Sweet

345 29 2
                                    


Najwa's Point of View
Aku terbangun, dan kulihat jam menunjukkan pukul 07.00 Teringat olehku kalau aku sedang haid, kecemasanku terlambat sholat shubuh hilang sudah. Tapi kenapa aku di atas sofa? Bukannya semalam Arkhan tidur disini? Dimana dia.

"Arkhan, Arkhan."
Ucapku mencari keberadaannya. Apa dia meninggalkanku karena oerkara kemarin. Aku harap tidak.

"Didapur Wa!"
Itu teriakannya, syukurlah dia ditetap disini.
Segera ku langkahkan kaki menuju sumber suara itu.

"Haii."
Ia menyapaku, lihatlah senyuman itu,begitu lembut. Bisa kulihat ketulusan disana.

"Kok Awa gak di bangun in sih, kan bisa Awa buatkan sarapan."
Kulihat dia sedang menyiapkan sarapan.

"Gak tega aku bangunin kamu,tidurmu nyenyak banget Wa. Lagian kamu kan lagi haid jadi aku pikir gak papa,"
Ucapnya santai sambil membawa dua piring nasi goreng kemeja makan.

"Cuci muka sana, liat tu ada beleknya."
Sambil menunjuk kearah mataku. Huu, padahal tadi gak ada deh. Segera aku berlari ke kamar mandi, lebih tepatnya pergi menahan malu.

Setelah aku membersihkan diri, aku segera menuju ke meja makan. Seketika aku tersenyum melihat nya serius bermain dengan gadget sambil menungguku turun.

"Malah bengong, ayo makan."
Ucapnya saat melihatku dari tangga.

Aku mengangguk dan berjalan ke arah nya.

Acara makan kami cukup hening hanya ada bunyi gesekan alat makan kami.

"Khan."

"Mmh."
Ia masih sibuk mengunyah sambil tangannya tak lepas dari gadget.

"Jangan main ML kali kalau lagi makan. Apa sebegitu menariknya permainan itu dari pada awa."
Ucapku sedikit jengkel.

*Mobile Legend

Ia menatapku heran. Emangnya aku salah ngomong.

"Wa, aku translate yah ucapan kamu tadi. Yang kamu perhatiin aku dong,aku cemburu lihat kamu lebih milih mainin itu ketimbang merhatiin aku."
Dengan suara yang dibuat manja.

Seketika aku tersedak mendengar nya, mana mungkin aku cemburu.

Ia segera berdiri menghampiriku sambil memberikan minun lalu mengusap punggungku.

"Makanya makan tu pelan - pelan Yang."
Ucapnya masih mengelus punggung ku. Lah yang bikin tersedakkan dia.

"Udah ah, malas Awa sama Arkhan."
Untung saja makanan ku sudah habis, aku bisa pergi meninggalkan situasi aneh ini.

"Yah malah ngambek."

Aku tertawa kecil melihat ekspresinya yang tampak putus asa.
Akupun segera pergi ketaman kecil, berhubung kuliah ku pukul 10 jadi aku bisa sedikit santai.

Sudah lama, teringat olehku masa saat kami berkumpul bersama disini. Iya kami. Aku, Dikka, Abi,Umi. Kami sering duduk bersantai disini setelah lari pagi atau tidak ada kegiatan. Yahh, walau memang sudah tinggal kisah, kehangatan itu masih membekas hingga saat ini.

Lamunan ku berhenti, setelah kurasa sepasang tangan merangkuh tubuh ku dari belakang. Arkhan.

"Lamunin apa sih."
Masih memelukku.

"Ooh,sini."
Aku menepuk bagian bangku di samping ku, menyuruhnya duduk.

Beberapa menit berlalu,kami hanyut dalam pikiran masing- masing dan menikamati posisi nyaman kami. Iya aku sedang bersandar di bahunya, dan ia menggenggam tanganku sambil diusap lembut. Nyaman.

"Khan / Wa"
Ucap kami serentak.

"Makasih/ Maaf ya"
Serentak lagi,kami tertawa bersama. Tumben kami kompak gini.

"Kenapa berterimakasih pada Awa?"

"Terimakasih karna mau menjadi bidadari ku,"
Ia mengeratkan genggamannya.
Seakan tidak ingin dilepas.

"Kamu berlebihan khan, Kamu tahu sendiri Awa tidak lah sepenuhnya baik. Apalagi saat Awa marah dimobil itu, maaf yah. Awa salah."

