• extrapart •

19.8K 719 26
                                    

Multimedia : Megumi
.

.

.

.

Gadis itu menatap lelaki di depannya dengan raut juteknya, khas sekali kalau ia sedang marah--ah bukan marah tapi lebih tepatnya kecewa. Gadis itu mendesah kemudian hendak meninggalkan si lelaki begitu saja.

"Lo nggak mau obatin luka gue?"

HAP!

Ia berbalik dan mendapati tangannya di tahan oleh lelaki itu.

"Kenapa gue harus ngelakuin itu?"

"Karena gue tahu lo nggak akan ninggalin gue of course dengan luka-luka ini."

Gadis itu nampak berpikir sebentar sebelum melayangkan tamparan ke rahang lelaki itu. Lelaki itu tidak mengaduh tapi ia malah tersenyum minta maaf.

Gadis itu berlalu meninggalkan si lelaki begitu saja. Tapi tak sampai lima menit dia sudah kembali dengan kotak putih di tangannya.

"Maaf." Bibir tipis lelaki itu berucap saat rasa perih obat merah dari kapas yang menyentuh wajahnya.

"Mau sampe kapan lo begini?" Gadis itu menatap wajah bonyok lelaki itu tanpa belas kasih tanpa lelaki itu tahu sebenarnya dalam hatinya ia tak bisa melihat lelaki ini, dalam keadaan seperti ini.

"Gue bikin lo kecewa ya?"

"Bukan kecewa lagi Aryan Sakha Prawira, gue sangat kecewa. Tapi di samping perasaan kecewa gue, lo lebih buat Ayah dan Ibu kecewa sama lo."

"Gumi gue minta maaf." Lelaki itu menatapnya tepat di manik mata dan saat itu gadis itu menyadari bahwa ia tak pernah bisa marah lama-lama terhadap cowok brengsek yang sayangnya adiknya ini.

"Lo sayang sama Ayah sama Ibu nggak sih? Gue heran kenapa lo nakal banget."

"Gu--gue sayang sama kalian semua."

"Sama gue?"

"Sayang banget."

"Lo tahu nggak? Dulu ya waktu tahu Ibu hamil lagi saat gue masih usia 2 tahun, gue berpikir bahwa nanti Ayah sama Ibu bakal lebih sayang sama adik gue dan perhatian mereka beralih. Tapi gue salah, dan gue udah bego banget karena mikir Ibu udah nggak sayang lagi sama gue. Tapi waktu lo lahir dan gue sadar kalau gue ini seorang Kakak, dan for god shake muka kita mirip banget gue malah sayang sama lo yang as bad dan nyebelinnya pangkat lima."

Lelaki itu tersenyum meski terasa sulit karena terdapat sobekan di kanan dan kiri bibirnya. Ia melepas jaket dan conversenya dan memegangi perutnya setelah Megumi selesai dengan acara mengobati wajahnya.

"Kenapa lo?"

"Perut gue bunyi."

"Ya terus?"

"Ya gue laper lah oyot."

"Apa? Lo ngatain gue oyot? Kurang ajar." Megumi berkacak pinggang dan siap melayangkan kotak P3K ke wajah Aryan kapan saja.

"Masakin dong."

"Gue?"

"Iyalah siapa lagi? Gue nggak mau minta sama Bi Icha."

"Kenapa nggak mau?"

"Ya engga mau. Lo nggak liat terakhir kali dia apain gue? Ya, bisa gila gue lama-lama." Aryan heran dengan pembantu di rumahnya itu yang sangat tergila-gila padanya padahal Bibinya itu sudah bersuami. Dasar gila.

"Lo ya udah minta di obatin minta di masakin juga."

Aryan cuma nyengir kemudian memainkan alis tebalnya sambil tersenyum. Inikah yang membuat para gadis di luar sana bersedia bertekuk lutut untuk si kunyuk satu ini? Hah, Megumi tak bisa mempercayainya.

Emergency MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang