Chapter Nine

10.7K 410 3
                                    

"Gimana keadaan istri gue dan anak gue?" ucap Daren yang setelah sekian lama menunggu diluar ruang ICU. Karena tadi sejak Daren mau masuk keruangan untuk menemani sang istri tidak dibolehkan oleh suster dari rumah sakit.

"Begini Der, keadaan istri lo sangat kritis. Dan itu ngebuat kita mau gak mau harus ngeluarin bayi yang ada didalem perut istri lo." ujar dr. Rizki.

'Deg...'

Ucapan dr. Rizki tadi membuat jantung Daren seakan berhenti berdetak. Bagaimana tidak? Istri dan anaknya kini, sedang memperjuangkan nyawa mereka. Dan itu semua karena ulah Kenara.

Dr. Rizki? Ya! Karena dokter Rizki adalah dokter kepercayaan Daren. Jadi ia hanya mau dr. Rizki lah yang mengurus kondisi Naya saat ini.

"Lakuin yang terbaik buat istri gue!"

"Gue akan berusaha. Tapi hasil akhirnya Tuhan yang menentukan. Kalo gitu gue akan segera keluarin bayi itu."

***

Dua jam sudah Daren menunggu. Namun lampu ICU ini masih saja berwarna hijau. Dan itu artinya, proses caesar masih berjalan. Kondisi Daren kini sudah sangat memprihatinkan. Rambutnya berantakan, kancing kemejanya sudah terlepas dua dan ya ia seperti sudah kehabisan akalnya.

"Daren..."

Ucap seseorang yang berjalan mendekati Daren yang tengah jongkok disamping bangku tunggu didepan ICU.

"Bunda..."

'Puk...'

Daren sudah berhamburan dipelukan sang bunda tercintanya. Daren menangis sejadi-jadinya. Tak peduli lagi bahwa Daren itu adalah laki-laki. Menurutnya laki-laki boleh menangis jika ia sudah lelah menahan rasa sakit yang amat mendalam.

Bundanya datang bersama kakaknya Alessha dan mama Naya.

Bunda Daren langsung membalas pelukan anak keduanya itu. Tangannya mengelus punggung, Daren. Bertujuan agar Daren tenang. "Sstt... Anak bunda gak boleh nangis! Kamu kuat nak."

"Gak! Ini semua salah Daren. Daren yang lalai jaga Naya. Harusnya tadi Daren gak berangkat kekantor disaat Naya lagi hamil. Arghhhh" Daren melepaskan pelukannya. Ia menjerit sekeras-kerasnya. Ia tak tau harus apa. Tuhan... Jika ia bis mengggantikan posisi Naya saat ini juga Daren bersedia. Daren mau rasa sakit yang dirasakan Daren ia rasakan juga. 

'Ceklek...'

Pintu ICU kini terbuka, lampu yang tadinya berwarna hijau sekarang sudah berubah menjadi merah. Itu artinya operasi Naya sudah selasai dilakukan.

Suster keluar membawa bayi Naya dan juga Daren. Suster itu membawa bayi itu kepada Daren untuk menunjukan bayinya telah terlahir kedunia. Bayinya sudah dilapisi oleh bedongan. Ya! Bayinya sudah rapi.

"Pak ini anaknya sudah lahir." ucap suster lalu memberikan anaknya kedalam gendongan Daren.

"Bun..."

Daren sampai sekarang tak menyangka jika dirinya sudah menjadi seorang ayah. Daren menggendong anaknya dengan kasih sayang. Tapi detik kemudian ia langsung teringat dengan keadaan Naya.

"Der..."

Ucap sang dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU. Ya! Dia adalah dr. Rizki

"Ki gimana keadaan istri gue?" Bayinya sudah berada ditangan mama Naya. Daren menanyakan kondisi Naya dengan nada yang sangat khawatir.

"Istri lu koma." Dengan berat hati dr. Rizki mengatakan hal itu.

"Apa... gak...gak mungkin... Arghhh"
Ucapnya melemah Daren bagaikan seperti orang yang tak bernyawa. Pasalnya tulang rusuknya sekarang sedang koma. Dan ini semua gara-gara KENARA! Daren berjanji ia akan membalas semua perbuatan Kenara.

REGRET [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang