CHAPTER FIVE: SMILE FACTORY

43 6 0
                                    

Kita dijebak!!

Tapi siapa?!

Siapa orang yang menjebak kami?!

PERINGATAN: CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA, JANGAN DIMASUKKAN DALAM HATI

[Point of View: Edo]

"Hah?! Kakek-kakek yang pernah kita selamatkan?!" seru Hamka. "Ya, ia yang memberikanku kacang ajaib tadi. Ia berkata kalau kita adalah kelinci percobaan untuk penemuannya itu." kataku pada yang lain. Di luar, Akame masih bertarung melawan Esdeath. Aku tak tahu apa yang terjadi. Tapi satu hal yang kutahu adalah teman-temanku benar. Kita harus pulang, ini bukanlah dunia kami. "Oh iya, orang berambut pirang tadi memberi tahu kami untuk menghubungi temannya yang ada di luar menggunakan benda ini." ujar Dilla memperlihatkan benda tersebut. 'Dari Sabo ya?' batinku. "Eh? Itu kan Den Den Mushi!" seruku terkejut melihatnya. Dilla kemudian memberikannya padaku. 'Ini yang asli!' batinku saat bisa memegangnya secara langsung. "Den Den Mushi? Apa itu?" tanya Fita. "Ini adalah semacam alat komunikasi di dunia ini. Alat ini hanya ada di dunia ini." ujarku menjelaskan. "Terus, gimana cara pakenya?" tanya Imel. Aku pun kemudian menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya kembali. "Serahkan saja padaku! Aku sangat mengerti bagaimana cara menggunakannya." kataku dengan penuh percaya diri.

Aku kemudian berusaha untuk mengoperasikannya semampuku. "Siapa yang kau hubungi?" tanya Anto. "Aku tak tahu dengan pasti, tapi mengingat ini milik pasukan revolusi, otomatis kita akan tersambung dengan anggota pasukan revolusi yang lain." ujarku menjelaskan. Kita sekarang sudah berada di luar Colosseum. Dari jauh, kita masih bisa melihat pertarungan antara Esdeath melawan Akame. Mereka berdua bertarung sangat sengit meski mereka adalah perempuan. Akame terus-terusan menyerang Esdeath menggunakan Teigu-nya, Murasame. Itu adalah sebuah Teigu berbentuk pedang yang akan membunuhmu apabila kau tergores sedikit saja. Meski begitu, Esdeath juga tak mau kalah. Kekuatan Teigu-nya yang dapat memanipulasi es membuat tempat bertarung mereka membeku. Hawa dinginnya bahkan terasa hingga tempat kami berdiri. Saat tengah menyaksikan mereka bertarung, Den Den Mushi-nya tersambung. "Berhasil!" seruku memberitahu yang lain. "Hah? Sudah nyambung?" tanya Fita. Aku hanya membalasnya dengan anggukan pertanda 'ya'. Di saat yang sama, Esdeath kemudian menendang Akame sekuat tenaga hingga terlempar ke arah kami. Akame terjatuh tepat di sebelah kami. Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara yang tak asing berasal dari saku Akame. Suara Den Den Mushi.

Ia pun mengambil Den Den Mushi dari sakunya kemudian mengangkatnya. "Halo? Akame di sini. Apa yang sedang kau lakukan, Sabo?" ujarnya yang sepertinya mengira kalau panggilan tersebut berasal dari Sabo. Wajar saja ia berpikir begitu, ia belum bertemu dengan kami. "Bukan Sabo yang menelponmu, tapi kami." ujarku yang membuatnya berbalik ke arah kami. "Kalian-?" katanya yang sepertinya belum mengerti apa yang telah terjadi. Tiba-tiba Esdeath muncul tepat di hadapan kami. "Oh, jadi kalian semua merupakan anggota pasukan revolusi rupanya..." ujarnya sebelum akhirnya berusaha untuk menyerang kami. "LARI!!" teriak Akame menyuruh kami lari. Kami berusaha untuk lari tapi sepertinya tak sempat, kami sekarang berada dalam ruang lingkup serangan Esdeath. Tepat saat Esdeath akan menyerang kami, seseorang dalam baju zirah datang menghentikannya. "Akame! Bawa mereka ke pabrik, biar aku yang mengurus Esdeath!" serunya memerintahkan Akame untuk membawa kami ke pabrik. Pabrik? Mengingat ini adalah Dressrosa (salah satu kerajaan di One Piece), satu-satunya pabrik dalam pikiranku adalah pabrik SMILE, semacam buah iblis buatan yang diproduksi oleh Doflamingo. Tapi apa hubungannya Akame dan seseorang yang memakai baju zirah tersebut dengan SMILE? Akame pun segera bangkit dan berkata, "Baiklah! Ayo ikuti aku!".

Kami kemudian mengikuti Akame dan pergi menuju pabrik. "Pabrik apa yang sebenarnya akan kita tuju?" tanya Mufly. "Ya, mau kemana kita sebenarnya?" tanya Dilla menambahkan. "Kita akan menuju pabrik SMILE, ikuti saja aku!" ujar Akame. "SMILE? Apa itu?" tanya Fita. Hadeh, tentu saja SMILE adalah buah iblis buatan yang diproduksi oleh Doflamingo, apa lagi memangnya? "SMILE adalah sebuah kacang ajaib yang dapat digunakan untuk berpindah alam! Raja negeri ini memproduksinya besar-besaran dan membuat keseimbangan alam semesta berantakan!" ujar Akame menjelaskan. -_- DAFUQ!! Jadi SMILE itu kacang ajaib yang bawa kita semua kesini?! Shit! Aku makin gak mengerti! "Ja-jadi jika kami kesana, kami bisa mengambilnya satu?" tanya Imel. "Ya, tapi apa yang mau kalian lakukan dengan itu?" tanya Akame penasaran. "Kita berasal dari dunia lain, kami membutuhkan salah satu kacang ajaib itu untuk pulang!" seru Hamka. "Jadi kalian orang-orang yang dikatakan Sabo sebelumnya ya?" ujar Akame. "Eh? Apa maksudmu?" tanya Anto. "Ya, sebelumnya Sabo berkata ada beberapa orang bocah yang terjatuh entah darimana tepat di tengah-tengah arena Colosseum! Jadi kalian orangnya?" tambah Akame. Kami semua hanya menganggukinya.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang