Begitu selesai mengobati kaki Mila yang berdarah, dokter itupun pergi bersama Timo bertepatan dengan kedatangan pemilik rumah yang disinggahi Kevin dan Mila.
"Bagaimana keadaan kalian?" Tanya pemilik rumah diiringi senyum lembut yang mengembang diwajahnya yang penuh dengan kerutan karena tergerus usia.
"Baik Kek. Terima kasih Kakek sudah mengizinkan kami beristirahat disini" Ucap Kevin.
Kakek tua itu kembali tersenyum. "Tidak apa, syukurlah kalian selamat dan keluar dari rumah Narti tepat waktu. Kalau Kakek tidak salah dengar disana ditemukan satu korban tewas" Ucapnya kemudian menghela nafas. Namun detik berikutnya Kakek itu malah tertawa.
Kakek tentu tidak lupa dengan kejadian sebelum bom di dalam rumah Narti meledak. Saat itu Kakek tak sengaja melihatnya sendiri. Tapi karena usianya Kakek tak bisa berbuat apa-apa selain menghampiri Timo dan Markus yang sedang berkeliling saat orang suruhan wanita cantik melempar bom kedalam rumah. Kalau Markus dan Timo tau lebih cepat, sudah pasti mereka akan sigap menyelamatkan Mila. Tapi naasnya mereka kalah cepat hingga akhirnya Kevin sendiri yang menyelamatkan Mila.
Kakek itu tertawa menertawakan kebodohan orang itu. Bodoh memang! Harusnya orang itu cepat pergi bukannya berdiam diri di samping rumah.
"Apa Kakek mengetahui sesuatu?" Tanya Kevin. Matanya menyipit tajam.
Kakek itu mengangguk.
Kevin sudah bisa menduganya.
"ASTAGA KEVIN" Mendengar pekikan heboh Ricky. Seketika perhatian Kevin pada si Kakek teralihkan.
Ricky, pria itu berdiri diambang pintu dengan mulut menganga lebar. Shock! Ah bukan lebih tepatnya Ricky begitu senang melihat Kevin dan Mila baik-baik saja.
"K-Kevin" Ricky menghambur memeluk Kevin. "Lo jahat lo tega sama gue, lo tau gue ketakutan setengah mampus... Apalagi Nicole, putri cantik lo terus saja menangis...Hiksss" Ricky menangis heboh sambil mengguncang-guncang tubuh Kevin.
Kevin menggeliat tak nyaman. "Rick..."
"Lo jahat Vin. Jahat! Gue tuh gak bisa di giniin tau. Gue sedih, gue sudah kayak orang bego tau nangisin lo" Oceh Ricky.
Mila sampai menggelengkan kepalanya.
"Rick..."
"Diem napa sih? Gue tuh sedih tau!" Ricky mengeratkan pelukannya.
Kevin meringis semakin tidak nyaman. Sialan Ricky menekan punggungnya.
Tidak tahan. Dengan kesal Kevin melepas paksa pelukan Ricky padanya.
Ricky mendengus kesal. "Ini orang di khawatirin kok gini balasannya" Gerutu Ricky dalam hati.
"Jangan berlebihan deh. Gue gapapa" Ucap Kevin dingin.
"Iya iya orang bego juga tau" Sahut Ricky sinis. Sama sekali tidak menutupi kekesalannya.
"Lalu sekarang bagaimana keadaan Nicole?"
Ricky menghela nafas panjang. Ia menoleh menatap Mila. "Nicole baik-baik saja. Dia aman sama Dika dan kedua Opanya. Tapi ya gitu, Nicole terus menangis, entahlah gue rasa tangisan Nicole dan Dika sudah seperti paduan suara" Jelas Ricky dan langsung mendapat cubitan dari Kevin.
Ricky mengaduh kesakitan. Sementara si Kakek dan Markus tersenyum melihat tingkah Kevin dan Ricky.
"Gue serius Kevin Candra Reynand" Ricky menatap tajam Kevin.
"Gue tau, terus perintah gue apa sudah lo laksanakan?"
"Oh itu... Sudah kok, orang-orang kita sudah menemukan keberadaan Qiera"