Seminggu telah berlalu semenjak aksi kami itu, dan kami masih belum bisa melupakan semuanya. Dan di hari Jum'at ini, seperti biasa kami berkumpul di Bear Bar, untuk mengobrol dan lain sebagainya, seperti biasanya.
Sejak minggu lalu, bar ini jadi tempat resmi untuk kaum LGBTQ+ kota ini berkumpul. Mereka akan datang setiap minggu, dan setiap kelompok mempunyai agenda ketemuan yang berbeda, seperti ada yang mengambil hari Selasa, atau hari yang lainnya. Mungkin nanti akan diadakan penjadwalan supaya pertemuan mereka tidak bentrok nantinya.
"Guys... aku mendapatkan sebuah surat." Ujar Christ
"Surat? Surat apaan?" tanya Tania
"Aku udah baca isinya... dan itu sangat mengejutkan."
"Apa sih, jangan bikin aku penasaran dong!" ujar Mike
Christ langsung menceritakan isi suratnya. Rupanya di sana disampaikan bahwa pemerintah kota akan mengizinkan The LGBTQ+ Club berdiri dan menjadi organisasi setingkat LSM dan bisa berstatus resmi asalkan mereka mau diamati selama sebulan agar tidak ada sesuatu yang mencurigakan dalam aktifitas kami. Begitu juga dengan ALA. Pokoknya, dua organisasi ini bisa berstatus resmi asal bisa memenuhi beberapa persyaratan dan juga saat diamati selama sebulan nantinya tidak menampakkan aktifitas yang mencurigakan.
"Wow, suatu hal yang menjanjikan." Komentar Jacob
"Tapi kan berarti kalau kita jadi LSM resmi, kita juga bisa mendaptkan kepercayaan dari masyarakat. Pasti mereka nggak akan menganggap kita menjijikan lagi. Mereka kan pasti akan percaya pada pemerintah, jadi kurasa mereka akan mengikutinya jika pemerintah sudah memberikan kita status resmi." Ujar Dian
"Yah, itu memang menguntungkan sih... dan aku ingin kita mengikuti kemauan mereka, untuk diintai selama sebulan. Mereka bilang kalau akan memasang CCTV di bar ini, karena disinilah pusat aktifitas kita." Sahut Dave
"Lalu kelompok yang lainnya bagaimana? Mereka kan punya otoritas masing – masing, walau juga tergabung dalam klub kita ini." Tanya Martin
"Mereka sudah bilang kalau akan bersedia jika melebur bersama LGBTQ+ Club. Dan aku berpikir, jika mereka dijadikan sub organisasi kita. Yah, kalian tau lah, seperti grup kecil yang berada di dalam naungan kita. Mereka tetap ada, tapi mereka akan jadi bagian dari kita." Ujar Christ
"Benar juga. Kalau aku sih tidak keberatan, toh kita tidak memiliki aktifitas yang mencurigakan. Kita hanya berkumpul dan bersatu, mungkin sekekali mengadakan event juga boleh." Sahutku
"Aku juga berpikir begitu. Dan masalah struktur, aku yakin kita bisa menyusunnya." Ujar Dave
"Daddy Kitto saja yang jadi ketuanya! Dan wakilnya Daddy Dave! Aku sih cukup jadi sekretaris, hehehe..." ujar Mary
"Iya, mending Daddy Kitto aja yang jadi ketuanya. Cocok tuh..." tambah kak Louise
"Iya, aku setuju." Ujar Richard
"Aku sih, asal semuanya setuju ya nggak papa. Kita bisa tanyakan yang lainnya dulu kan?" sahut Christ
"Bisa sih. Aku yakin aja kalo mereka semua setuju." Ujar Mona
"Dan aku bersama Dave harus menghadap ke kantor DPRD dulu hari Senin nanti untuk meneken surat perjanjian kami. Mungkin kita bisa kumpulkan semua orang untuk membiacarakan semuanya besok, bagaimana?"
"Sepertinya itu ide bagus." Ujar Amy
Oh... sebentar lagi klub ini akan resmi... bagaimana ceritanya ya nanti?
Λ Λ Λ Λ Λ
Hari Senin telah datang, dan sore harinya datang sekelompok orang untuk memasang CCTV di beberapa sudut ruangan bar ini. Kami semua menyaksikannya, dan setelah semuanya beres, kami mengobrol sejenak.
"Baik guys, ini masa percobaan kita. Aku tau kalian tidak akan macam – macam, tapi aku ingin kalian bersikap baik selama masa percobaan ini. Bisa?" tanya Christ
"Ya, bisa!" sahut kami semua
Yak, mari kita mulai masa percobaan kita selama sebulan ini, dan kuharap... semuanya akan berjalan dengan baik.
Λ Λ Λ Λ Λ
KAMU SEDANG MEMBACA
The LGBTQ+ Club
General FictionJames merupakan seorang pria yang hidup normal dan mulai menjalani kehidupan orang dewasa dengan diterimanya dia sebagai seorang redaksi dari sebuah majalah tenar di kota, yaitu De Outstanding. Dia sangat senang sekali bisa menjadi redaksi di sana...