7

243 43 6
                                    

Hubunganku dengan Jinsol semakin membaik. Kami sering berbagi cerita dan berkeluh-kesah. Aku mulai membantunya mengerjakan setumpukan soal yang tidak ia mengerti.

Akhir-akhir ini kau terkejut ia bercerita bahwa ia menyukai teman barunya.

"Namanya Lee Chan," ucapnya malu-malu.

"Lee apa?" aku mengusap tengkukku sambil menyipitkan mataku. "Ia pindahan dari Korea?"

Jinsol mengangguk pelan. "Chan-ssi baik sekali, lho, Oppa-"

Wah, adikku sudah besar ternyata.

Namun, aku hanya menggeleng. "Jika kau ingin meminta saranku tentang cinta, aku tidak bisa-" kulirik Yein yang tengah tertawa keras. Mau tidak mau, aku memelototinya dengan jengkel.

Jinsol hanya menggeleng pelan dan tersenyum. "Aku sama sekali tidak meminta bantuanmu, Oppa. Hanya saja, baru kali ini kau mau mendengar ceritaku," pipinya memerah malu.

Haah, aku benar-benar tidak mengerti. Tapi, satu hal yang pasti.

Aku tidak ingin adikku berakhir seperti Yein.

Sebenarnya, ini bukanlah masalahku dan aku sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah mereka bertiga.

Perubahan mulai terjadi. Dimulai dari Yein yang enggan pergi ke sekolah bersamaku sampai-sampai ketegangan yang terjadi di antara kami bertujuh. Taehyung terlihat sering menghabiskan waktunya sendirian, sementara Jimin lebih sering bergaul dengan yang lainnya. Yoongi hyung yang menghabiskan waktu sendirian pula. Sementara, Seok Jin, Namjoon dan Hoseok hyung masih tetap normal seperti biasa.

Aku? Menghabiskan waktu di halaman belakang sekolah. Membolos, tertidur. Tidak ada pelajaran yang kuminati selain musik, olahraga dan bahasa. Tapi sejujurnya, nilai bahasa inggrisku tidak pernah meningkat karenanya sehingga aku semakin malas untuk hadir di kelas.

Sudah kami lakukan hal seperti itu selama tiga hari.

Namun di hari keempat, Yein memutuskan untuk pergi ke sekolah bersamaku lagi. Dan, aku mulai mengikuti kelas seperti biasa. Yein menceramahiku habis-habisan ketika aku ingin membolos pelajaran matematika pada jam pertama. Membuatku bercerita bahwa aku sudah melakukan itu selama tiga hari.

Hari itu, aku berpapasan dengan Yoongi hyung yang baru saja kembali dari kantin. Kami berpandangan sebelum akhirnya Yoongi hyung menundukkan kepalanya dan terburu-buru pergi ke kelasnya.

"Kurasa ia membenciku."

Tidak mungkin.

"Ia membenci dirinya sendiri karena ia merasa tidak bisa membahagiakanmu, Yein."

Kami berdua duduk di bawah pohon, saling membelakangi satu sama lain.

Tanpa sadar, Taehyung berada di sampingku dan menghela napas panjang. "Berbicara sendiri?" tanya Taehyung dengan senyum meremehkan.

Aku bersikap seolah-olah aku tidak mendengarkannya. Aku tahu, Yein ada di sana, mendengarkan.

"Sejujurnya-" aku menutup kedua mataku. "Sesuatu terjadi padaku. Tidak terlalu mirip dengan kejadian kalian. Tetapi, kurasa ada beberapa yang berhubungan."

Yein berbalik dan merangkak untuk duduk di sebelah Taehyung. "Apa?" tanya Yein.

"Aku memiliki dua orang teman dekat, ini sudah cukup lama terjadi, sebenarnya-"

"Jungkook-a, ayo!!" Mereka berteriak dengan riang. Sama-sama mengulurkan tangan mereka kepadaku. Aku tersenyum tanpa menyambut uluran tangan mereka.

Finding FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang