Satu Jalan

603 45 0
                                    


"Mah."
Ia mengambil minuman yang diberikan  Rinda. Mereka duduk di ayunan taman belakang, sambil menikmati lukisan alam semesta diredupnya langit malam yang berkilauan.

"Kamu mikirin apa sih."

"Mamah gak bercanda kan aku beneran nikah sama Najwa."
Sambil menyeruput coklat panas.
Memang disaat seperti ini, coklat cukup membuatnya merasa nyaman.
Bahkan melihat coklat saja langsung mengingatkannya pada kue buatan Najwa. 

"Iya, masa mamah boong sih. Kamu gak senang nikah sama Najwa?"
Kini Rinda nampak bersedih. Ia sebenarnya sangat senang Arkhan bisa menikah dengan Najwa dari pada menikah dengan Mila.

"Nggak mah, malah arkhan bahagia banget mah, serasa ini mimpi malah."
Ia tersenyum sambil menutup mata, seakan ia sangat bahagia.

"Lalu apa yang mengganggu pikiranmu nak."

Dengan lembut ia mengusap kepala anaknya. Ia tahu betul Arkhan,jika ia duduk diayunan sambil menatap langit berarti ia sedang dilanda gelisah .

"Tentang pertunangan Arkhan dan Mila mah. "
Ucapnya sambil mengusap kasar wajahnya.
Pikiran nya benar, Rinda bukanlah orang tua yang tidak peka. pastinya akan berhubungan dengan pembatalan pertunangan nya beesama Mila.

"kenapa? Bukannya kamu bersyukur tidak jadi bertunangan dengan Mila?"

"Arkhan memang mengharap kan hal itu. Tapi apa Arkhan tidak jahat ya mah. Pasti Mila merasa tersakiti. Arkhan memang sayang  dengan nya, tapi sayang itu berandaikan sayang kakak kepada adiknya. Apa Arkhan salah mah"
Ia menatap Rinda dengan wajah yang merasa bersalah.
Rinda memeluk Arkhan, ia mengusap punggung jagoan kecilnya itu,ah tidak Arkhan sudah dewasa ia bahkan sudah bisa pusing memikirkan gadis.

"Gak ada yang perlu disalah kan sayang. Perasaan mu tidaklah salah,  maaf kan Mama dan Papi yah yang sempat menawarkan pertunangan itu. Seharusnya kita bicarakan bersama. Papi sebenarnya juga tidak ingin memaksamu, tapi kendati pertemanannya dengan orang tua Mila malah mengabaikan perasaanmu. "
Rinda melepas pelukan itu dan menatap wajah tampan anaknya.

"Mamah gak pengen anak mamah yang ganteng luar biasa ini gak bahagia. Menjaga perasaan Mila tidaklah salah, tapi ada saatnya kamu harus jujur padanya sebelum ia semakin tak bisa merelakanmu,tapi semua keputusan ada ditangan mu.
Mamah dan Papi gak bakal ngepaksa kamu, jika memang kamu ingin membatalkan pernikahanmu dan mempertahankan pertunanganmu, mamah gak bakal marah kok."
Rinda tersenyum, seorang perawakan ibu muda memang cocok untuk Rinda, bahkan kadang Arkhan berpikir kalau ia bukanlah anak Rinda saking mudanya.

Arkhan langsung menggeleng, tentu ia tak kan melepas merpati yang singgah ditaman hatinya, ia bukanlah laki-laki yang mudah goyah hanya karna rasa empati kepada wanita lain.

"Mamah bilang apa sih, ya arkhan lanjut lah sama Najwa. Biarpun kami masih muda, tapi inshaallah Arkhan sanggup menjaga hati untuk Najwa seorang. "
Jawabnya mantap.

"Gitu dong anak mamah,
Tapi mamah tetap undang Mila dan keluarga nya loh."
Timpalnya.
Arkhan belum  merespon, kini matanya membulat seketika.

