PERHATIAN: INI HANYALAH FIKSI, JANGAN BAPER
"Apa?!" teriak semuanya. "Ya, aku tahu Belle dimana." ujar Akame sekali lagi. "Benarkah? Dan dimana itu tepatnya?" tanya Edo. "Aku mendengar dari para anggota revolusi kalau seseorang bernama Belle ditahan oleh Doflamingo di istananya." ujar Akame. "I-istana?! Doflamingo?!" ujar Diman kaget. "Ya, itu artinya kita harus membagi tugas." tambah Akame. "Tu-tunggu dulu. Apa maksudnya tugas?" tanya Adi. "Awalnya kita berniat untuk mengambil kacang ajaib di Istana Doflamingo untuk kembali ke dunia nyata. Tapi sekarang tujuan kita bertambah untuk mencari Belle." ujarku. "Tapi meskipun begitu, tujuan kita tetaplah istana, kan?" tanya Dilla. "Ya, beginilah rencananya. Aku akan pergi mengambil kacangnya, empat orang selain si rambut putih akan ikut denganku. Si rambut putih yang akan mencari Belle, sisanya ikut dengannya!" ujar Akame. "Aku dan Amrhul akan menemani Edo!" ujar Adi. "Aku juga!" seru Ewi. "Kurasa laki-laki di kelompoknya Edo sudah cukup, aku akan ikut Akame!" seru Hamka. "Eleh, bilang aja lu mau sama yang banyak ceweknya. Cabul." ejek Amrhul membuat kami tertawa. "Eh, aku juga ikut sama Hamka." ujar Dilla. "Aku juga!" seru Diman. "Aku... ikut dengan Edo." ujar Fita. "Baiklah, berarti Imel akan ikut dengan tim Akame." ujarku. "Yosh! Tim sudah terbentuk. Tunggu kami... Doflamingo!"
Kami pun pergi menuju ke istana melewati jalan utama. Kami akhirnya sampai di depan gerbang utama istana setelah beberapa menit. "Gerbangnya tertutup, bagaimana caranya kita masuk?" tanya Diman. "Serahkan padaku." ujar Akame yang kemudian mengeluarkan pedangnya dari sarungnya. ZRASSSHH!! Akame menebas gerbangnya hingga terbelah dua. Kami kemudian masuk ke dalam dan berpencar. "Kami akan mencari tempat penyimpanan, kalian pergilah mencari Doflamingo! Aku yakin dia mengetahui dimana Belle berada!" seru Akame yang pergi ke arah yang berbeda dengan kami bersama kelompoknya. "Apa kau tau dimana Doflamingo?" tanya Adi. "Ya, tentu saja! Dia ada di lantai tiga!" ujarku. Kami pun berlari menuju lantai tiga. Di tengah perjalanan, aku berhenti karena merasa ada sesuatu yang aneh. "Ke-kenapa berhenti?" tanya Fita. "Ada yang aneh." kataku. "Hah? Apa lagi yang aneh selain Fita yang memperhatikanmu?" ledek Adi. "Aku serius, ini sangatlah aneh kan? Tempat ini tak memiliki penjagaan sama sekali." ujarku. "Iya juga sih. Ini terlalu sepi." ujar Ewi. "Siapa bilang tempat ini tak berpenjaga?" ujar seseorang yang turun dari tangga lantai tiga. "Mu-Mufly?!" ujarku terkejut. "Mumumu, aku takkan membiarkan kalian naik ke lantai atas!"
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya Rumple ingin kami mencari Belle untuknya?" tanyaku. "Ya, awalnya memang begitu, sampai Rumple mendengar bahwa Belle ada di sini." ujarnya. "Lalu apa yang ia lakukan pada Anto?!" tanya Ewi. "Tenang saja. Anto masih baik-baik saja. Paling tidak dia tak diberi obat sepertiku. Mumumu." ujar Mufly lagi. "Mumumu? Apaan coba itu?" tanya Amrhul. "Oh, ini adalah gaya tertawaku, kau tahu? Mumumu." ujar Mufly. "Sejak kapan coba kau punya gaya tertawa seperti itu?!" tanya Adi. "Hahaha semenjak aku mendapat kekuatan, gaya tertawaku berubah menjadi 'mumumu', kau tahu? Mumumu." tambah Mufly. "Hei, hei, kau tadi tertawa 'hahaha' tuh!" ujar kami bersamaan. "Yahaha, kita hentikan dulu pembicaraan mengenai tawa ini. Nurufufufufu." ujarnya lagi. "Bagaimana kami mau menghentikannya kalau kau terus mengubahnya seenaknya?!" timpal kami. "Mumumu, kalau begitu, aku akan konsisten dengan 'mumumu'. Garahahahaha." ujarnya. "Sudahlah."
"Baiklah kalau kau tak mau membiarkan kami lewat!" kataku kemudian maju menyerang Mufly. Sebelumnya aku sudah membuat sebuah pedang dari es dan sekarang aku akan menggunakannya untuk menyerang Mufly. Ia menghilang dengan teleportasinya saat aku menebasnya. Ia kemudian muncul di belakangku dan kemudian menendangku hingga terlempar ke tembok. Aku kemudian melemparkan pedang es-ku ke arahnya, tapi tetap saja ia bisa menghindarinya. Aku kemudian bangkit dan membuat banyak pedang es dan mengarahkannya pada Mufly. Ia terus menghindar namun aku terus menyerangnya bertubi-tubi. Aku terus menyerangnya hingga dia berdiri di depan Fita dkk. Aku pun menghentikan seranganku karena Fita dan Ewi ada di situ. Coba saja hanya ada Adi dan Amrhul, aku akan tetap melanjutkan seranganku. "Hm, kau bermain curang rupanya, sama seperti yang kau lakukan saat ujian, kan?" ujarku. "Ho, bukannya kau juga begitu, ranking 3?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality
FanfictionSinopsis: Bagi seorang penikmat cerita fiksi, mengunjungi dunia fiksi adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan, terutama untuk Edo dan teman-temannya. Sebagai ucapan terima kasih dari seseorang, ia dan keenam orang temannya mendapat kesempatan...