Bab 3 : Pertemuan ( yang Tak Terduga )

1.9K 47 5
                                    

Pria itu memasuki bar, dan dia berjalan menuju ke arah kami. Aku harus menahan napasku sejanak dan memastikan bahwa dia adalah orang yang sama, seperti tebakan dalam kepalaku. Dia semakin mendekat, dan aku semakin yakin akan siapa orang yang aku lihat itu.

"Hei guys! Tumben kamu ada di sini pas hari kerja, Mart!" ujar pria yang baru datang itu

"Hei Louie! Itu karena aku membawa teman baru ke sini." Sahut Martin

"Eh? Tumben! Kenalin ke aku dong!" ujarnya, sambil melirikku

"Kemarilah! Kenalkan, ini James. Dan Jamie, ini Louise, salah satu anggota kita juga."

Aku dan Louise saling bertatapan, dan kami saling berjabat tangan. Dia mengerutkan alisnya sedikit, lalu memasang wajah terkejut saat melihatku. Aku juga memasang wajah kaget yang sama saat melihat bahwa sepertinya dia mengenaliku.

"Wow! What a surprise! Kamu James Wellington, kan? James dari klub jurnalis?" tanya Louise

"Eh? Kak Louise ya? Waah! Aku nggak nyangka bisa ketemu kakak di sini!" sahutku, senang karena dugaanku tak meleset

"Ohh... jadi kamu sekarang kerja di De Outstanding toh! Tau tidak, aku sempat penasaran kamu akan pergi ke mana setelah lulus! Aku nggak nyangka kalau bakalan ketemu kamu di sini!"

"Apalagi aku kak!"

"Tunggu... kalian saling kenal ya?" tanya Martin

"Iya. Dia juniorku di kampus, dan satu klub denganku di klub jurnalis. Wah... kamu punya satu pegawai yang berharga rupanya." Sahut Kak Louise

"Begitulah..."

"Jangan bilang kalau kamu diseret sama pria yang satu ini ke sini!"

"Aku memang diseret ke sini, kak." Jawabku

"Bosmu yang satu ini sangat peka. Aku yakin dia awalnya menebak, iya kan?"

"Iya... tapi, itu berarti kakak..."

"Memang. Aku gay, Jamie. Kamu memang nggak pekaan orangnya ya? Padahal aku sempat tertarik padamu, dan kurasa kamu juga tertarik padaku. Tapi sepertinya kamu terlalu takut untuk menduga kalau aku adalah gay."

"Aku kan tidak bisa menduga – duga. Lagipula... kakak populer di kalangan cewe, dan kurasa kakak juga menikmatinya."

"Tidak, mereka hanya temanku. Lalu kamu sendiri, aku dengar kamu pacaran."

"Bukan aku yang mau, tapi mereka yang nembak aku duluan. Aku kan nggak bisa nolak. Walau akhirnya semua berakhir."

"Well, tapi aku senang karena aku tau kalau kamu juga gay."

Kak Louise duduk di salah satu kursi kosong, dan dia memesan minuman pada Christ.

Ya, kak Louise adalah seniorku yang dulu sempat aku taksir saat masih kuliah. Ingat saat aku bercerita tentang seniorku yang ada di klub jurnalis? Nah, kak Louise – lah orangnya. Dia memang bisa dibilang tampan, sehingga saat kuliah dulu dia banyak diidolakan oleh para cewe. Tubuhnya sendiri tegap, dengan kulit agak kecoklatan dan penampilannya sangatlah memukau bagi banyak orang karena dia cukup sopan dan juga ramah. Nggak heran kan kalau aku bisa 'naksir' dia?

Dan sepertinya salah satu harapan mustahilku terkabul. Rupanya dia adalah seorang gay, yang merupakan salah satu harapanku, walau kadang aku rasa itu mustahil. Rupanya itu nyata. Aku sudah mencubit diriku sendiri untuk memastikan kalau ini benar. Karena aku merasa sakit, jadi kurasa itu benar.

Dia tidak banyak berubah semenjak terakhir aku melihatnya di kampus. Dia tetap seperti dulu, walau aku tau, perpisahan kami selama setahun memang tidak banyak mengubah dirinya. Pokoknya, dia tetap seperti apa yang terakhir kali aku ingat.

The LGBTQ+ ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang