13

62 5 1
                                    

Setelah acara salam-salaman juga acara formal yang lainnya Michael mengantarkanku pulang, perjalanan dari Los Angeles menuju Las Vegas memakan waktu hampir 3 setengah jam, kakekku memiliki 2 kantor cabang di Amerika pertama di New York dan yang kedua di Las Vegas, tempat dimana aku bekerja sebelumnya sebagai manager disana. Karna sekarang aku sudah dilantik menjadi Direktur Eksekutif dengan sangat terpaksa aku harus pinda ke Los Angeles, karna disanalah kantor pusat berada.

Sebentar lagi aku akan berkunjung ke Indonesia, aku tidak sabar melihat ke4 temanku. Kini Reza menjadi perancang baju yang terkenal didaerah jakarta selatan, Galih juga sukses dengan bisnis kulinernya, sedangkan Iqbal sudah resmi menjadi PNS dan menjadi guru olahraga disalah satu SMA yang berada di Depok, dan Aldo? Entahlah aku tidak tahu pasti pekerjaannya sekarang apa. Terakhir kali aku mendengar kabarnya, ia sedang mengambil S2 di Belanda. Semenjak kepergiannya ke Belanda aku kehilangan kontak dengannya.

Ah ya—jika kalian bertanya-tanya tentang Silvia, ia sedang di rehabilitasi karna kasus narkoba. Ia tertangkap basah sedang menggunakkan ganja diapartmennya yang berada di Bintaro, sampai saat ini setahuku ia sedang berada dititik terendah dalam hidupnya. Dan aku? Diusiaku yang menginjak 27, aku sudah lulus S2 jurusan administrasi bisnis di NYU. Dan satu hal lagi tentang diriku, aku dan Michael sudah bertunangan..

***

Las Vegas 12 oktober 2021

Sekarang sekitar jam 3 subuh, Michael belum juga menjemputku firasatku mengatakan kalau ia belum bangun. Sudah hampir 20x aku menghubunginya namun tak satupun yang dia angkat,sudah tidak terhitung berapa kali aku menyumpahinya. Pesawat kami akan berangkat pukul 7 pagi, dan sekarang manusia tiang listrik itu belum juga bangun! Tanpa pikir panjang lagi aku mengambil kunci mobilku yang aku taruh dinakas, lalu menarik koperku keluar.

Selama di perjalanan aku masih tetap berusaha menghubungi Michael, namun sampai sekarang panggilanku belum dia angkat. Kalau aku bertemu dengannya nanti, aku bersumpah akan menampar bokongnya itu, sesampainnya di Apartmen Michael aku langsung memasukkan kode dan berlari kesana kemari mencarinya. Dan tepat seperti dugaanku, dia masih tertidur pulas dengan wajah tanpa dosanya itu. Dengan rambut coklatnya yang menutupi wajah tampannya.

Dengan tanpa perasaan aku mengguncang tubuhnya, namun itu juga tidak cukup untuk membangunkannya. Akhirnya aku mendorong Michael hingga ia terjatuh dari kasur.

"The fuck!!! What's happen with you, Li?" Ucap Michael yang akhirnya terbangun dan mengusap-usap kepalanya yang terbentur lantai.

"I'm sorry" Ucapku dengan tawa kecil lalu membantunya beridiri.

"Ayolah! Apa kau lupa kalau hari ini kita akan pergi ke Indonesia?"

"Ah—" Michael melihat jam dindingnya lalu menepuk kepalanya sendiri. "Untung saja aku tidak lupa untuk packing"

"Ayo mandi sekarang!" kataku sembari mendorongnya ke kamar mandi, dia hanya tersenyum-senyum seperti orang gila. Aku menunggu Michael dikamarnya, rebahan dikasurnya. Aku tidak sabar untuk menjelajah kota kelahiranku, dan menyantap nasi padang kesukaanku.

*Ting*

Ponsel Michael berbunyi, layarnya menyala. Terlihat ada notifikasi pesan disana karna rasa penasaranku aku mengambil ponselnya,namun aku kurang mengerti bahasa apa yang digunakan oleh orang yang mengirim pesan, sepertinya ini bahasa German. Hanya diakhir kalimat aku bisa memahami maksudnya.

'sebaiknya kau tidak usah ke Indonesia, dia sudah bebas'

Dia? Siapa yang sudah bebas? Bebas dari apa? Hukuman penjara? Atau apa? Dan siapa juga yang mengirimnya? pesan ini berasal dari nomor yang tidak aku kenal, dan Michaelpun tidak menyimpannya didalam kontak. Kenapa orang ini melarang Michael untuk ke Indonesia. 1001 pertanyaan muncul di otakku, ada apa ini? Disaat aku ingin membuka pesan itu Michael keluar dari kamar mandi, dengan panik aku menaruh kembali ponsel Michael ditempat semula.

"Ada apa?" Tanya Michael, aku hanya menggeleng. Tak tahu harus berkata apa, aku penasaran. Tapi aku tidak yakin harus bertanya atau tidak, kalau ini memang sesuatu yang penting pria ini pasti akan mengatakannya kepadaku. Aku yakin itu... setidaknya aku harap dia akan bercerita.

"Kau sudah sarapan?" tanyanya lagi.

"Belum, aku akan ke dapur dan membuat sandwich untuk kita berdua"

***

Jakarta selatan 14 oktober 2021

Reza telah menjadi salah satu designer terkenal di daerah Jakarta, berkat kerja kerasnya selama ini dan tekadnya yang sangat besar. Kini ia memiliki banyak cabang butik, dan pusatnya berada didaerah Kebayoran baru. Sangking sibuknya ia saat ini, sesubuh ini ia masih terjebak dibutiknya sendiri karna banyaknya pesanan gaun yang harus ia selesaikan bulan ini. Karna kesibukannya juga, Reza tidak menjemput teman kesayangannya yang melarikan diri ke Amerika, apa ini terlalu berlebihan kalau Reza menganggap Lia melarikan diri? Tapi Reza berfikir dia akan melakukan hal yang sama, pindah ketempat yang lebih aman setelah ada seseorang yang ingin membunuhnya.

Sekarang waktu menunjukkan pukul 4 pagi, rasa ngantuk mulai mendera. Reza meninggalkan mejanya sesaat untuk sekedar merenggangkan otot-ototnya yang pegal karna sudah 2 malam ia hampir tidak tidur. Langkah kakinya membawanya ke dapur, yang sengaja ia buat agar ia bisa lebih nyaman kalau harus berlembur dibutiknya seperti hari ini. Sebenarnya dibutik Reza terdapat kamar yang terbilang cukup luas, kalau-kalau Reza malas pulang kerumah.

Setelah membuat kopi, ponselnya bergetar dari kantung celananya. Ternayata ibu-nya sudah menelfon lebih dari 3x, tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat telfonnya, dan terdengar suara ibunya yang mengkhawatirkan dirinya.

'Za, kamu kemana aja? Kok sampai 2 hari begini gak pulang?'

'Iya Ma, aku lagi sibuk nanti siang aku pulang'

'Kemarin Lia kesini cari kamu, tapi kamu nya malah gak ada'

'Kok dia gaada nelfon aku?' ucap Reza sembari merebahkan dirinya disofa.

'Katanya mau suprise, kamu udah makan malam?'

'Udah ma, besok malam aku mau ke rumahnya Lia. Mama mau ikut'

'Ah gausah, kemarin kan mama udah ketemu'

'Yakin? Ikut a—' Reza menghentikan ucapannya karna seperti ada suara dari daerah dapurnya. Suara yang tak pernah muncul disaat dia menginap dimalam sebelumnya, butiknya tidak mungkin ada tikus. Kalau sampai ada tikus, bisa hancur popularitas butiknya. Reza berjalan perlahan kearah dapur, karna suara itu ia yakini tak mungkin dibuat oleh binatang.

'Reza?' Ucap Ibunya dari sebrang sana.

'Ma, nanti aku telfon lagi' Jawab Reza dengan berbisik lalu mematikan sambungan telfonnya.

SIAL SIAL SIAL! Ucapnya dalam hati, bagaimana bisa orang masuk kedalam butik ini tanpa sepengetahuannya. Dan kapan juga orang ini masuk, apa yang dia lakukan disini? Tak ada barang yang benar-benar berharga dibutik ini. Tidak ada yang bisa ia curi, pembayaran disini melalui rekening. Tak ada uang cash, apa yang dia cari?

Apa orang ini pembunuh?

Lalu kalau benar...... berarti yang ia cari.....

Nyawaku???


MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang