CHAPTER THREE: CORRIDA COLOSSEUM

91 10 0
                                    

Apakah ini benar-benar nyata?

Ya.

Apakah ini hanyalah imajinasiku?

Tidak.

PERINGATAN: CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA, JANGAN DIMASUKKAN DALAM HATI

[Point of View: Edo]

Kami akhirnya dibawa keluar dari arena turnamen. Pertandingan di blok D sepertinya ditunda selama beberapa menit akibat kedatangan kami. Kami terjatuh tepat di tengah-tengah arena pertandingan Corrida Colosseum. Karena peristiwa tersebut, kami pun diinterogasi oleh para staf Colosseum. Yang mereka tanyakan padaku adalah bagaimana cara kami kesini, aku tak tahu dengan yang lain. Aku mengatakan kalau kita berasal dari sebuah dunia yang disebut 'dunia nyata'. Aku juga berkata bahwa kami masuk melewati portal dan terjatuh tepat di tengah-tengah arena. Mereka menanyakan apa yang terjadi pada portalnya, namun aku menjawabnya "Aku pun tak tahu."

Aku pun dipersilahkan untuk pergi, kelihatannya hal yang sama juga terjadi pada teman-temanku yang lain. Yang belum keluar adalah Anto, Imel dan Fita. Kami pun menunggu mereka di lorong dalam Colosseum. "Dimana kita, kampret?" tanya Mufly padaku. "Kita berada di Corrida Colosseum." ujarku. "Korida Koloseum? Dimana itu?" tanya Dilla. "Kita ada di dunia One Piece. Sepertinya Anto tidak memikirkan dunia apapun saat melemparnya ke tanah. Ini adalah hasil pemikiran terakhir sebelum dilempar. Hasil pemikiranku." ujarku menjelaskan pada mereka. "Jadi begitu. Tapi, kenapa kau tak terlihat sakit lagi?" tanya Hamka. Ya, kenapa aku tak merasakan sakit lagi di dadaku? Aku merabanya dan tak merasakan sakit seperti sebelumnya. "Aku tak tahu, Hamka. Sama sekali tak tahu..."

Yang lain pun akhirnya keluar. Anto kemudian menghampiriku dan menarik kerah di leherku. "Sihir apa yang kau gunakan hah? Kemana kacang sialanmu itu membawa kami? Bagaimana caranya kita kembali?" tanya Anto sambil terus-terusan melampiaskan emosinya padaku. Aku hanya terdiam. Aku sama sekali tak mengerti. Bukannya kau yang membuangnya ke tanah? Kampret, kok malah nyalahin gue sih? "Jawab aku, njrit!" perintahnya. Aku pun spontan tertawa terbahak-bahak. Yang lain pun menatapku heran. "Bukannya kau... Yang membuang kacang tersebut ke lantai?" ujarku. "Kurang ajar!" seru Anto yang ingin memukulku. Hamka kemudian menghentikan Anto. "Sudah woi! Dalam situasi kayak begini harusnya kita lebih bekerja sama. Bukan malah bertengkar. Ini juga bukan salah siapapun. Edo sudah memberitahu kita tentang kacang tersebut. Anto juga tak tahu kalau itu benar-benar kacang ajaib. Jadi daripada saling menyalahkan, lebih baik kita bekerja sama untuk keluar dari tempat ini." ujarnya menyadarkan kami tentang masalah kami. Keluar ya? Bagaimana caranya? Apakah kami bahkan bisa kembali ke dunia nyata? Emang gue pikirin?

Jujur, aku tak mau keluar dari sini.

Aku sangat suka berada di sini.

Ini dunia yang kuimpikan.

Benar-benar dunia yang sangat kudambakan.

Aku sangat senang.

Aku tak ingin pergi dari sini.

Aku egois?

Ya, benar.

Setidaknya bukan aku yang membawa kalian ke sini.

Aku harap kalian mengerti.

Alasan kenapa aku egois.

.

.

.

"Aku, tak tahu bagaimana caranya keluar dari sini." kataku jujur. Yang lain memasang wajah tak percaya dan putus asa. "Jadi bagaimana? Kita nggak bisa pulang gitu?" tanya Fita. "Maafkan aku, Fita. Tapi itu kenyataannya." ungkapku. "Jadi kita hanya berdiam diri saja tanpa mencoba apapun?" tanya Hamka. Imel pun kemudian segera mengambil handphone-nya dan menelpon seseorang. Ia pun mengaktifkan loudspeaker agar kami juga bisa mendengarnya. "Assalamualaikum. Halo, Ewi, aku gak bisa kembali. Aku masuk entah ke mana ini. Dunia anime kah? Entah apa dibilang Edo. Di sini ada Anto, Fita, Dilla, Mufly sama Hamka. Edo juga ada tapi dia kelihatannya sudah sembuh. Kita gak tau cara pulang weh!" ujar Imel ingin menangis. "Assalamualaikum. Ini, siapa ya?" tanya Ewi seakan-akan tak mengenal Imel. Hahaha lelucon bagus Ewi, jangan bikin orang takut deh. "Jangan gitu weh. Serius ini." lanjut Imel. "Aku juga serius. Aku gak tau kenapa kamu bisa kenal sama aku. Aku benar-benar gak tau siapa kamu." ucap Ewi. Kata-kata tersebut membuat Imel menjatuhkan handphone-nya. "Halo? Kalo gitu sudah ya. Aku bakal coba ingat siapa kamu. Bye!"

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang