"it take me back to when it all first started
But i've only have myself to blame for it and i accept it now
It's time to let it go go out and start again
But it's not that easy"
Lagu high hopes dari Kodaline terputar dari Playlist Spotify Michael, ia terduduk termenung dikoridor rumah sakit didepan ruang operasi Lampu masih menyala merah menandakan operasi masih berjalan hampir 2 jam ia menunggu namun belum ada kabar apapun dari dalam. Bajunya yang penuh darah karna menggendong Lia tidak ia pedulikan. Banyak perawat yang berlalu lalang, tapi ia tidak memperpedulikan lingkungan sekitarnya saat ini. Yang ia butuhkan adalah kabar bahwa Lia baik-baik saja. Ia mematikan lagu yang terputar dari ponselnya, lalu mencoba menghubungi kedua orang tua Lia.
'nomer yang anda tuju tidak menjawab, tinggalkan pesan setelah nada berikut' Hampir 10x ia mencoba menelfon kedua orang tua Lia, sesibuk itukan mereka hingga tidak juga mengangkat telfon darinya? Apa mereka tidak tahu anaknya sedang berjuang untuk hidup? Betapa bodohnya mereka, gerutu Michael dalam hati.
Dengan kesal akhirnya ia memutuskan untuk memberi tahu salah satu teman Lia, semoga saja kali ini akan ada yang menjawab. Panggilan terangkat di nada bunyi yang ketiga. Michael menghembuskan nafas dengan lega.
'hallo?'
'Reza ini aku Michael, apa kau bisa datang kerumah sakit dekat rumah Lia?'
'semalam ini? Ada apa? Seharusnya ini menjadi sesuatu yang penting, jika tidak aku akan menghajarmu'
'Bisakah kau datang saja kemari? Aku akan ceritakan nanti, hubungi aku jika kau sudah sampai'
Disaat Michael memutuskan panggilannya, tepat saat itu juga dokter bedah Lia keluar. Dan menghampiri Michael yang masih terduduk lemas. Dokter yang belum berumur setengah abad itu tersenyum letih namun juga menggambarkan kalau semuanya berjalan dengan sempurna.
"Bagaimana dengan keadaan Lia?"
"Untuk saat ini dia sedang pemulihan pasca operasi, setelah dia sadar kita akan memindahkannya keruang perawatan. Jangan membuatnya berfikir keras dan kelelahan, pastikan dia meminum obatnya dengan teratur dengan begitu lukanya akan cepat sembuh"
"Baiklah kalau begitu, terimakasih"
"Saya tahu ini mungkin bukan urusan saya, tapi apakah kau akan melaporkan tentang kejadian ini. Kalau ya, kami akan memberikan barang buktinya"
"Tentu, terimakasih. Nanti akan aku ambil" Ucap Michael sembari menghembuskan Nafasnya Lega karna operasi berjalan lancar. Hari yang ia khawatirkan akan terjadi datang juga. Bagaimana aku bisa menyelamatkannya kalau dirinya sendiri tidak tahu apa yang terjadi? Batin Michael.
---
"Bagaimana bisa? Apakah dia baik-baik saja?" Reza datang disaat Lia sudah dipindahkan keruang perawatan, Michael menatap Lia yang sedang tidur dengan pulas. Seperti tidak ada hal buruk yang baru saja menimpanya.
"Ya, semuanya baik-baik saja untuk saat ini. Apakah kau sudah memberi tahu yang lain?"
Reza menggeleng, memasang raut wajah sedih melihat sahabatnya terbaring lemah. Setidaknya dia bersyukur Lia tidak terbujur kaku. "Belum, aku akan menghubungi mereka besok"
"Aku akan membawa Lia bersamaku"
"Maksudmu tinggal satu rumah denganmu? Hanya berdua begitu maksudmu?" Ucap Reza dengan nada membentak, jika itu yang Michael maksud dengan sangat pasti kalau Reza akan menentangnya. Lia bisa tinggal dirumahnya hingga semuanya kembali normal, Reza khawatir Michael akan menyakiti sahabatnya lagi.
"Aku akan membawanya ke Amerika, dengan begitu dia bisa diawasi 24 jam dengan aman. Dia juga akan dekat dengan kedua orangtuanya" Michael yang berdiri didekat ranjang Lia hanya bisa memandangi Lia dengan kasian, juga rasa pedih dihatinya. Sadar kalau gadisnya sedang terancam, entah sampai kapan. Dia berharap kalau wanita iblis itu segera masuk ke rumah sakit jiwa karna semakin kemari kelakuannya makin tidak waras.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Reza sembari menjatuhkan bokongnya disofa. Lalu mengambil ponsel untuk memberi tahu ibu-nya kalau ia tidak pulang malam ini karna akan menginap menemani Lia.
"Entahlah"
"Aku akan merindukan kebodohan Lia nantinya, lagipula memang kenapa dia harus pindah kesana. Toh disini banyak yang akan menjaganya?"
"Kau yakin? Kalau memang banyak yang akan menjaganya dia tidak akan terbaring disini" Michael terduduk lemas diranjang Lia, mengamati setiap inci wajah gadis itu tanpa melewatkannya sedikitpun. Terpikir olehnya betapa tidak pantas perlakuannya dulu, dia berjanji akan memperbaiki semuanya dengan menjaga Lia. Tidak akan dia biarkan Lia sendiri walau hanya sedetik.
"Kapan kau akan membawanya pergi?"
"Besok"
"Tanpa meminta persetujuan dari nya? Apa kau yakin? Dia baru saja operasi"
"Lalu kau pikir apa yang harus aku lakukan?! Membiarkannya dirumah sendirian agar pembunuh gila itu menikamnya lagi?! Itu yang kau inginkan? Melihat sahabatmu diteror lalu mati?"
Reza menghela nafas mencoba mengerti situasi yang rumit saat ini, belum selesai dengan masalah kematian Citra. Kini Lia yang terancam, terlintas dibenaknya orang yang melakukannya adalah orang yang sama. "Lakukan apapun yang menurutmu benar, tapi setidaknya biarkan Lia bertemu dengan sahabatnya untuk terakhir kalinya"
"Baiklah" Jawab Michael lalu pergi keluar ruangan. Mempersiapkan kepindahan Lia, dan menghubungi orang tua Lia sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Murderer
Teen FictionKau tahu betapa indahnya hidupku? Aku berkecukupan, sahabat yang sangat menyayangiku, bahkan orang yang spesial dihatiku kembali hadir untuk mengisi hari-hariku. Namun semenjak tragedi itu, aku bahkan lupa bagaimana caranya untuk bahagia. Aku lupa c...