E-Ewi?!
Apa yang kau lakukan di sini?
Adi, Amrhul, Diman, dan Syiar juga ada.
Ru-Rumple?!
Dan siapa... pria berjaket ungu itu?
PERHATIAN: INI HANYALAH FIKSI, JANGAN BAPER
"E-Ewi?!" teriakku kaget saat melihatnya. "Adi, Amrhul, dan Diman juga!" seru Hamka. "Syi-Syiar?!" ujar Imel yang langsung berlari ke arahnya dan memeluknya. "E-eh?" ujar Syiar yang sepertinya tak tahu apapun. "A-apa yang kalian lakukan di sini?!" tanyaku. "Orang ini-" perkataan Ewi kemudian terpotong saat Rumple mencekiknya dengan sihir miliknya. "Ewi!!" teriak kami bersamaan. "Gya, gya, gya, akhirnya kekuatan sihirku kembali! Aku sudah bosan berjalan dengan tongkatku. Terima kasih untuk bocah-bocah ini." ujar Rumple melempar tongkatnya. "Apa yang kau lakukan pada Ewi?!" teriak Imel. "Oh, aku tak melakukan apapun, nona. Sihirku yang melakukannya!" katanya sambil memperkuat cekikannya di leher Ewi. Ewi kelihatan kesakitan dan mulai tak bisa bernapas. "Syiar, apa yang kamu lakukan?! Kita harus menolong Ewi sebelum-" ujar Imel terpotong saat Syiar menatapnya tajam. "Syiar? Aku bukan dia. Maaf."
Imel pun terlihat sangat terpukul saat mendegar kata-kata tersebut. Ia pun kemudian terjatuh ke tanah dengan posisi terduduk. "Ya, meskipun begitu, aku mewarisi wajah tampannya bukan? Hahaha." ujarnya tertawa. "Siapa kau?! Kenapa kau sangat mirip dengan Syiar?" tanya Anto. "Kenapa kau tak bertanya pada temanmu itu." katanya sambil menunjukku. "Eh, aku?" kataku tak mengerti. "Apa maksudnya ini, Edo?" tanya Hamka. "Ya, jelaskan pada kami!" seru Anto. "Ya, jelaskan pada mereka tentangku. Salah satu ciptaanmu, Kazuma Kazeshii!"
"Ka-Kazuma?!" teriakku tak percaya. Wat?! Pantas saja dia mirip dengan Syiar. Aku kan menciptakannya berdasarkan pada Syiar. "Ya, akulah Kazuma, salah satu karakter yang kau ciptakan, tuan." katanya memanggilku 'tuan'. Tuan?! Apa semua ciptaan memanggil ciptaannya dengan sebutan 'tuan'? "Apa maksudnya memanggilmu dengan sebutan tuan?" tanya Anto. "Aku tak tau kenapa dia memanggilku tuan. Tapi, itu memang benar, aku adalah orang yang sudah menciptakannya. Aku menciptakannya serupa dengan Syiar, karena itu ia sangat mirip dengannya." ujarku. "Lalu, kalau ia ciptaanmu, tak bisakah kau memerintahkannya untuk menolong Ewi?!" tanya Anto lagi. "Iya juga sih. Kazuma! Kuperintahkan kau untuk membuat Rumple melepaskan Ewi!" perintahku padanya. "Tidak! Aku tak mau!" ujarnya yang membuat kami terdiam tanpa ekspresi. "Untuk apa aku melakukannya? Hahaha." ujarnya tertawa. "Hei! Bukankah kau salah satu ciptaanku?!" teriakku. "Ya, aku memang ciptaanmu. Ciptaan gagalmu! Kau tahu, aku sangat bosan berkelana kemana saja tanpa ada satu pun yang mengenaliku! Kalau saja ada orang yang paling kubenci di dunia ini, itu adalah kau! Seorang penulis gagal yang berharap ceritanya dibaca oleh banyak orang!"
Kata-kata itu menyakiti hatiku.
Aku tak percaya karakter ciptaanku malah menghianatiku.
Apakah ini perasaan Tuhan saat ciptaannya tak mau mendengarkannya?
Dia pasti sangat sakit.
Aku tak bisa berkata apapun.
Aku merasa terpukul.
Sangat terpukul.
.
.
.
PLAKKK!! Anto menampar pipiku, membuatku berhenti melamun. "Apa yang kau pikirkan? Sadarlah, kampret! Dia hanyalah satu dari banyak karakter yang kau ciptakan, kan? Kau tak memerlukannya, dengan kekuatanmu kau bisa melakukannya sendiri!" ujar Anto menyemangatiku. "Kau tahu apa yang harus dilakukan, kan?" tanyanya. "Ya, aku tahu pasti apa yang mesti kulakukan." kataku yang kemudian membekukan Rumple dan Kazuma sehingga cekikan pada leher Ewi terlepas. Ewi yang sudah terlepas, kini terduduk di tanah seperti Imel. "Adi! Amrhul! Diman! Bawa Ewi dan Imel ke sini! Cepat! Mereka takkan membeku untuk waktu yang lama!" perintahku. Mereka pun kemudian menarik Imel dan Ewi pergi. Aku kemudian membuat dinding penghalang dari es yang tebal agar Rumple dan Kazuma tak bisa mengejar kami. "Ayo! Kita harus segera pergi dari sini!" perintah Akame. Kami pun berlari menuju ke Istana Doflamingo dengan sekuat tenaga. Saat tengah berlari, tiba-tiba di hadapan kami ada seseorang yang menghalangi. Ia adalah... si cowok berjaket ungu.
"Siapa kau?! Jangan coba-coba tuk menghalangi jalan kami!" seru Anto. "Sepertinya dia anak kakek tua tadi." ujar Diman. "Shit! Di saat-saat kayak gini ada aja yang ngehalangin jalan!" ujar Adi. "Apa maksud kalian 'menghalangi jalan'?" tanyanya. "Jangan sok gak ngerti deh lu! Lu mau nahan kita sampe bapakmu datang, kan?" ujar Amrhul. "Apa maksudmu, fucker?" tanya si jaket ungu dengan kata-kata yang terdengar persis seperti kata-kata seseorang. "Hah? Ngajak berantem ini orang!" ujar Amrhul melepaskan tinjuannya ke arah si jaket ungu. Saat hampir terkena tinju Amrhul, si jaket ungu kemudian menghilang dan tiba-tiba muncul di sebelahku. "Aku sudah melihat kemampuan es-mu barusan, Edo. Sepertinya kau juga sudah mendapatkannya." katanya membuat kami terkejut. "Kau? Bagaimana bisa?" tanya Anto terkejut. "Oh, aku hanya mendapatkan kekuatan teleportasi sesaat sebelum aku hampir mati." ujarnya. "Mendapat?" tanya Fita tak mengerti. "Ya, sama seperti Edo, aku mendapatkannya." ujarnya lagi. "Tunggu dulu, kau bilang kau mendapat kekuatan teleportasi sesaat sebelum kau hampir mati? Jangan-jangan?!" ujarku. Ia kemudian membuka tudung jaketnya dan memperlihatkan wajahnya. Saat melihatnya, kami semua terkejut. "Ya, benar. Aku mendapatkannya sesaat sebelum hampir dibekuka oleh Esdeath. Ini aku Mufly, bisa-bisanya kalian melupakanku."
"Mu-Mufly?!" teriak kami semua berbarengan. Mufly hanya tersenyum. "Ta-tapi... bagaimana bisa?" tanya Fita. "Mudah saja, sesaat sebelum dibekukan, aku berpikir untuk pulang dan tiba-tiba aku kembali ke dunia nyata. Intinya, aku selamat dari kematian." ujar Mufly. "Lalu, kenapa kau bisa bersama dengan kakek-kakek itu? Dan kenapa ia memanggilmu anaknya?" tanya Diman. "Hahaha saat aku kembali ke dunia nyata, aku terluka parah. Meski pedang es milik Esdeath menghilang di dunia nyata, lukaku tidak. Saat aku terluka, kakek itu yang membawaku. Aku diberikan sebuah obat aneh yang dapat menyembuhkanku, tapi di lain sisi, membuatku menuruti segala perintahnya." ujarnya. "Apa?! Menuruti segala perintahnya?! Apa kau sudah gila?!" teriak Anto menjejali Mufly dengan pertanyaan. "Ya, contohnya seperti sekarang." ujarnya yang kemudian mencekik Anto. "ANTO!!" teriak kami berbarengan. "Baiklah, sepertinya kakek itu sudah bebas. Ia menyuruh kalian untuk membawakan padanya 'Belle'-nya, kalau tidak... ia akan membunuh Anto." ujarnya yang kemudian menghilang.
"Belle?! Siapa itu?" tanya Diman. "Apa kalian tau dongeng terkenal Beauty and the Beast?" tanyaku. "Iya, aku pernah menontonnya sebelumnya." ujar Dilla. "Dalam cerita itu, dikisahkan ada seorang gadis cantik yang mencintai monster buruk rupa, kan?" tanyaku lagi. "Ya, terus apa hubungannya?" tanya Diman. "Seperti yang kita tahu, nama gadis cantik itu adalah Belle. Sedangkan kakek itu... ia adalah si monster buruk rupa." ujarku. "Ja-jadi... kakek-kakek itu adalah karakter dongeng?!" tanya Imel. "Ya, dan selain itu, ia adalah seorang penyihir terkuat, Sang Kegelapan, Rumplestiltskin." tambahku. "Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Hamka. "Aku tahu dimana Belle berada." ujar Akame. "Apa?!"
==========================================================
[[ Gimana? Jangan lupa untuk vote dan comment, baik itu kritik maupun saran (aku suka klo kalian ngasih aku kritik dan saran, kurasa itu bisa ngebuat cerita ini makin magnificent). Jangan jdi sider yah, biarin aku tau klo kalian suka atau nggak sama ceritaku! Btw, chap kli ini Double Issue alias dua part. So see u in the next part!! From Drawde with love ]]
Cover Character: Mufly Fadla
- Drawde
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality
FanfictionSinopsis: Bagi seorang penikmat cerita fiksi, mengunjungi dunia fiksi adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan, terutama untuk Edo dan teman-temannya. Sebagai ucapan terima kasih dari seseorang, ia dan keenam orang temannya mendapat kesempatan...