ON THE OTHER SIDE
Seorang wanita sekitar umur 27an dengan kemeja putih dan rok span hitam selutut kini sedang menangisi dirinya sendiri yang sedang terikat dengan mata tertutup entah dimana, suaranya sudah hampir habis tak ada lagi tenaga untuk berteriak meminta pertolongan. Dia sudah cukup lelah hampir satu jam ia berteriak, namun tak ada satu orangpun yang menyahut. Seolah-olah ia berada ditengah hutan, atau di suatu kota yang telah ditinggal penghuninya. Air matanya pun sudah mengering, tak ada lagi yang bisa ditangisi. Kini ia pasrah akan nasib berdoa semoga Tuhan tidak menghilangkan nyawanya hari ini.
Terdengar suara pintu terbuka, membuat wanita ini memiliki harapan lagi untuk mendapat pertolongan. Berharap kalau saja ada pangeran tampan yang akan membantunya keluar dari sini, namun itu tidak mungkin. Sekarang ia sudah tidak peduli siapa yang akan menolongnya, ia berharap segera bisa keluar sekarang juga. Sudah 3 hari ia berada disini, tanpa makan dan minum. Ia berdoa sekali lagi kepada Tuhan untuk memberinya sedikit tenaga untuk meminta pertolongan.
"Tolo... Tolong!" Rintihnya, tidak berharap banyak bahwa orang yang berada disana akan mendengarnya.
"Tolong.........." Ucapnya sekali lagi dengan lebih keras. Secercah harapan muncul disaat langkah kaki perlahan mulai terdengar. Langkah kaki itu terhenti, tepat beberapa jengkal didepannya.
"Tolong keluarkan saya dari sini"
"Tidak. Tidak akan sebelum dia mati" Wanita itu terkejut mendengar suara seseorang yang berada didepannya. Suara yang amat sangat dia kenal, suara yang sudah beberapa tahun ini menghilang.
***
"Mike, aku mulai penasaran kemana perginya Reza? Sudah beberapa hari semenjak kedatangan kita kemari, aku tidak dapat menemuinya di butiknya" Ucap Lia sambil menghabiskan makan malamnya disalah satu restoran di Mall Jakarta.
"Ah.. mungkin dia sedang melakukan bisnis keluar negri? Kau tidak mencoba untuk menghubunginya?"
"Ya, aku sudah menghubunginya, panggilan ku tak pernah dia jawab dan pesanku tidak pernah dia balas. Aku mulai khawatir" Lia mulai khawatir hatinya tak bisa tenang, hampir seminggu semenjak kedatangannya namun Reza belum juga muncul. Dan sedikit ada rasa penasaran dihatinya berada dimana Aldo sekarang, dan kemana juga perginya Silvia. Kabarnya ia sudah keluar dari panti rehabilitasi.
"Bagaimana kalau setelah ini kita mengunjungi rumah orangtua Reza, mungkin dia sedang berada disana"
"Malam ini?" Michael hanya mengangguk, namun Lia terlihat ragu. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, sedangkan rumah orang tua Reza berada di Bekasi. Akan menempuh waktu cukup lama, belum lagi jika mereka terjebak macetnya kota Jakarta. Lia yakin itu akan menganggu orang tua Reza, toh jika memang Reza ada disana. Sebaiknya ia menghubungi Tante Yuli—Ibu Reza.
"Tidak usah malam ini, aku akan menghubungi Ibu Reza terlebih dahulu. Apa kau tahu kabar Silvia?"
"Kenapa kau masih menanyakan tentangnya?" ujar Michael dengan nada tidak suka, wajahnya berubah setelah Lia menanyakan tentang Silvia. Bukan karna Michael ingin membuat hubungan Silvia dan Lia menjadi renggang, hanya saja setelah Silvia keluar dari panti rehabilitasi Michael menjadi sangat khawatir dengan keadaan Lia. Ia hanya takut jika Silvia menyerang Lia dengan brutal lagi, bagaimana jika itu terjadi disaat Lia tidak berada didekatnya. Dan sialnya kenapa Silvia keluar lebih cepat daripada yang dijadwalkan.
Bahkan sebelum keluarpun gadis brutal itu sudah mengancam keselamatan Lia, bagaimana jika sudah keluar? Michael sudah pusing memikirkan perusahaannya. Sekarang beban pikirannya bertambah dengan bebasnya Silvia.
"Mike, apa kau mendengarkanku bicara?" Michael meggeleng, pikirannya sudah penuh dengan hal-hal yang membuatnya tidak tenang dan susah tidur. Apa lagi yang akan terjadi setelah hilangnya Reza? Michael tahu Reza bukan sedang sibuk atau pergi kerumah orang tuanya. Wanita itu sedang disekap. Entah oleh siapa, seandainya malam itu Michael bisa lebih cepat untuk mengikuti mobil yang membawa Reza. Mungkin Reza akan berkumpul, dan berbagi cerita dengan yang lain.
Tuhan kenapa kau membuat hidup calon isrtiku menjadi sangat rumit, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Murderer
Teen FictionKau tahu betapa indahnya hidupku? Aku berkecukupan, sahabat yang sangat menyayangiku, bahkan orang yang spesial dihatiku kembali hadir untuk mengisi hari-hariku. Namun semenjak tragedi itu, aku bahkan lupa bagaimana caranya untuk bahagia. Aku lupa c...