[9] Action

9K 698 36
                                    

"Bang Raka kenapa senyum-senyum sendiri?"

"Nggak pa-pa. Masuk masuk," Raka mempersilahkan Ici untuk masuk ke dalam rumah, usai membukakan pintu.

Siang ini begitu panas. Pantas saja Ferrel harus keluar rumah membeli persediaan es batu.

Setelah membasuh kaki, Ici berjalan menuju ruang tengah. Disana ia sudah disambut oleh kedua abangnya yang duduk senyum-senyum sendiri.

"Dimana Bang Ferrel?" tanya Ici sambil celingukan kearah dapur, biasanya abang yang satu itu selalu menawarkan ia makan siang usai jam pulang sekolah.

"Mumpung ada pembantu gratis, abang suruh deh dia beli es batu," jawab Raka tak peduli dan masih tak memalingkan senyuman pada Ici. "Gimana sekolahnya tadi? Ceritain dong, plis plis plis,"

Tanpa dipikir pun, Ici sudah nge-fly, rona di pipinya mulai memerah bak kepiting rebus. Adrian tersenyum tipis, memaklumi tingkah langku sang adik, dan hanya ikut nimbrung mendengar percakapan diantara keduanya.

Ici sempat menggeleng menolak, namun sepertinya puppy eyes milik Raka-lah yang kali ini menang.

"Ya kayak biasanya bang," jawab Ici sekenanya.

Raka tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh adiknya. Karena Raka memang tahu semuanya.

"Boong. Ici ketemu cowok kan? Hayoo," Raka nyengir sendiri.

"Kok abang tau?" tanya Ici bingung, benar-benar bingung. Ia takut abangnya memiliki mind power seperti di kartun-kartun.

Raka, lo malah mbongkar identitas kita, batin Adrian melotot tajam kearah Raka.

Yang dipelototi hanya meringis, seakan berkata 'alah tenang aja, kali ini pasti aman'

"Bang Raka kan udah pengalaman di SMA. Abang juga sering baca novel-novel remaja," ujar Raka malah membuat dirinya terlihat semakin stupid. "Kata primbon yang abang baca, di umur lo yang udah 16 tahun itu bakalan ada cowok yang ngedeketin elu"

Jawaban macam apa itu, Adrian menepuk jidatnya sendiri.

"Oh.." Ici mengangguk-angguk. Membuat Adrian malah semakin menepuk jidatnya berulang kali.

Kakak sama adik sama aja. Gesrek semua, batin Adrian lalu beranjak pergi meninggalkan ruang tengah. Lelaki itu butuh pendinginan ekstra.

"Emangnya kenapa bang kalo aku ketemu sama cowok?" tanya Ici masih dengan posisi melayang di langit ketujuh.

Raka semakin mendekatkan jaraknya pada Ici. "Abang boleh tau nggak namanya?" ucap Raka berbisik.

"Namanya....." Ici malu-malu. Suaranya makin lama makin pelan seperti nyamuk.

Raka masih melongo serius, tak sabar mendengar nama yang bakal diucapkan adiknya, Felicia Sheryl.

"Alvaro Fernandes."

Dan langit pun seketika mendung.

[MISSION 2 COMPLETED]

My Brothers, My Bodyguard ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang