Bab 8 : Friendship

600 23 1
                                    

Setelah hari Minggu – ku yang dipenuhi dengan cerita dan curhat dengan Novi, beberapa hari berlalu dan akhirnya sampailah pada hari Jum'at. Sesuai dengan janjiku, aku akan mengajak Novi ke klub malam ini. Aku menjemputnya di kediamannya, dan aku memang selama ini tidak pernah melihat kedua ayahnya atau masuk ke dalam rumahnya, jadi aku agak kaget saat melihat salah satu ayahnya mengajakku untuk masuk.

"Masuk saja, James! Tidak apa kok, Novi baru saja berganti pakaian, jadi baiknya kamu masuk saja dulu. Pasti nggak enak menunggu di luar, iya kan?" Ujar seorang pria dengan tubuh tegap, memiliki banyak bulu di tubuhnya dan juga berwajah garang, walau sorot matanya sangat bersahabat

"Eh, baik om..." sahutku

Aku masuk ke dalam rumahnya, dan aku langsung disambut oleh kehangatan ruang tamunya yang sederhana tapi menyenangkan. Aku duduk di sofa berwarna krem yang ada di sana, dan ayahnya Novi mengulurkan tangannya.

"Namaku Leo, aku adalah ayahnya Novi, seperti yang kamu tau mungkin. Senang berkenalan denganmu." Ujar beliau

"Iya om, saya James. Senang juga bisa ketemu dengan om." Sahutku

"Mau jalan ya?"

"Iya om, ke tempat teman saya. Mau ngumpul ceritanya."

"Begitu... kamu sudah tau kan, soal Novi?"

"Ya, saya sudah tau kok om. Lagian kan... saya kan juga... gay."

Beliau langsung tersenyum. "Wah! Kok Novi nggak bilang – bilang sih? Jadi kamu gay?"

"Iya om"

"Wah, kamu manis loh, aku yakin kamu bisa cepat dapat pacar nantinya."

"Hehehe... semoga aja yah om, lagi usaha nih soalnya."

Tiba – tiba datang seorang pria dengan wajah ceria dan tubuh yang nggak seperti cowo pada umumnya karena dia agak kecil. Dengan tampang ramahnya, dia menghampiriku dan kami berkenalan.

"Hai! Namaku Matthew, tapi aku sering dipanggil Matt. Aku ayah tirinya Novi! Salam kenal ya!" ujarnya

"Iya om. Salam kenal juga." Sahutku

"Dia gay loh, Matt..." ujar om Leo

"Eh? Serius? Uah... kamu ganteng banget! Salah deh kalo gay lainnya nggak memandang wajahmu pas kamu lewat!" sahut om Matt

"Hahaha... om bisa aja..." ujarku

Tiba – tiba, terdegar sebuah suara langkah kaki yang menuju kemari. Tak lain dan tak bukan itu adalah langkah kaki milik Novi. Kali ini dia mengenakan celana jeans dan kemeja kotak – kotak berwarna hitam dan merah. Sepertinya dia sedang berada di dalam fase laki – laki – nya.

"Eh? Kamu disini rupanya!" ujar Novi

"Halo Vi... dah siap?" tanyaku

"Vi, kenapa kamu nggak cerita coba kalau dia ini gay?" tanya om Leo

"Soalnya, aku takut kalo Dad sama Papa bakalan cerai karena Papa kepincut sama James." Jawab Novi, sambil melirik om Matt

"Ah, kamu tau aja kalo aku seleranya yang kayak James..." sahut om Matt

"Nah, makanya..."

"Tapi aku yakin, kamu nggak akan kemana – mana, iya kan, Matt?" tanya om Leo, sambil mencium pipi suaminya itu

"Oh Leo... tentu saja..." jawab om Matt

"Duh... om, jangan bikin yang jomblo iri dong..." ujarku

"Hahaha! Ya sudah, sebaiknya kalian pergi sekarang, karena aku yakin kalian nggak boleh telat."

"Baik om! Yuk Vi!"

The LGBTQ+ ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang