Ruang musik begitu sunyi ketika aku masuk ke dalam. Sebuah cello berdiri tegak disana dengan beberapa alat musik lainnya. Aku tersenyum tipis. Sudah lama aku tidak masuk ke ruang musik mana pun semenjak kepergianku kemari.
Segalanya kosong dan berdebu. Apakah mereka tidak pernah menggunakan alat musik di sini? Atau mereka tidak berminat memainkan alat musik? Aneh sekali.
"Coba saja satu─kau bisa main gitar?" tanya Yein, dibalas dengan anggukan kecil dariku.
"Tidak terlalu mahir seperti Halla. Tapi biar kucoba," aku mengambil salah satu gitar yang berada di samping cello dan duduk di sampingnya, "Kau mau lagu apa?" tanyaku.
Yein duduk di sampingku, "Terserah kau saja," jawabnya.
Aku berdehem sebelum mulai memetik gitar. "I am tired of this place, I hope people change."
Bayangan keluargaku, orang-orang disekitarku, mulai berputar di kepalaku. Menarik napas panjang, dan kembali melanjutkan lagu yang tengah kunyanyikan. "I need time to replace, what I gave away─"
"And my hopes, they're high, I must keep them small─"
"Though I try to resist, I still want it all─"
Kembali menarik napas panjang. Aku benar-benar sudah terbawa suasana.
"I see swimming pools and living rooms and aeroplanes─"
"─I see a little house on the hill and children's names─"
"─I see quiet nights poured over ice and Tanqueray─"
"─But everything is shattering and it's my mistake─"
Aku sudah bersiap untuk reff. Tapi, Yein memegang tanganku, menyuruhku berhenti. "Ada ap─"
"Jangan menyerah, Jungkook," ucapnya, dengan wajah sendu, membuatku tidak mengerti.
"Kau ini kenapa?" Aku meletakkan gitar tersebut. Tiba-tiba, ia mengeluarkan sebuah selebaran bertuliskan sebuah audisi, membuat keningku berkerut. "Tidak─aku tidak mungkin─"
"Jangan bersikap bodoh dan menyia-nyiakan kesempatan ini─"
Matanya membuatku luluh. Bagaimanapun, ini semua adalah mimpiku. Maka, bagaimanapun caranya─aku akan menjadi seorang penyanyi. Meskipun ayahku menentang atau bahkan berlaku kasar kepadaku, aku akan menjadi seorang penyanyi.
∫
Oh─setelah sekian lama, aku baru mengetahui. Halla dan Yoongi hyung sudah berpacaran sejak aku pergi. Gosip itu menyebar, begitu cepat bagaikan api yang menyambar daun kering. Mungkin, beberapa gadis bisa menghembuskan napas lega mendengar cerita itu. Tapi, tidak denganku.
Berpacaran dengan Yoongi hyung berarti semakin besar jarak di antara kami. Tidak─sudah cukup dengan kisah cinta ini, membingungkan. Aku hanya ingin berteman─seperti yang seharusnya.
Sore itu, aku memutuskan untuk pergi ke taman tempatku dan Halla mengobrol kemarin. Mengacak rambutku sebelum merebahkan diri di bangku taman, menatap langit yang mulai gelap. "Bagaimana?" tanya Yein.
Aku tertawa, sok mengerti perkataannya. Namun, enggan untuk berkata. "Diamlah," ucapku.
Tidak, aku tidak cemburu─ya, maksudku. Ia temanku dan ia berubah. Setelah itu, si Yoongi sialan itu─apa peduliku?
Sekali lagi aku tertawa lepas. Entah apa yang kutertawakan. Sementara itu, Yein tengah berusaha merogoh kantung celanaku sehingga aku hampir berteriak seperti korban pencabulan. "Apa yang kau lakukan?" tanyaku tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Freedom
AdventureBaginya, hidup bersama seorang ayah yang sibuk dan ibu serta adik tirinya merupakan sebuah beban. Belum lagi, seorang gadis yang memiliki wajah yang-hampir-serupa dengannya, mengaku-ngaku sebagai dirinya yang lain. Bagi seorang Jeon Jungkook, kebeba...