Mysterious 2

41 8 0
                                    

"Awa ingat. Kulitnya putih sekali, terlihat dari wajahnya walaupun dia mengenakan masker saat mengantarkan minuman. Alasannya karena ia sedang flu dan ia tak ingin menularkannya pada pelanggan."
Jelas Najwa pada Arkhan.

"Kalo seperti itu memang dia sengaja berarti. Trus apa tidak sesuatu yang bisa dijadikan tanda Wa untuk perempuan itu?"
Tanya Arkhan kembali.

Najwa pun mencoba mengingat kejadi tadi siang.
"Oiya ada, dia punya tahi lalat dua dibagian bawah matanya."
Ucapnya sambil mengarahkan tangan ke arah bagian yang dituju.

"Satu lagi Awa seperti pernah mencium bau parfumnya. Tapi tak ingat siapa yang sering pakai itu."
Tambahnya.

Arkhan diam sejenak mulai berpikir ada ribuan orang di jakarta tak mungkin hanya dengan ciri-ciri tersebut. 

Saat-saat seperti ini, mengadukan ke Allah lah jawabannya. Karena tanpa seizinnya tak akan ada suatu urusan yang terselesaikan.

-----

Najwa telah kembali kerumah. Ia sudah sehat seperti biasa. Masalah hari itu menguap begitu saja. Pastinya karena Najwa yang tak ingin mempermasalahkan.

"Kira-kira apa ya kegiatan Abi Umi yang orang lain gak bakalan tau bahwa Abi Umi menyimpan sesuatu disitu."
Pikirnya lagi, mengingat sudah lama ia tidak lagi mencari bukti pendukung untuk melengserkan pamannya. Om Bagus.

Memang, saat ini yang mengatur perusahaan adalah Omnya, karena Om Bagus adalah adik dari Abi Najwa, yang sebenarnya harus diturunkan ke anak anaknya. Namun karena kami masih kecil, sehingga wewenang jatuh ke Om Bagus,  dengan syarat kami harus tetap dibiayai kehidupan diseluruh aspek. Padahal faktanya, hanya uang sekolah dan uang listrik-air lah yang di biayai oleh Omnya, dan biaya hidup lainnya selama ini dari hasil penjualan kue kue Najwa.

"Dikka, coba pikirkan juga. Jangan makan  kue aja."
Tegur Najwa.
Dikka pun yang tersinggung langsung meletakkan kue kue yang dibuatnya.

"Iya kak. Iya. Nih mikir Dikka."
Jawabnya dengan jutek.

Mereka pun sibuk dengan pikiran masing-masing.

Beberapa saat kemudian. Dikka teringat satu hal.
"Abikan suka betulin mobil."
Ucapnya sambil menatap Najwa.
Najwa pun terkejut dengan hal itu. Ia memang ingat juga dengan perkataam Dikka, Abi memang selalu mencek kondisi mobilnya setiap minggu atau setiap libur. Akan tetapo bukan itu yang membuatnya terkejut.
"Kak. Kalo gak bisa jangan dipaksain. Biar Dikka yang cari."
Sambil memegang pundak kakaknya. Dikka menyadari bahwa Najwa masih syok dengan kecelakaan yang telah merenggut orang tuanya,  apalagi menggunakan mobil itu.

Wajah nya pucat pasi. Matanya memerah. Nadanya terasa sesak.
Ia tak mampu, dan air mata lolos begitu saja.

"Kak. Jangan diingat terus kejadian nya kak. Kita harus ikhlaskan Abi Umi, mungkin mereka gak senang kalo liat Kakak masih belum ridha."
Ucap Dikka mencoba menenangkan Najwa.

Najwapun semakin terisak. Setelah lama menangis akhirnya Najwa tertidur. Dikka membiarkan kakaknya tertidur, dan akan mencoba mencari di area bagasi.

Sesaat tiba di bagasi, ternyata Arkhan pulang dan Dikka lun menjelaskan apa yang terjadi.
Arkhan yang paham akan hal tersebut turut membantu Dikka.

Mereka membuka penutup Mobil itu. Terlihat mobil yang bagian depannya sudah hancur.
Tampak tangan Dikka,  sedikit bergetar dan kaku.

"Kalo kamu gak masih gak bisa jangan dipaksain Dik."
Ucap Arkhan.

"Gak bg,  Dikka gak papa. Kalo gak gini,  kapan dikka bangkit."
Balasnya sambil mengatur pernapasan.

Arkhan merasa bangga melihat ketangguhan anak SMA disampingnya itu, mencoba ubtuk melawan ketakutan selama ini yang menghantuinya.

Mereka pun akhirnya menjelajahi bagian mobil tersebut.
Namun tak mendapatkan hasil.

"Rasa abg ya,  kalo untuk mobil, pasti semua orang akan mencari barang bukti disini. Pilihannya hanya ada dua. Sudah ditemukan orang, atau memang bukan disini tempatnya. Dan Pasti kita akan percaya dengan pilihan yang kedua."
Menatap yakin Dikka dan dibalas anggukan keras oleh Dikka.

Mereka pun mencoba cari diperkakas disekitar mobil.
Saat mengobrak abrik. Tampak lipatan kerta kecil dikotak per kakas.
Mereka pu mebukanya, dan mendapatkan sebuah petunjuk.

"Kamu tau ini bunga apa?"
Arkhan tak begitu tahu karena memang tidak begitu tertarik dengan bunga walaupun sang ibu hobi mengoleksi berbagai macan bunga.

"Krisan"
Ucap Dikka langsung saat melihat gambar itu.

"Krisan ya. Ada petunjuk dari analisa kamu?"

"Bentar bang. Otak cerdas Dikka sedang mengolah data."

"Emangya,  kesombongannya gak ilang walau sedang panik."
Canda Arkhan.
Dikka pun terkekeh mendengar hal itu.

"Ha. Ini salah satu bunga kesukaan Umi."
Ucapnya setelah mengingat ngingat.

"Umi sering meminta Abi, membelikan ragam warna bunga Krisan untuk ditanam."

"Oke berarti coba kita cari ketaman."

Mereka pun akhirnya pergi ketaman yang merupakan kumpulan bunga bunga yang dirawat Najwa, setelah kepergian Umi.

-----
Najwa terbangun, kepala nya sedikit sakit,  namun tak menjadi alasan untuk terus tertidur,  ia ingat apa yang terjadi sebelumnya, Najwapun mencoba berjalan mencari Dikka.

Setiba di depan pintu bagasi dan ingin membukanya,  ternyata pintu tersebut telah dibuka oleh Arkhan dan membuat Najwa hampir terkena pintu.

"Astagfirullah wa. Kamu gak papa?"
Sambil memegang kepala Awa. Mencek adakah bagiam yang terbentur dengan pintu. Najwapun menggeleng menandakan bahwa ia tak apa apa.

"Loh kakak udah bangun? "
Ucap Dikka.

"Iya udah. Kalian udah selesai?"
Tanya Najwa selanjutnya.

"Sudah kak. Dan kami dapat petunjuk."
Sambil memperlihatkan sketsa gambar tersebut.

Setelah Dikka menjelaskan ke Najwa. Merekapun pergi ke taman.

Let Go Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang