udah Za, kalo jam 5 dia gadateng tinggal aja" Bujuk Lia, karna sedari tadi banyak orang lewat yang menatap Reza dengan tatapan aneh.
"Gatau apa rambut gue jadi lepek gini"
"Yaudah makanya duduk"
Baru saja Reza dan Lia ingin masuk kedalam, Iqbal dan Citra datang diantar oleh Jhosua kakak laki laki Iqbal. Tanpa ada rasa bersalah Iqbal langsung saja masuk kedalam mobil Lia, lalu menurunkan kaca jendelanya.
"Heh! Lama amat lu. Cape nih gua nunggu"
Untung saja Lia cepat menahan tangan Reza, jika tidak mungkin kepala Iqbal sudah benjol atau mungkin bocor gara-gara lemparan batu —yang entah dipungut darimana— dari Reza.
Citra adik Iqbal duduk dipaling depan bersama supir, dibangku tengah ada Reza dan Lia juga beberapa katung plastik yang berisi cemilan kalau saja perjalanan macet dan mereka kelaparan dan dibagian belakangan tentunya Galih,Iqbal, juga Aldo yang susah payah untuk duduk nyaman karna badan mereka yang terbilang cukup besar besar.
"Jadi kita kemana neng?" Tanya pak Ahmad setelah dirasa semua telah siap.
"Villa Michael"
"Loh kok kesana lagi neng? Katanya udah gamau kesana lagi, sehabis—"
"Gausah ngerumpi deh pak, ayo berangkat. Nanti kemaleman sampe sananya" Jawab Lia dengan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Murderer
Teen FictionKau tahu betapa indahnya hidupku? Aku berkecukupan, sahabat yang sangat menyayangiku, bahkan orang yang spesial dihatiku kembali hadir untuk mengisi hari-hariku. Namun semenjak tragedi itu, aku bahkan lupa bagaimana caranya untuk bahagia. Aku lupa c...