CHAPTER TEN: MUSTIKA DEWI

21 4 2
                                    

Ishida Sui?

Dia, kan... pengarang Tokyo Ghoul?

Apa arti semua ini?

PERHATIAN: INI HANYALAH FIKSI, JANGAN BAPER

[Point of View: Edo]

"Ishida dulu pernah datang ke dunia ini dan mendapat sebuah kekuatan. Aku tak tahu pasti apa kekuatan tersebut. Satu hal yang pasti adalah, dia bisa kembali ke dunia kalian hidup-hidup." ujar Kakashi. "Aku tahu apa yang sebenarnya terjadi." ujarku membuat yang lain langsung menoleh ke arahku. "Dunia ini... diciptakan dan dikendalikan oleh imajinasi seseorang dari dunia kita. Duniaku. Oda, Kishimoto, dan Ishida adalah beberapa contoh orang yang menciptakan dan mengendalikan dunia ini. Dalam kasus Ishida, ia bukan hanya melakukan kedua hal tersebut. Ia juga masuk secara langsung ke dunia yang ia ciptakan." ujarku menjelaskan asumsiku. "Jadi bagaimana orang bernama Ishida itu bisa masuk kesini?" tanya Hamka. "Kalau itu aku belum tahu dengan pasti. Pokoknya, aku yakin Ishida pasti memiliki imajinasi yang luar biasa." kataku. "Lalu apa sebenarnya yang coba kau katakan pada kami?" tanya Anto. "Kekuatanku sebelumnya... berasal dari imajinasiku."

"APAAA?!" teriak semuanya kaget. "Ja-jadi... kekuatanmu tercipta hanya karena imajinasi?" tanya Anto tak percaya. "Begitulah. Aku baru sadar setelah mendengar ada orang lain dari dunia kita yang memiliki kekuatan saat berada di sini." ujarku menjelaskan. "Lalu... apa kekuatan yang kau imajinasikan?" tanya Imel. "Aku berharap bisa memiliki kekuatan seperti karakter-karakter anime." ujarku. "Lalu apa maksudnya itu, kampret?" tanya Anto yang sepertinya sudah mulai kesal. "Karena berpikir seperti itu, aku mendapat kekuatan untuk mengambil kekuatan karakter anime." kataku. "APAAA?!" teriak semuanya kaget (lagi). "Jadi kau bisa mengambil kekuatan orang lain, apa itu yang coba kau katakan?" tanya Kakashi. "Begitulah. Itulah alasan kenapa aku dapat membekukan benda ini." kataku sambil menunjukkan tongkat besi yang kubekukan sebelumnya. "Jadi, kalau kami juga berimajinasi, kami juga akan mendapatkan kekuatan?" tanya Fita. "Ya... begitulah."

"Baiklah, pembicaraan tentang kekuatan sudah berakhir. Aku tak terlalu peduli dengan itu. Hal yang lebih penting adalah, dimana Doflamingo menyimpan semua kacang ajaib yang sudah diproduksi? Apa kau tahu sesuatu, Kakashi?" tanya Akame. "Sayangnya tidak. Maafkan aku." ujar Kakashi. "Ya sudah, yang penting satu hal sudah tercapai." ujar Akame. "Satu hal? Apa itu?" tanyaku. "Kita sudah menghentikan produksinya. Misi kita sekarang hanyalah mendapatkan kacang-kacang itu." ujar Akame yang masih tak bisa kumengerti. "Apa maksudmu produksinya sudah dihentikan?" tanyaku lagi. "Bahan utama untuk membuat kacang ajaib tersebut sepertinya adalah chakra Kakashi. Sekarang kita sudah membebaskan Kakashi, yang selanjutnya harus kita lakukan adalah mencari kacang-kacang itu." ujar Akame yang akhirnya bisa kumengerti. "Jadi, apa rencananya?"

"Tak ada rencana khusus. Satu-satunya tempat yang sangat mungkin menjadi tempat penyimpanan Doflamingo adalah istananya. Kita hanya harus mencari cara untuk memasukinya." ujar Akame menjelaskan pada kami. Kami semua menganggukinya pertanda tak keberatan. "Bagaimana denganmu, Kakashi?" tanya Akame. "Maafkan aku. Aku tak bisa membantu kalian. Duniaku juga membutuhkanku. Di dunia ini aku tak bisa memaksimalkan kemampuanku. Sumber kekuatan di dunia ini sepertinya bukan chakra." ujar Kakashi. "Baiklah kalau begitu. Semoga ber-" ucapan Akame terpotong oleh perkataan Anto. "Tunggu!" katanya yang membuat kami semua melihat ke arahnya. "Aku takkan membiarkanmu pergi sebelum..." kata Anto yang kemudian menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya lagi, "... kau berfoto dengan kami." GUBRAKK. "Kampret! Kirain apaan." ujarku. Kami semua kemudian tertawa dan berfoto dengan Kakashi. Entah kenapa, aku merasa itu adalah kali terakhir... kami bisa ketawa bareng.

Kakashi kemudian bersiap untuk kembali ke dunianya. "Baiklah, sekali lagi kuucapkan terima kasih." ucapnya. "Ya, tak perlu sungkan." ujar Anto. "Bukan kau yang seharusnya bilang begitu!" timpal Imel. "Aku akan kembali sekarang. Sampai jumpa lain waktu. Semoga beruntung!" kata Kakashi. "Ya, kau juga hati-hati." kataku. "Kamui!" seru Kakashi yang akhirnya kembali ke dunianya. "Jadi, bisa kita pergi sekarang?" tanya Akame yang hanya kami balas dengan anggukan. "Tunggu dulu, itu artinya kita akan menaiki lift itu sekali lagi, kan?" tanya Dilla yang membuat kita semua terdiam sejenak. "ANJRIIITT!!"

===========================================================

[Point of View: Ewi]

TOK TOK

Aku dan tiga cowok kampret ini sudah berada di depan alamat yang tertulis di kartu nama om-om kemarin. Mengetuk pintunya. Setelah beberapa kali mengetuk, kami akhirnya putus asa karena tak mendapatkan jawaban. "Ayo pulang deh! Nda ada orang kayaknya." ujar Amrhul. "Iyo bah!" tambah Adi. "Eh, iya. Sepertinya orangnya emang lagi nggak di rumah." ujarku kecewa. "Ya sudah, ayo balik.." ujar Diman yang sudah berjalan duluan ke arah motornya. Aku pun melangkah ke arah motorku dengan rasa kecewa. Saat baru saja menyalakan mesin motorku, pintu rumah orang itu terbuka. "Ada yang bisa kubantu?" ujar seseorang dari balik pintu. Suaranya tak seperti suara orang dewasa. Sepertinya ia seumuran dengan kita. Tapi sepertinya ada yang aneh. Sepertinya aku pernah mendengar suaranya sebelumnya. Kami pun berjalan kembali ke sana. "Eh iya, apa benar ini rumahnya om, eh, Gold?" tanyaku. "Silahkan masuk.." katanya sambil mempersilahkan kami masuk. Saat masuk, ternyata benar. Orang yang kudengar suaranya sebelumnya adalah cowok yang menabrakku saat di Lapangan Syekh Yusuf. "Kau?!" kataku yang kemudian mengarahkan pukulanku ke arahnya. "Eh?"

BUG!!

Aku memukulnya dengan sekuat tenaga. "Hei, ada ribut-ribut apa di sini?" tanya seseorang yang sepertinya baru saja keluar dari kamar mandi. Ia adalah om-om bertongkat yang sebelumnya datang ke rumahku. "Apa yang kalian lakukan pada anakku?!" tanyanya meneriaki kami. "Eh? Anak?!" teriak kami berempat berbarengan.

Setelah sedikit penjelasan dan permintaan maaf, kami akhirnya dipersilahkan untuk duduk. Cowok tadi menyediakan kami masing-masing secangkir teh. Cowok itu sangatlah misterius, bahkan meskipun berada di dalam rumah ia tetap mengenakan jaket ungunya. "Eh, begini. Maksud kedatangan kami-" ujar Diman yang dipotong oleh perkataan om-om tersebut. "To the point." ujar om-om tersebut. "Ba-baiklah. Kami tahu apa yang telah kau perbuat pada teman-teman kami!" ujar Diman yang kali ini tak dipotong. "Apa maksudmu, anak muda? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" ujar om-om tersebut mengelak. "Gak usah ngelak deh.. Lu kan yang ngasih kacang ajaib itu ke Edo?" tanya Ojan. "Edo? Siapa lagi itu?" tanyanya yang kembali mengelak. "Kampret ini orang! Mau dihajar?" ujar Amrhul yang kemudian menarik kerah kemeja om-om itu. "Apakah kalian bertiga, laki-laki muda yang masih sehat dan kuat, akan menghajarku, seorang pria tua yang bahkan untuk berjalan saja memerlukan sebuah tongkat untuk menjadi penumpu?" ujarnya yang membuat cowok-cowok tersebut terdiam. BRAKK!! Aku kemudian memukul meja yang ada di hadapan kami dan berkata, "Bagaimana jika yang menghajarmu adalah seorang perempuan muda sepertiku yang menghawatirkan keselamatan teman-temannya yang sekarang berada di dunia lain, terima kasih padamu, seorang pria tua pincang yang sok tak tau apa-apa!!"

Kata-kataku barusan membuatnya terdiam. Yang lain melihatku dengan tatapan terkejut. "Baiklah, akan kuberitahu semuanya.." ujarnya. "Mereka sekarang sedang berada di dunia anime, atau mungkin seperti itu. Mereka tak bisa kembali ke dunia ini tanpa kacang ajaib atau kemampuan teleportasi antar dimensi." ujarnya lagi. "Teleportasi antar dimensi?!" tanyaku berteriak. "Pelankan nada bicaramu, gadis muda. Ya, teleportasi antar dimensi adalah salah satu dari tujuh kemampuan terkuat yang pernah ada." ujarnya lagi(2). "Tu-tujuh kemampuan terkuat?" ujar Adi kaget. "Ya, ketujuh kemampuan itu levelnya sama, hanya satu level di bawah kekuatan Tuhan." tambahnya. "Wat? Tu-Tuhan?" sekarang Amrhul yang kaget. "Ya, itulah kenapa ketujuh kemampuan ini disebut sebagai yang terkuat." tambahnya lagi. "Ya, mari kita kesampingkan pembicaraan tentang kekuatan ini. Sekarang, apakah kau bisa membawa kami kesana juga? Ke dunia anime?" tanya Diman. "Aku memang masih memiliki kacangnya, tapi sepertinya mustahil." ujarnya. "Mustahil? Kenapa?" tanyaku. "Kacang itu hanya akan berguna apabila ada tujuh orang yang memasukinya." ujarnya lagi. "Tu-tujuh? Bagaimana jika kau dan anakmu itu ikut dengan kami?" tanyaku. "Apa kau tak bisa menghitung, nona? Kita hanya berenam, tak mungkin-"

TOK TOK

"Eh? Ada seseorang di luar." ujar Diman. "Bae, bukakan pintunya." perintahnya yang langsung dilaksanakan oleh anaknya. Anaknya membuka pintunya dan sepertinya yang datang cukup mengejutkan kami. "Syi-Syiar?!"

===========================================================

[[ Gimana? Jangan lupa untuk vote dan comment, baik itu kritik maupun saran (aku suka klo kalian ngasih aku kritik dan saran, kurasa itu bisa ngebuat cerita ini makin epic). Jangan jdi sider yah, biarin aku tau klo kalian suka atau nggak sama ceritaku! Btw, sorry chap kli ini gk ada visualnya lagi hahaha. Next chap comes tommorow, so see u in the next chap!! From Drawde with love ]]

Cover Character: Mustika Dewi (Ewi)

Lokasi pemotretan cover: Air Terjun entahlah apa namanya XD

- Drawde

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang