10 years later
Lia menatap kearah luar jendela gedung apartmennya hanya gedung tinggi yang terlihat Las Vegas tidak pernah tidur walau hanya semalam terkadang situasi itulah yang membuat Lia penat, sudah hampir 10 tahun ia tidak kembali kekampung halamannya, Takusah ditanya seberapa rindunya ia kepada teman-temannya yang terkadang bertingkah seperti orang sinting, selama
Lia tinggal disini Michael tidak mengizinkan Lia untuk pulang ke Indonesia untuk bertemu dengan teman-temannya walau hanya sehari.Alhasil Lia hanya berkomunikasi melalui Video Call saja, namun itu tidak sepenuhnya mengobati rasa rindunya. Sejak kejadian itu berlalu, memang ada rasa takut didalam dirinya untuk kembali. Namun butuh waktu berapa lama lagi untuk sembuh? Ia tahu ia tidak bisa hanya berdiam diri saja disini, bertindak seolah tidak ada masalah apapun. Dia harus menghadapinya, menghadapi ketakutan terbesarnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Ucap Michael yang datang tiba-tiba entah darimana.
"Hanya merindukan teman-temanku" Jawab Lia Lesu, Michael sangat paham betapa rindunya Lia dengan temannya. Namun ia tidak bisa membiarkan Lia pergi sendiri ke Indonesia, setidaknya Lia aman disini. Tempat ini menjadi tempat terakhir wanita itu untuk mencarinya
"Kau mau ke Indonesia?" Secara spontan Lia langsung membalikkan badannya menatap Michael dengan tatapan aneh, seolah berkata 'tentu saja,kau bahkan sangat tau itu'.Michael mengambil sebuah amplop yang ia taruh didalam jasnya, Lia menatapnya dengan penasaran. Michael hanya membalasnya dengan senyuman kecil.
"keinginanmu akan segera tercapai, kemasi barangmu kita akan ke Indonesia untuk berlibur selama 2 minggu" Michael mengeluarkan 2 tiket pesawat tujuan ke Indonesia, sedangkan Lia menganga tidak percaya, Akhirnya Michael membiarkannya pergi ke Indonesia. Tak masalah baginya walau hanya 2 minggu, ia sudah sangat rindu dengan tempat kelahirannya itu.
"Kau serius?"
"Ya, ambillah" Lia meloncat kegirangan, berlari kearah Michael lalu memeluknya erat, Michael menyambutnya dengan hangat lalu memutar-mutar tubuh Lia.
"Michael, aku hanya tidak tahu harus berterimakasih seperti apa lagi. Kau bahkan rela membelikanku penthouse di Las Vegas dan aku tahu itu sangat menguras tabunganmu"
"Bahkan ini belum cukup untuk menebus rasa bersalahku, Li. Sudah, lebih baik kau membereskan kopermu. Lusa kita akan berangkat"
"oke"
"Dan satu lagi besok ada rapat antar pemegang saham, sebelum hari pengesah-anmu menjadi direktur eksekutif" Bukannya senang karna sebentar lagi dirinya dilantik Lia malah terkesan tak bersemangat bahkan terlihat seperti tidak peduli.
"Lia, ada apa?" Tanya Michael yang langsung merasa adanya perubahan mimik di wajah Lia.
"aku hanya tidak yakin dapat memimpin perusahaan sebesar ini, aku baru belajar bisnis dalam waktu singkat. Menurutmu apa aku bisa?" Lia bersender lemas di dinding.
"Hei, kenapa wanita ini berubah lesu seperti ini? Padahal sebelumnya kau sangat bersemangat" Michael menghampiri Lia lalu mencubiti kedua pipi Lia.
Lia POV
"Hentikan Michael!" Ucapku sembari melepaskan cubitannya dari wajahku. Ini bukan hanya sekedar karna aku tidak siap menjadi pemimpin, namun bagaimana bisa aku menjadi direktur eksekutif sedangkan ada orang dalam yang sepertinya berusaha menghalangi jalanku.
Aku akui kalau aku mendapatkan jabatan ini dengan mudah, tidak butuh perjuangan yang berat. Tapi bukan berarti aku tidak berjuang, ya, aku berjuang. Seperti saat ini, menangani seseorang yang sepertinya tidak suka karna aku akan memiliki 60% saham perusahaan. Aku tidak memberi tahu Michael, sudah cukup dia terbebani karna kepindahanku kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Murderer
Teen FictionKau tahu betapa indahnya hidupku? Aku berkecukupan, sahabat yang sangat menyayangiku, bahkan orang yang spesial dihatiku kembali hadir untuk mengisi hari-hariku. Namun semenjak tragedi itu, aku bahkan lupa bagaimana caranya untuk bahagia. Aku lupa c...