"Lih, gua udah laper bet dah ini. Si Lia ngundang kerumahnya tapi bocahnya kaga ade" keluh Iqbal sembari bermalas-malasan disofa ruang tamu rumah Lia.
"Audah, heh dia udah kaga bocah tolol. Udah tua kayak elu,bangkotan"
"Lah elu juga malih!!"
Sudah hampir 2 jam mereka menunggu Lia, namun wanita itu belum juga kunjung datang. Hanya beberapa asisten rumah tangga saja yang sedari tadi berlalu lalang mempersiapkan makan malam, ruang makan yang tidak begitu jauh dari tempat Iqbal dan Galih membuat mereka dapat melihat betapa mewahnya hidangan makan malam yang disediakan Lia. Perut mereka berbunyi semakin keras melihat kalkun panggang yang menggoda selera makan. Semenjak kepulangan Lia mereka belum sempat berkumpul dan berhubung sekarang Lia mengundang,maka merka langsung mengosongkan jadwal. Semenjak mereka lulus SMA dan kepindahan Lia ke Amerika, mereka masih sering bertemu minimal sebulan sekali.
Namun karna kesibukan mereka, setelah beranjak dewasa waktu mereka untuk berkumpul menjadi sedikit.
Bunyi langkah kaki memenuhi ruangan kedua pria tampan itu menoleh secara bersamaan. Senyum lebar ciri khas merka terpampang nyata diwajahnya.
"Lia sayang!" Ucap Galih sesaat setelah Lia memasuki rumah. Lia langsung berlari kearah dua pria itu dan memeluk mereka. Iqbal langsung berdiri dan menangkap Lia yang berlari kearahnya memeluk erat sahabatnya yang sudah hampir 10 tahun ini pergi meninggalkannya.
"Gue kangen banget sama kalian berdua"
"Gua kangen dijajanin elu Li" Jawab Iqbal yang masih memeluk Lia, dengan tampang kesal Lia langsung melepaskan pelukkan kedua orang itu.
"Idih, masih aja minta dijajanin. Kan sekarang kerjaan lo udah bagus!" Balas Lia sambil mencubit lengan Iqbal.
"Li! Ayo makan, jangan sungkan-sungkan anggep aja rumah sendiri" Galih langsung berjalan kearah meja makan dan siap-siap untuk menyatap makan malam. Sedangkan Lia masih berdiri mematung melihat kelakuan Galih yang tidak pernah berubah jika bertemu dengan makanan. Ia menengok kesebelah untuk memastikan bahwa Iqbal masih berada disebelahnya. Namun pria itu sudah dimeja makan menyusul Galih.
"Galih!!!! Lo kan udah jadi pebisnis, masih aja maruk"
"Lo kan udah jadi direktur eksekutif, masih aja pelit"
Lia tertawa geli melihat Iqbal dan Galih yang makan dengan sangat lahap, setelah sekian lama menahan rindu akhirnya Lia dapat bertemu dengan dua manusia ajaib yang sedang makan dihadapannya. Dua pria itu sangat berubah sekarang, walau dua duanya sekarang berbaran atletis namun kini Iqbal wajahnya semakin seperti orang barat. Sedangkan Galih aura maskulinnya semakin terlihat, Lia sangat yakin banyak wanita yang mengantri untuk menjadi pendamping hidup mereka.
"Btw, kalian udah ada anu?" Tanya Lia dengan nada menggoda.
"Hah? Anu apa? pegawai baru? Gua sih belum butuh pegawai baru Li, gua kan belum buka cabang baru" Jawab Galih dengan mulut penuh.
"Goblok lu Lih, yang Lia maksud tuh bukan itu! Anu itu kan Li?" Iqbal memainkan kedua alisnya seolah mengerti ucapan Lia.
"Udah bal?"
"Udah lah kemarin gua baru beli" Lia tertegun mendengar jawaban Iqbal, bagaimana bisa seorang wanita dibeli.
"Beli?"
"Anu yang lu maksud itu koleksi video porno kan? Kemarin gua baru beli di mangga dua" Lia menggeleng gelengkan kepalanya, dua pria yang ia kira sudah menjadi lebih baik ternyata sampai sekarang masih saja bertingkah seperti orang bodoh, Lia mencabut lagi ucapannya bahwa para wanita mengantri untuk mereka. Pantas saja dua pria ini masih melajang. Pikirnya.
Lia melemparkan serbet kearah dua pria itu, membuat dua pria itu terkejut dan memberhentikan acara makan mereka.
"Kenapa Li? Lu kayaknya dendam amat sama gua, perasaan gua udah ganteng dah. Kok lu masih kesel aja ngliat muka gua ampe dilempar pake serbet" Iqbal langsung menyingkirkan serbet yang tepat mengenai wajahnya, lalu mengeluarkan sisir dari kantung bajunya untuk menyisir jambulnya yang berantakan.
"Tau lu Li! Sekarang tuh gua udah ganteng, noh gua punya otot. Harusnya lu bangga, gua sekarang kuat kayak gajah tapi hati tetap selembut hello kitty"
Lia menatap kedua pria itu dengan tajam,membuat mereka terdiam. Kaku, tak berkutik.
"Gua ganteng kan bal? Kok Lia masih aja ga suka ama gua, padahal cewe cewe di BKT naksir gua semua" ucap Galih berbisik ke Iqbal.
"Au Lih, kaga demen cowo dia gua rasa"
"Ngapain bisik-bisik?" Disaat Lia ingin melempar piring kearah mereka berdua, Michael masuk dengan kaus putih dan skinny jeans hitam. Walau umurnya sudah menginjak 30 tidak ada sama sekali diwajahnya yang menunjukkan pria keturunan amerika itu terlihat sudah tua. Bahkan wajah Michael terlihat lebih muda dari Iqbal dan Galih. Michael menghampiri Lia dengan senyum yang teramat tulus. Lalu menyapa Iqbal dan Galih, membuat kedua orang itu menganga.
"Hai, apa kabar? Dimana Reza dan Aldo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Murderer
Teen FictionKau tahu betapa indahnya hidupku? Aku berkecukupan, sahabat yang sangat menyayangiku, bahkan orang yang spesial dihatiku kembali hadir untuk mengisi hari-hariku. Namun semenjak tragedi itu, aku bahkan lupa bagaimana caranya untuk bahagia. Aku lupa c...