"Annyeong, Yein-a. Sudah lama tidak bertemu."
Ia melangkah mendekati Yein yang menatapnya linglung. "Apa maksudnya?" tanyaku kepada Yein.
Gadis itu menunduk, tak berani memandang salah satu dari kami. "Aku lupa memberitahukanmu sesuatu."
Aku mengangkat alisku. "Apa?" tanyaku.
"Aku baru menyadari sesuatu—"
"Yein, kau tidak lupa, kan."
Kini bergantian aku menatap Yoongi hyung yang masih tersenyum. Ia berada tepat di depan Yein yang tidak berani menatapnya. "Bahwa, aku bisa melihatmu?"
∫
Kami bertiga duduk di halaman belakang sekolah tanpa saling menatap satu sama lain. Yein—yang biasanya berceloteh sepanjang hari-hanya diam membisu.
"Sebenarnya—"
Yoongi hyung memulai pembicaraan.
"Saat kau berkata ingin menunjukkan Yein pada kami, aku memaksa diriku untuk tertawa. Entah karena dirimu yang berusaha keras untuk menunjukkan Yein kepada mereka ataukah kepada diriku yang menyedihkan, seakan-akan hanya aku yang mengetahui keadaan Yein di dunia ini," lanjutnya.
Yein menelan ludahnya. Aku tahu, ia pasti ingin mengatakan sesuatu. Tetapi, ia tidak bisa. Begitu juga denganku.
Yoongi hyung berdiri dan menepuk-nepuk celananya. "Aku harus pergi," ucapnya segera meninggalkan kami berdua.
Aku melirik Yein yang masih terdiam dan tak ingin mengucapkan apapun sejak tadi. "Apa ada hubungan di antara kalian?" tanyaku membuatnya menatapku terkejut. Namun, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.
"Bukan urusanmu—"
"Aku terseret dalam masalah ini, maka ini juga akan jadi urusanku," balasku dengan tegas. "Jika kau tidak ingin menjawabnya, aku akan bertanya kepada yang lain," aku segera berdiri.
"Baiklah, aku akan bercerita—" ucap Yein pada akhirnya.
∫
Bagaimana bisa aku tidak menyadari perasaan Yein kepada Yoongi hyung setelah ia menyebut nama Yoongi hyung beberapa kali. Dan wajahnya yang terkejut dan sekaligus malu-malu ketika Yoongi hyung datang.
Dan, bagaimana aku tidak menyadari sikap dingin Yoongi hyung yang merupakan tameng dari rasa takutnya. Kenyataan bahwa dirinya—
Yoongi oppa.
Ia indigo.
Sikap tenang dan dinginnya.
Kenapa aku tidak menyadarinya?
Setelah mendengar cerita Yein, aku berlari untuk mencari Yoongi hyung di tempat yang memungkinkan untuk menemukannya. Sudah kucoba perpustakaan bahkan toilet, ia sama sekali tidak dimana pun.
"Oi, Jungkook!" Seseorang menepuk punggungku. Aku terkejut dan berbalik dengan pelipis berkeringat serta napas memburu.
"Ada apa?" tanyaku kepada Hoseok hyung yang berada di hadapanku itu.
"Kami sudah mencarimu kemana pun. Tapi kau tidak ketemu. Kau tahu, kami penasaran dengan janjimu itu!" Hoseok hyung nyengir lebar, membuatku mengernyit bingung.
"Janji apa?" tanyaku sambil mengusap tengkuk.
Ia merangkulku dan membawaku ke tempat biasa kami berkumpul—halaman belakang sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Freedom
AventuraBaginya, hidup bersama seorang ayah yang sibuk dan ibu serta adik tirinya merupakan sebuah beban. Belum lagi, seorang gadis yang memiliki wajah yang-hampir-serupa dengannya, mengaku-ngaku sebagai dirinya yang lain. Bagi seorang Jeon Jungkook, kebeba...