CHAPTER NINE: PURPLE

28 4 0
                                    

Kekuatan?

Kekuatan seperti apa?

Ini... nyata, kan?

PERHATIAN: INI HANYALAH FIKSI, JANGAN BAPER

[Point of View: Edo]

"Jadi begitu, ya?" tanyaku memastikan. "Ya, kau menggila saat itu. Aku sampai-sampai tak bisa membantumu." ujar Anto yang sepertinya iri dengan kekuatanku. "Tapi, darimana kamu bisa dapat kekuatan tadi?" tanya Fita penasaran. "Aku... tak tahu apapun." ujarku. "Baiklah, kurasa itu tak penting. Yang penting sekarang, kita harus segera menyusul Imel dan yang lain. Mereka pasti sudah menunggu kita sangat lama." ujar Anto. Kami pun kemudian mengangguk dan memasuki lift tersebut. "Tapi ngomong-ngomong, apakah aku terlihat keren dengan rambut putihku ini, Fit?" tanyaku sambil mendekatkan wajahku padanya. "Ih, apaan sih?" ujar Fita yang kemudian memalingkan wajahnya. "Hahaha muka kayak gitu mana bisa dibilang keren." ledek Anto menertawaiku. "Kampret, aku tak minta pendapatmu tau!" ujarku sinis. "Kenapa emangnya?! Mau berkelahi?!" serunya. "Ayo! Aku akan dengan senang hati meladenimu." ujarku sambil melepas kacamataku. "Ayo kalau begitu!" ujarnya sambil membunyikan persendian jari-jari tangannya. "We sudah! Berhenti! Ribut amat sih!" teriak Fita yang sepertinya terganggu oleh kelakuan kami berdua. Kami pun terdiam. "Lho?" kataku bingung. "Kenapa?" tanya Fita. "Aku... bisa melihat baik meski tanpa kacamata." ujarku. "Hah?!" teriak mereka berdua terkejut. "Beneran?" tanya Fita yang sepertinya masih belum percaya. "Ya, untuk apa aku bohong?" ujarku meyakinkan. "Sepertinya itu pengaruh dari kekuatanmu." ujar Anto. "Ya, sepertinya begitu." ujarku.

Setelah sekitar tiga puluh menit, kami akhirnya sampai di bawah. Kami melihat sekeliling dan tak bisa menemukan yang lain. "Dimana mereka? Tempat apa ini?" tanya Anto. Tempat ini kelihatan lembab dan mengerikan. Tetesan air dari plafon, dinding yang sudah berlumut, dan kabel merah panjang di dinding yang entah mengarah kemana. "Ayo... lebih baik kita cari mereka." ujarku yang dibalas oleh anggukan mereka berdua. Kami pun kemudian menyusuri lorong dan mencaritahu kemana sebenarnya kabel-kabel merah ini mengarah. Setelah menyusurinya beberapa saat, kami kemudian mendengar seperti ada suara orang lain. "Ssstt!" bisikku menyuruh mereka diam. Kami kemudian bersiaga dengan masing-masing senjata kami di tangan. Anto sebelumnya sudah mengambil pedang Esdeath dan memberikan pipanya pada Fita. Aku hanya bermodalkan sebuah tongkat besi. Kami kemudian mengendap-endap untuk melihat siapa yang ada di situ. Dan saat kami sampai...

ZRASSSHH!!

Akame menebasku dengan pedangnya namun masih bisa kutangkis. Dan entah kenapa... tongkat yang kupegang menjadi es. "Si-siapa kau?!" tanya Imel. "Tenanglah teman-teman! Ini hanyalah kami!" seru Fita dari belakangku. "Fita?! Anto! Siapa cowok ini? Di mana Edo dan Mufly?" tanya Imel. "Cowok ini adalah Edo!" ujar Fita sambil menunjukku yang membuat semuanya memasang wajah heran. "Mufly..." ucap Fita tertahan. "Mufly dibunuh." ujar Anto tertunduk. "APAA?!" semuanya terkejut. "A-apa yang sudah terjadi pada kalian?" tanya Hamka. "Terlebih dulu, bisakah kau menurunkan pedangmu, Akame-chan?" kataku.

"Ja-jadi cewek mengerikan itu datang lagi?!" tanya Imel dengan suara keras. "Kau benar-benar mengalahkan Esdeath?" tanya Akame tak percaya. "Mufly dibunuh?" tambah Dilla. "Ya, Esdeath datang kembali dan menyerang kami. Ia kemudian membekukan Mufly dan membuatku mengamuk. Aku mengalahkannya lalu entah kenapa rambutku menjadi putih dan aku tak memerlukan kacamata lagi." ujarku menjelaskan situasi kami pada mereka. "Sepertinya kekuatanmu bangkit." ujar seseorang yang dari tadi hanya duduk di belakang yang lain. Saat melihatnya, aku langsung mengenalinya. Ia adalah Kakashi Hatake, guru Naruto. "Di dunia ini, entah kenapa semua orang bisa membangkitkan kekuatan terpendam mereka. Sepertinya hal itu juga berlaku untuk pendatang seperti kalian. Dulu juga ada seorang anak dari dunia kalian datang ke sini dan membangkitkan kekuatannya." ujar Kakashi. "Dimana dia sekarang?" tanya Fita. "Ia sekarang membuat sebuah dunianya sendiri yang didasarkan pada tempat tinggalnya dulu di dunia kalian." tambah Kakashi. "Apa?! Membuat dunianya sendiri?" tanya Imel dengan suara keras (lagi). "Ya, ia dikenal sebagai pencipta dunia Ghoul, Ishida... Sui."

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang