Keesokan harinya aku sudah kembali dari rumah sakit, dan aku memutuskan untuk langsung berkunjung ke kantor De Outstanding. Padahal Martin sudah melarangku, tapi aku sangat kangen dengan kantor, jadi aku sangat ingin bermain sebentar di sana. Jadi, siang itu setelah meletakkan beberapa barangku ke rumah dan juga makan siang, aku dengan diantar Martin langsung menuju ke kantor De Outstanding.
Disana kami disambut oleh resepsionis yang kaget akan kehadiran kami. Begitu pula teman – teman redaksi yang melihat kami datang hari ini.
"James! Tak kusangka kamu datang hari ini! Kamu baru saja keluar dari rumah sakit kan? Tidak seharusnya kamu ada di sini." Ujar Rico
"Aku kangen sama kalian semua sih..." sahutku
"Pak Martin, kami semua sudah mendengar apa yang menimpa anda dan James beberapa hari lalu." Ujar Carla
"Baguslah kalau kalian sudah tau. Jadi saya dan Jamie tidak perlu menjelaskannya lagi. Ya, saya seorang demiseksual dan Jamie adalah gay. Setelah ini, terserah saja bagaimana pendapat kalian tentang kami berdua." Ujar Martin
Keadaannya hening sejenak, sampai akhirnya Rico memecah kesunyian itu,
"Ada yang ingin aku akui guys. Sebenarnya... aku adalah seorang gay. Dan aku memiliki seorang pacar yang merupakan teman kuliahku." Ujar Rico
Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh ke arah Rico. Mereka jelas kaget karena mengetahui soal identitas Rico itu.
"Aku juga ingin mengaku. Kalian lihat cincin hitam yang ada di jari tengahku ini? Sebetulnya aku adalah seorang Ace. Dengan kata lain, aku adalah kaum aseksual." Ujar Sammy.
"Wah, pantas saja kamu betah menjomblo. Rupanya kamu aseksual toh?" canda Martin
Semua orang terkekeh, mereka tentu saja tau kalau julukan Sammy adalah 'si bujang lapuk'. Dan kini mereka tau apa penyebab pria yang satu ini betah menjomblo.
"Iya pak! Kami semua memang banyak yang normal, tapi kami tetap mendukung anda! Kami bukan kaum homophobic, jadi kami terima semua perbedaan kalian. Semuanya tetap sama seperti dulu, sebelum anda mengakui siapa anda. Saya salut karena anda mau mengakuinya. Seluruh redaksi disini ada untuk kalian. Dan bahkan kalau diperlukan kami juga membantu kalian semua untuk menunjukkan siapa kalian pada masyarakat." Ujar Carla
Satu per satu dari mereka menyatakan dukungnnya. Bahkan ada juga yang mengakui kalau dia adalah kaum LGBTQ+. Aku dan Martin hanya bisa terdiam sambil tersenyum saat melihat dukungan segenap anggota redaksi De Outstanding.
"We are your family!" seru segenap redaksi
Martin sepertinya jadi sangat emosional hari ini, karena dia meneteskan air matanya dengan cukup deras. Aku sendiri juga harus menahannya, walau aku juga tersentuh pada akhirnya.
"Terima kasih... aku merasa beruntung memiliki kalian semua..." ujar Martin
Kami berdua langsung diserang oleh pelukan dari teman – teman, dan kami diberikan banyak semangat oleh mereka.
Benar, kami tidak sendiri. Masih banyak orang yang mendukung kami, walau kami semua adalah kaum LGBTQ+.
Λ Λ Λ Λ Λ
Sorenya, aku dan Martin tengah mengunjungi Bear Bar untuk membahas rencana yang akan kami jalankan nanti.
"Aku sudah memesan bunganya. Kuharap sepuluh ribu buah sudah cukup untuk permulaan. Mereka juga memberiku diskon yang cukup bagus. Nanti akan aku jabarkan soal itu." ujar Richard, saat kami tengah ngobrol
"Wah, cepet banget pesennya!" sahutku
"Kan jumlahnya juga banyak. Disana pas aku temui ada lima pengrajin. Tapi setauku total mereka semua ada lima puluh orang. Kurasa mereka bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The LGBTQ+ Club
Ficțiune generalăJames merupakan seorang pria yang hidup normal dan mulai menjalani kehidupan orang dewasa dengan diterimanya dia sebagai seorang redaksi dari sebuah majalah tenar di kota, yaitu De Outstanding. Dia sangat senang sekali bisa menjadi redaksi di sana...