"Tidak, aku pun salah. Seharusnya aku tidak terpancing amarah, aku tahu kamu marah karna kesalahanku juga. Aku janji gak bakalan gitu lagi."

Mendengarnya berjanji, ntah mengapa membuatku sedih.

"Kamu gak papa kok gitu, Awa suka. Kita kayak kekasih."
Ucapku dengan sedikit merona diwajah.
Tiba- tiba ia menoleh kearahku. Aku terkejut, karna kepalaku hampir saja terbentur kepalanya. Dia lalu mengusap puncak kepala ku.

"Ih kamu tu ya."
Ucapku sedikit tekejut.

Dia tersenyum lebar menatapku.
Ntahlah,tapi aku merasa senang. Sangat.

Kurasa sekarang aku tau bagaimana cara melupakannya.
Memulai untuk jatuh cinta. Pemilik gelar suamiku kini. Arkhan.
--

"Selesai kuliah sore kah?"
Tanya nya sebelum aku turun dari mobil.

"Iya, kenapa? "

"Kita jalan yuk!!"

"Loh, Dikka gimana ??"
Tanyaku.

"Dikka bilang pulangnya malam. Kita jalan jalan aja. Yah "

"Ya udah, "
Akupun mencium punggung tangan Arkhan, ia pun mencium puncak kepalaku.

Usai perkuliahan Aku dan Arkhan pergi jalan-jalan sore, menikmati kota hujan.
Setelah berputar-putar kami memutuskan untuk berhenti disebuah restoran cepat saji. Singgah untuk mengisi waktu makan malam.

"Eh, maaf kak. "
Tak sengaja aku menabrak seorang pria dewasa.

"Oh gak papa dik."
Ia merapikan bajunya.
Ia terkejut saat menatapku. Entahlah tapi aku merasa wajah pria ini tidak lah asing.

"Kamu Najwa yah? Anak pak Farhan? "
Tanya nya dengan raut senang.

"Eh iya kak, tapi maaf kak mengenal Abi saya?"
Akupun balik bertanya kepadanya.

Kulihat Arkhan mendekatiku.

"Kenapa? "
Ia merangkul pinggangku. Terlihat sengaja. Mungkin ia cemburu. Ah lucu sekali.

"Loh?? "
Kakak itu nampak terkejut.

"Oiya kakak belum jawab, kakak siapa ya?"
Membuyarkan keterjutannya.

"Hm, perkenalkan Saya Hafif, lebih baik kita duduk dulu dik Najwa dan.."
Sambil menunjuk Arkhan.

"Arkhan kak."

Kamipun duduk bersama.
Aku baru tau bahwa kak hafif adalah sekretaris nya Abi dulu.

"Oh kalian sudah menikah, ah bikin iri saja. "
Candanya. Aku dan Arkhan hanya bisa tersenyum malu mendengar hal itu. Itupun menjadi tanda, bahwa kak Hafif belum menikah. Dan ini stok pria mapan nan gagah yang sayang untuk di lewatkan oleh para gadis.

" jadi kakak masih kerja di tempat Abi ?"

"Kakak gak sudi bekerja disitu sekarang Dik,"
Airmukanya berubah jengkel.
"Sekarang sudah waktunya kita bertindak Dik Najwa. Syukurlah kita akhirnya bertemu."

"Maksud Kak apa yah??"

"Langsung saja ke intinya. Kematian Orang tua mu itu bukan karna kecelakaan ataupun kesalahan Abi mu."

"Ap-pa?"
Ucapku tak percaya. Jika bukan karna kecelakaan, itu artinya ada yang berusaha mencelakakan Abi.

"Maaf kak ikut campur, tapi apa kakak yakin? Apa kakak punya bukti?"
Arkhan pun angkat bicara, ia memegang pundakku. Seakan memberi isyarat kepadaku untuk tetap kuat.

"Maaf kan Kakak Wa, Arkhan. Tapi kakak sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi, sudah saatnya kamu tau yang sebenarnya."

"Kak lebih baik kita bicara ditempat yang aman. Awa merasa ada yang sedang memperhatikan kita."
Ucapku pelan, sedari tadi memang ada beberapa pasang mata yang slalu memperhatikan ku mulai dari aku masuk. Aku punya firasat buruk akan hal ini.

Kamipun bergerak menuju rumah. Rumahku.
Semoga semua firasat itu hanyalah sebuah sugesti.

---
Assalamualaikum
Slamt malam,  smngat utk hari senin..  Semoga kita semua dlm keadaan sehat walafiat  😊

Let Go Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang