Pandangannya jatuh pada selimut di sofa dan sebuah bantal. Tidak ada guling. Aryo harus meluk apa nanti waktu tidur?
Ternyata istrinya itu masih punya hati, walaupun terlihatnya sadis diluar.
Aryo membawa tubuhnya berbaring sofa depan kamar. Pintu utamanya tertutup, hanya connecting door ke ruangan lain di dalam kamar yang terbuka.
Aryo membayangkan sofa tersebut adalah Tiara. Aishhh, hampir gila ia rasanya. Gini nih kalau jadi suami, nasib ditendang dari ranjang nggak bisa tidur tanpa pelukan istri. Tapi nggak papa. Aryo akan membiarkan ini jadi malam terakhir istrinya bisa bebas dari serangannya.
Disisi lain...
Tiara memasukkan kepalanya ke dalam bedcover yang cukup tebal membungkus tubuh kecilnya. Lalu kepalanya muncul lagi ke permukaan. Gadis itu guling-guling kesisi kanan, lalu kekiri. Ia memeluk tubuhnya sendiri yang terasa menggigil padahal sudah terbungkus bedcover.
Tiara mengenyahkan pikiran pikiran di dalam kepalanya, bagaimana si buaya itu tidur diluar. Aish, sudah cukup ia tak tahan lagi.
Hampir saja ia membuka kunci pintu kamar, namun tangannya tertahan di knop pintu. Tiara berbalik, menuju kasurnya lagi. Gadis itu memukul kepalanya dan hampir mencolok matanya jikalau matanya itu tak berniat terpejam dalam sepuluh menit.
Mungkin cara melupakan atau menghilangkan pikiran yang menganggu adalah dengan tidur...ya walaupun saat terbangun akan teringat lagi oleh pikiran itu...
[]Dua minggu kemudian . . .
Tiara dapat merasakan sorotan amarah yang Aryo pancarkan dari matanya. Kali ini Tiara tahu ia kelewatan. Tiara tahu tak seharusnya ia melakukan apa yang telah dilakukannya.
Aryo kembali menemuinya setelah mereka berpisah. Tiara yang pergi begitu saja. Aryo yang tak mencari keberadaannya. Tiara cuma mau Aryo sadar akan eksistensinya di hiduo cowok itu. Tapi kenapa Aryo sendiri menyembunyikan soal itu? Kenapa tidak memberi tahunya?
Rasanya seperti tidak dianggap ada dan merasa bodoh tidak tahu apapun. Pada akhirnya Tiara mengetahui soal saudara-suadara Aryo yang ingin menjatuhkannya.
Tiara menatap punggung besar Aryo, lelaki itu membelakanginya menuju arah pintu. Tangannya terkepal, Tiara tahu Aryo sedang menahan amarahnya. Jujur saja, gadis itu ketakutan melihat Aryo marah seperti ini, apalagi mereka hanya berdua di rumah. Di rumahnya lebih tepatnya.
"Kita akhiri saja pernikahan kita." ucapan Tiara mempu mencapai pendengaran Aryo dengan sangat jelas.
Aryo berbalik menghadapnya, menatapnya tajam bagai belati yang menusuk bola matanya sampai tertembus ke belakang kepala.
Tiara merasakan jantungnya memompa darahnya dengan lebih cepat.
Aryo mengangkat tangannya, Tiara sudah memejamkan mata namun ia tak merasakan sakit apapun. Tiara membuka matanya dan mendapati Aryo malah menggantung tangannya di udara.
Aryo memberikan satu tatapan tajam sebelum pergi, berjalan berbalik dan semakin jauh meninggalkannya.
Flashback on
Sudah dua minggu tepatnya sejak kejadian Tiara mengunci pintu. Aryo sendiri tak mengerti kenapa gadis itu bisa sebrutal itu, kenapa ia bisa menikahi gadis macam itu---yang emosinya sendiri menjadi memuncak melebihi gunung merapi yang akan meletus karena menghadapi Tiara.
Ia membiarkan saja Tiara pergi dari rumah, membawa koper dan pergi entah kemana. Aryo tak peduli. Pria itu tak peduli pernikahannya yang baru berumur jagung itu akan kandas. Juga masalah perusahaan, dan jabatan yang akan di pegangnya, berharap Aryo akan peduli ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Married
RomanceGenre : Romance - Comedy Attention! Rate 20+ Be wise🖤. • Hanya karena satu malam---yang di anggap Tiara dan Aryo malam kesialan mereka---mereka harus menikah. Tiara tak pernah menyangka setiap hari hidupnya akan dipenuhi lelaki seperti Aryo yang su...