Dikka

300 30 8
                                    

Tampak panggilan tidak terjawab sebanyak 3 kali sebelumnya. Walau nomor tersebut tidak tercantum dalam kontak nama, namun karena merasa ini telpon penting, sesaat hendak menghubungi kembali, nomor itu kembali datang menghubungi Najwa.

" Assalamu'alaikum Fai."
Najwa mengangkat telfon.

" Wa'alaikumussalam, Ghazi ? "
Terheran dengan suara khas dan panggilan itu. Tentu dialah pemilik suara itu.

Tampak Arkhan nengernyitkan dahi, dalan rangka apa lelaki itu menghubungi Najwa.
Jangan su'uzan Khan, stay cool

" Maaf tiba-tiba nelpon, Dikka diserempet motor Fai pas mau pulang kerumah kamu, aku ditelfon pihak rumah sakit...."
Jelas Ghazi.
Mendengar hal itu cukup membuat tangan Najwa gemetar dan wajah yang seketika pucat.

Melihat perubahan yang terjadi sepertinya Arkhan menyadari bahwa tlah terjadi sesuatu, segera dia menggenggam tangan yang gemetar itu.

" Innalillahi wainnailaihi raji'un. Awa kesana sekarang. Hubungi Awa lagi kalo ada apa apa ya. Assalamu'alaikum."

"Iya, Wa'alaikumussalam."
Percakapanpun berakhir.

Seketika Najwa terduduk lesu. Dengan keringat dingin yang mulai keluar.

" Ada apa Wa?"
Sambil memeluk Najwa mencoba menenangkan.

" Dikka Arkhan, di-dia kecelakan."
Air matanya mulai berlingan. Mendengar hal itu lantas membuat Arkhan terkejut dan ikut cemas.

" Astagfirullah hal'azdim. Sekarang dia dimana wa? Ayo kita kesitu. Dikka akan baik baik aja."
Sambil menghapus bulir air mata yang jatuh, dan  membantu Najwa untuk dapat berdiri.

Segera mereka langsung pergi kerumah sakit yang menangani Dikka.

---
" Dikaa."
Dia berlari ke arah tempat tidur yang berisi seorang lelaki yang tengah terlelap dengan perban di tangan kirinya.

"Dia tertidur Fai. "
Ucap Ghazi.

" Katakan pada Awa, apa yang terjadi. "
Sembari menggenggam tangan besar Dikka. Dikka memang sedang mengalami pertumbuhan pesat diumur remajanya sekarang ini. Bahka ia lebih tinggi dari kakaknya kini.

"Duduk bro."
Mempersilahkan Arkha duduk disampingnya. Iapun duduk dengan santai.

" Dikka tadi yang cerita ke aku, pas dia mau balik kerumah kamu. Dia mampir ke super mark*t, katanya ingin  jajan sedikit. Saat sudah keluar dari situ. Ia berjalan ditepi untuk melihat goj*k yang ia pesan. Tiba tiba saja ada motor yang menyenggol dia dari arah kanan dan pergi begitu saja. "
Ghazi menjelaskan.

" Lalu apa Dikka ingat seperti apa motornya dan platnya? "
Tanya Arkha.

"Aku belum sempat menanyakan itu kepada Dikka. Dia harus istirahat kata dokter tadi karena masih terkejut."

" Apa luka adik Awa parah kata dokter Zi?"
Najwa mulai cemas.

" Tenang Wa, kata dokter Dikka baik baik saja. Tanganya mungkin terkilir dan luka luka dibagian kaki dan telapak tangan, dan ya sedikit baret di wajah. "
Sambil melihat wajah Dikka.

Arkha, mendekati Najwa. Dan memegang pundak kecil itu sembari tersenyum. Seakan berucap semua baik baik saja.

Ghazi yang melihat itu. Lantas membuncah akan kemarahan. Ya, tak seharusnya ia marah. Mereka kan sepasang yang halal. Dia tak berhak atas Najwa.
Ia pun pamit pada 2 orang itu, sebelum lukanya bertambah menganga, dan meminta mengabarinya jika Dikka sudah bangun.

-----
Setiba dirumah kediaman Ghazi.

" Gimana keadaan Dikka, Zi?"
Tanya sang Ayah.

" Alhamdulillah dia  baik baik saja. Hanya saja tangan kirinnya terkilir, mungkin butuh 1 bulan untuk penyembuhannya. "

Najwa duduk di sofa yang menghadap ke TV

" Alhamdulillah, kalo Tidak ada luka fatal. Kita doakan aja kesembuhan Dikka ya nak. "

Ghazi hanya mengangguk mendengar ucapan sanga Ayah.

" Kamu nya gimana. baik baik aja gak? "
Duduk disamping Ghazi.

" Kata orang luka tak berdarah. "
Fokus kearah tv walau terlihat jelas dimata sang Ayah, dia tidak melihat kearah TV ia sedang galau.

"Anak ayah patah hati teramat dalam ya," Menepuk pundak Ghazi

" Ayah sih, pakai gak bilang segala kalau Najwa nikah sama sikorek kuping itu. "

" hahaha. Korek kuping, sembarangannya aja ganti nama orang, laki najwa loh."
Sang Ayah masih terus menggoda Ghazi yang kesal.
Ghazi pun hanya mendecih melihat tingkah Ayahnya.

"Tau gak, si Najwa itu walau udah nikah, dia slalu datang kerumah kita loh tiap minggu, kalo gak ada kesibukan. Dia slalu bawa kue kue yang dibuat sendiri. Dia juga bantu bantu siapin makan Ayah. Dia juga slalu menayakan kabarmu."
Ucap sang Ayah. Tersenyum, sambil me-reka ulang minggu-minggu sebelumnya setiap Najwa datang kerumah.

" Sungguh, Najwa menanyakan kabar Ghazi yah?"
Ucap Ghazi tak percaya sambil menatap sang Ayah.

Sang Ayah mengangguk," Slalu."
"Jangan terlalu kecewa, dan Ayah tahu, pasti Najwa udah jelasin kan ke kamu Zi kenapa dia seperti itu. Jadi ayo kita bantu dia dengan keputusan yang telah ia buat, kita doakan semoga keputusannya itu yang terbaik, walau kamu gak bisa disamping dia untuk mendukungnya, tapi masih banyak cara yang keren kan."

" Ayah, Ghazi baru sadar ayah Anwar keren juga."

" Emang kamu keren ini turunan siapa ya ayahlah."

" Eh tapi kan Ghazi cuma anak angkat ayah."

Ucapnya kembali sedih. 

"Zi, kamu anak Ayah dan Umi, dan tak ada bedanya sama abg Dzaki. Kamu anak yang kami sayangi seperti darah daging kami. Jadi jangan pernah lagi mikir hal hal seperti itu."

" Iyya Yah, makasi udah sayang sama Ghazi."

Ucapnya tersenyum, sang Ayahpun mengelus punggung Ghazi dengan lembut.

----

Assalamu'alaikum, halooo, gimana kabarnya readers?? Maafya Najwa n the genks hiatus cukup lama.. ><

Oiya sekedar info kalo ada crta baru lohhh "Kuliah Lapangan" bukan bermaksud menggantung let go of you, tp inspirasi itu kadang dtabg dg seenaknya, tanoa permisi. Tapi insyaallah ini akan terus berlanjut.. ^^

Selamat membaca.. :)

Let Go Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang