Mysterious

35 7 0
                                    

Aku membencinya. Dia anak wanita yang menghancurkan keluargaku.
Dulu semasa Ibu ada, Ayah sangat menyangi kami bahkan setelah ibu meninggal karna diabetes akut. Tapi setelah pertemuannya dengan seorang wanita beberapa tahun setelah kepergian ibu, ayah berubah. Ia berubah karna wanita itu, wanita yang menjadi cinta pertamanya dahulu kembali. Ayah tidak pernah lagi bertanya tentang sekolah ku dan adikku dalam keadaan baik atau tidak, bahkan sekedar untuk menyuruh kami makan saja ia tidak lagi melakukan itu. 
Dia menjadi pemarah, dingin, kasar pada kami. 

Saat itu aku masih duduk dibangku  kelas 2 SMA. Aku tidak suka saat menyedihkan seperti ini. Akupun mulai mencari tahu. Mencari semua hal tentang keluarga itu. Dari semua informan yang aku miliki. Didapatkan informasi anak anak dari wanita jalang itu. Mereka bahkan ada yang sekolah tepat sama dengan sekelohku. Ternyata dunia itu nyata sempitnya. Kenapa wanita dan juga anaknya itu bisa ada sekitaran kami. Celaan dan umpatan slalu ku doakan untuknya.

" Gw akan hancurin pakai cara yang halus, seperti wajah lugunya itu. Bullshit sekali gadis ini. "

Menatap foto yang menampakan seorang gadis tersenyum manis yang masih menggunakan seragam abu - abu itu. Tatapan dingin dan kebencian seakan sudah menusuk foto itu.

-----
"Ayah. Ayo makan."
Namun wajahnya hanya tetap melihat kearah jendela rumah sakit.

"Risya gak mau Ayah tambah sakit."
Matanya mulai menjatuhkan air mata. Untuk kesekian kalinya Risya menangis.
Namun sang Ayah tidak kunjung jua menggubris sang anak.

"Bang. Ayah gak mau makan."
Ucapnya sambil terisak di depan pintu. Sang Abang pun memeluk erat sang adik, seraya menguatkan untuk jangan menangis.

"Risya jangan nangis terus, nantinya matanya bengkak lagi."
Mengelus puncak kepala sang Adik.

"Ayah akan sembuh kan bang. Gak bakalan ninggalin kita kan."

"Ayah akan sembuh kok dek, kita akan balik kayak dulu lagi."

------

Semua kembali normal. Dikka yang sekolah, Arkhan dan Najwa yang berkuliah. Sesekali pun mereka bermain bersama atau menonton bioskop bersama dihari libur. Tak jarang mereka juga bersih bersih rumah bersama sama.

Dirumah.
"Yang sore jalan jalan yuk. Sekalian cari makan untuk nanti malam."
Ucapnya pada Najwa.

"Oke khan."
Balsanya yang sibuk bermain hp.

"Tapi gak ngajak Dikka."
Timpalnya.
Najwa pun melengah. Ia baru sadar kalau segala aktivitasnya bersama Arkhan selalu mengajak Dikka. Mungkin Arkhan ingin sekalk sekali hanya berdua.

"Hemm. Gimana ya. Mau gak ya."
Ucapnya sambil mengerutkan kening, berpura-pura sedang berpikir.

"Waaaa"
Sambil memperlihatkan wajah ibanya.
Najwa pun tertawa nelihat wajah ibanya.

"Oke. Tapa pakai sepeda ya."

"Yah kok sepeda sih. Aku kan gak bisa makainya."

"Ya udah kalo gak mau. Tetap ajak Dikka."
Balasnya dengan sok acuh.

"Iya iya. Oke. Sekarang kamu siap siap deh."
Pasrah Arkhan.

----
Diluar bagasi.
"Kamu yakin kota pakai sepeda kerangjang kamu?"

"Terus pakai sepeda yang mana? Sepeda Dikka kan gak ada tempat duduk keduanya"

"Ya gak papa.  Nanti kayak di tipi tipi,  kamu didepan didekat aku gitu."

"Heleh,  makenya aja gak bisa. Apalagi gonceng begituan."

Mereka pun akhirnya memakai sepeda keranjang berwarba biru.

Najwa pun mengajarkan Arkhan bagaimana menggunakan sepeda.
Najwa dari belakang terus memegangi agar Arkhan tidak terjatuh.

"Wa, Wa, ini gak bisa gak gak. Aku nyerah."
Ucapnya kewalahan. Setelah beberapa kali hampir terjatuh.
Mereka pun berhenti ditrotoar dan meregangkan badan.

"Ah gimana sih,  anak juara satu, anak kepsek, gak bisa pakai sepeda."
Cemooh Najwa diiringi tawa.

"Ya gimana, aku juga nanusia biasa. Gak apa apa lah yang penting aku ganteng."
Balasnya pede.
Mereka dudk sebentar sambil meligat lalu lalang orang orang.

"Ih apa hubungannya ganteng sama bisa pakai sepeda."
Sambil memukul pundak Arkhan.

"Kita dah jarang loh main berdua."
Ucap Arkhan.

"Iya iya barus sadar."

"Jadi ini kencan kita ya."
Sambil mengangkat badan untuk berdiri. Kemudia membantu Najwa untuk berdiri.

"Karena ini kencan, aku harus berusaha biar bisa bonceng kamu."
Iapun mencoba lagi menaiki sepeda. Najwa yang melihat pun tertawa tidak tahan melihat tingkah lucu Arkhan.

Alhasil, beberapa saat kemudian Arkhan pun bisa naik sepeda. Namun belum bisa membonceng.
Jadi Najwa mengiringi dari belakang.

"Udah bisa aku kann."
Dengan menyombong.

"Halah khan. Gonceng Awa aja jatuh jatuh."
Ledek Najwa.

"Ya butuh proses kali Wa. Kayak buat kamu jatuh cinta sama aku. Butuh proses."
Sambil menatap lembut Najwa.
Najwa pun sedikit tertipu. Memang sudah sering Arkhan memperlihatkan keseriusannya dalam menyayangi Najwa.

"Ya udah ya udah kita jajan lagi. Abis itu Awa yang gonceng."
Ucapnya setelah sampai di tempat nasi goreng, dan makanan lainnya.

Setelah selesai membeli makanan mereka pun pulang. Najwa pun akhirnya menggunak sepeda dan membonceng Arkhan.

"Kamu berat banget khan. Capek aku."
Ucap Najwa.

"Iyalah,  tiap hari kamu kasih makan dengan kasih sayang ya berat lah."
Ucapnya dengan terkekeh kekeh, dan berhasil membuat Najwa mual dengan gombalan recehnya.

Mereka pun berhenti saat ada tanjakan jalan. Najwa pun menyerah menggunakan sepeda.

"Kan. Jadi capek."
Ia mengambil alih sepeda dan akhirnya berjalan beriringan hingga kerumah.

------

Let Go Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang