Aku dan Martin berhenti di depan sebuah kafe. Disana tertulis Bear Bar, dan tanpa ragu – ragu Martin menyerteku ke dalamnya. Setelah aku melewati pintunya, aku dapat melihat disana ada beberapa orang sedng duduk – duduk santai dan beberapa lainnya sedang mengerubungi meja bar yang berada di seberang pintu masuk.
"Ah! Halo Martin! Tumben sekali kamu ke sini setelah jam kerja!" ujar seorang pria yang memliki tubuh besar, berjenggot dan brewok tebal. Dia berdiri di belakang meja bar dan sedang membersihkan sebuah gelas dengan lap.
"Ah, Christ... aku hanya membawa seorang teman ke sini." Ujar Martin.
"Eh, ada twink rupanya? Wah, dia pasti orang baru ya?"
*twink : istilah atau slang para anggota Bear Brotherhood untuk menyebut pria muda yang tubuhnya sedang dan tidak memiliki banyak rambut di badannya*
"Begitulah."
"Hey Mart! Oh! Dia manis sekali! Hei, jangan takut, kami sama sepertimu kok!" ujar seorang cewe berambut pendek yang duduk di depan meja bar.
"Hei, kau telah ubah orientasi ya Mart?" tanya pria lain yang tak kalah berbulunya dan berada di samping pria yang pertama menyapa Martin.
"Kau akan mengenalkannya pada kami kan, Mart?" tanya pria lain yang duduk di sebelah si cewe tadi
"Tentu saja. Namanya James, tapi aku lebih suka memanggilnya Jamie. Dia sudah lama menyimpang tapi dia belum tau banyak hal. Jadi kuharap kalian mau mengajarinya. Ayo sapa teman – teman barumu!" Ujar Martin.
"Umm... hai semua." Sapaku, agak malu – malu
Aku dan Martin akhirnya duduk, dan aku duduk di sebelah wanita berambut pendek tadi dan Martin duduk di sebelah seorang pria yang berpakaian rapid an juga berkacamata.
"Ah! Dia pria yang manis sekali! Aku suka suaramu, Jamie." Ujar pria yang duduk di sebelah Martin
"Hei, jangan bilang kau menyeretnya dengan paksa ke sini. Aku rasa dia agak ketakutan." Ujar wanita yang di sebelahku
"Dia memang menyeretku ke sini, itu dia masalahnya." Sahutku, agak kesal karena apa yang telah dilakukan Martin padaku
"Ahh... kau jahat, Mart! Kau sungguh tidak gentleman!" seru pria lain yang duduk di sebelah pria berbaju rapi itu
"Setidaknya dia tidak membawanya kencan atau pergi ke hotel. Kalau tidak, Jamie pasti sudah kehilangan kesuciannya." Canda si pria berbulu, yang langsung membuat semua orang tertawa, termasuk aku.
"Jadi, apa yang kamu derita, Jamie? Kamu tau, kelainanmu..." ujar si wanita tadi
"Aku... gay." Jawabku singkat
Tiba – tiba seorang pria yang kulihat tadi duduk agak jauh dari kami langsung menyeruak datang. Dia punya wajah tampan dan tubuh berotot. Pria itu langsung memelukku erat.
"Huaaa! Aku senang karena akan ada lebih banyak gay lagi disini! Apalagi yang semanis kamu! Aku harus berterima kasih padamu, Mart!" seru pria itu
"Yah, kau tau, aku cukup jeli. Dia adalah salah satu pegawaiku, dan aku sudah cukup lama mencurigai kalau dia adalah gay. Saat dugaanku ternyata benar, langsung saja dia kubawa kesini." Ujar Martin
"Yah, kau beruntung. Ngomong – ngomong, perkenalkan, namaku Mike. Senang bertemu denganmu, Jamie."
Aku dan Mike berjabat tangan erat. Sepertinya aku akan dekat dengannya, karena dia adalah pria yang cukup ramah bagiku. Walau memelukku di pertemuan pertama itu memang agak mengejutkanku, tapi aku tetap bisa menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The LGBTQ+ Club
General FictionJames merupakan seorang pria yang hidup normal dan mulai menjalani kehidupan orang dewasa dengan diterimanya dia sebagai seorang redaksi dari sebuah majalah tenar di kota, yaitu De Outstanding. Dia sangat senang sekali bisa menjadi redaksi di sana...