"Tapi kayaknya mereka gak bisa hadir soalnya Mila bakal kuliah di london bulan depan."
Senyum itu langsung mengembang menampakan deretan gigi yang terselip gingsul.
Nampak Arkhan mengucap  syukur, tentu saja.

"Tapi ya mah, kenapa Orang tua Najwa sampai bisa mempersiapkan pernikahan ini ? "
Entah dari mana pernyataan itu terlontar begitu saja. Rinda nampak terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan keberanian. Satu pertanyaan dari anaknya membuat dia harus menimbang lagi, apakah harus jujur atau tidak.

"Begini Arkhan. Kamu tau kan orang tua Najwa meninggal?"
Mencoba untuk tetap tenang.
Arkhan mengangguk tau.

"Kamu tahu kenapa mereka meninggal?"

"Kecelakaan kan mah?"

"Mungkin saja."

"Maksud mamah mungkin saja?"
Ia mulai bertanya-tanya kemana arah mamahnya bicara. Dinda yang melihat ekspresi anaknya yang bingung,lantas spontan menghembuskan napas berat.

"Mungkin saja tidak murni kecelakaan  sayang."
Ia memijit keningnya.
Arkhan nampak mencoba mencerna maksud dari Rinda. Seperkian menit ia terkejut atas maksud dari Rinda.

"Jadi mamah pikir ada yang sengaja ingin mencelakakan keluarga Najwa? "
Matanya membulat seketika.

"Itu baru opini mamah dan papi. Terlebih Sebelum mama Najwa meninggal ia memberikan mamah ini."
Mengambil secarik kertas yang bernodakan darah yang sudah mengeringkan, bahkan menghitam. Ia menyimpannya dengan sangat baik, ini mungkin bisa membantu keluarga Najwa suatu hari nanti.

----

Najwa nampak sibuk melayani para pelanggan. Hari ini adalah hari yang terbilang menyedihkan bagi Najwa, karna hari  ini akan menjadi hari  terkhir  ia menjual kue-kue di kedai chocofai. Bukan,bukan karna ia tak memiliki biaya lagi, tapi ia tak memiliki waktu untuk mengurus toko yang terbilang cukuo tua itu. Terlebih lagi kesibukannya kuliah, dan juga masalah pernikahan nya. Syukur saja ia tak benar-benar berhenti, hanya saja ia membuka toko di portal media internet. Tepatnya online shop. Setidaknya para pelanggan setianya tetap bisa menikmati kue buatan Najwa walau tak harus mampir.

"Selamat menikmati. "
Ucapnya sambil tersenyum ramah kepada salah satu pelanggan. Lelaki itu diam, mengamati sosok gadis berkacamata biru itu. Balutan gamis berwarna polkadot dengan khimar panjang yang menutup sempurna. Ia terlihat tidak berbeda beberapa tahun lalu. Ia masih ingat, dan akan selamanya mengingat setiap kejadian yang berhubungan dengan wanita yang ada didepannya itu. 

"Maaf mas, pelanggan lain sedang menunggu. "
Ucapnya mencoba ramah. Najwa risih,tentu saja, lelaki yang memakai kacamata hitam itu tidak mau pindah dari posisinya,padahal pelanggan yang lain sedang menunggu giliran mereka memesan.

"Tidak mengenaliku hemm ?"

Najwa bingung dengan pertanyaan lelaki itu, ia nampak mencoba menelisik wajah yang ada didepannya itu. Tapi ia sama sekali tidak merasa kenal dengan lelaki itu.

"Permisi!!  Kami mau memesan!! "
Teriak salah satu pelanggan dari belakang antrian. Ternyata mereka tak bisa menolerir lagi tuan berkaca mata itu.

"Berisik sekali, baiklah sampai ketemu lagi cantik."
Iya menyeringai lalu berbalik pergi, Najwa semakin bingung dengan pria itu.

"Oh iya silahkan mbak mau pesan kue apa?"

---

Let Go Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang