Chapter Two

18.1K 612 3
                                        

Aldo mengernyitkan dahi-nya. Ia melihat perempuan yang ada dihadapannya ini. Ada apa dengan gadis itu? Bukankah tadi ia senang kalau Aldo membawanya ke-Dufan. Tapi mengapa sekarang ia menangis?

"Hei, kamu kenapa?" Ucap Aldo sambil mengusap air mata Naya.

"Aku gapapa kok. Kita ke rumah hantu yuk Do?" Ajak Naya yang berusaha mengalihkan pembicaraan. Ya! Ia, menangis karena melihat suaminya, Daren sedang berdua dengan seorang wanita. Dan mereka menunjukan gaya mesra mereka. Dimana Daren merangkul pinggang ramping sang wanita yang tak ia ketahui adalah istri pertamanya, Kenara!

Aldo heran mengapa Naya menangis? Dan kini malah ia mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya ada apa?

"Cerita, sama aku. Kamu, kenapa nangis tadi? " ucap Aldo yang kini menangkup wajah cantik Naya dengan kedua tangan-nya. Ya! Keduanya sibuk dengan satu titik yaitu, mata hazel-nya! Dan terjadilah tatap menatap diantara mereka.

Sementara, diujung sana seorang pria tengah mengepalkan tangannya seperti sarung tinju. Rahangnya mengeras, wajah tampannya memerah dan tumbuh dua tanduk dikepalanya bak seekor banteng yang ingin menyeruduk sehelai kain merah.

"Kamu kenapa sayang?" Ucap sang wanita yang berada disamping pria tersebut. Dengan, posisi tangannya yang mengelus wajah tampan milik suaminya.

Entah mengapa kini Daren merasakan dadanya sangat sesak saat menyaksikan Naya bertatapan bersama Aldo. "Gapapa udah yuk kita pergi dari sini, aku ga betah disini! "

"Lho, tapikan---"

Belum sempat Kenara itu berucap Daren langsung pergi dari tempat itu. Kenapa si Daren aneh? Itulah yang ada dibenak Kenara saat ini.

' Hap.. '

Ya! Kenara tahu. Apa alasan suaminya meninggalkan tempat ini dan dirinya. Ternyata disana terdapat dua insan yang sedang bertatapan. Itu adalah Naya istri kedua Daren. "Oh, jadi ini alasannya. Tunggu pembalasan gue BANGKE KAMPUNG!" Gumam Kenara yang langsung berlalu mengejar Daren.

Kita beralih pada Naya. Kini mereka masih bertatap-menatap satu sama lain. Entah, mengapa ada rasa nyaman diantara keduanya. Namun detik kemudian merekapun tersadar. Keduanya melempar pandangan kearah yang berbeda.

"Mm.. Do, kita naik Hysteria. Yok !" ajak Naya yang kini sudah mencairkan suasana.

"Yakin? Bukannya kamu dari dulu takut, sama ketinggian." ucap Aldo yang kini meledek.

"Mm.. Yaudah, kita naek komedi putar aja. Yuk !" Belum sempat Aldo menjawab Naya sudah menarik lengan Aldo terlebih dahulu.

***

Detik yang sama, menit yang sama, jam yang sama, tanggal yang sama, bulan yang sama dan tahun yang sama. Sepasang suami istri ini sedang duduk santai didekat wahana rumah kaca. "Sayang, kamu kenapa sih?! Perasaan tadi kamu have fun aja." Ucap Kenara dengan manja kepada Daren.

"Gapapa." Itulah jawaban yang terlontar dari bibir sexy Daren. Ia menanggapi ocehan Kenara dengan singkat, padat dan jelas. Kenara yang mendengar jawaban Daren sungguh geram. Mengapa Daren bersikap ini padanya? Padahal, jauh dari sebelumnya Daren bersikap manis dan penurut. Seperti seekor Anjing yang nurut akan perintah majikannya!

"Ishh, kamu kenapa sih. Kok tiba-tiba bersikap dingin sama aku?" Ucap Kenara yang kini sudah mulai kesal dengan kelakuan Daren. Sungguh, jika ada tombak ia akan menancapkannya kepada Daren. Pria itu sungguh, menyebalkan. Hei?! Siapa yang lebih menyebalkan? Kenara ataukah Daren? Disini Daren berasa seperti wayang yang diatur oleh dalangnya.

"Udah aku bilangkan? AKU, GAPAPA! " ucap Daren yang sudah kebawa dalam zona kemarahannya. Ia menekankan semua kata yang ada diakhir ucapannya.

Tes

Air mata Kenara terjun bebas membasahi wajah cantiknya. "Hiks.. Kamu tega bentak aku Der? Baru kali ini aku dibentak sama kamu? " ucap Kenara sambil memasang muka melasnya.

"Sstt.. Cup cup cup. Maaf. Aku tadi kebawa emosi." ucap Daren yang langsung membawa tubuh Kenara kedalam dekapannya. Kini, tangan Daren mengelus-elus puncak Kenara yang bertujuan agar Kenara tenang.

Tak taukah Daren. Bahwa, kenara telah menampakkan senyum liciknya saat ini?

'Awas! Lo BANGKE gue ga akan pernah nyerahin Daren sama siapapun! Termasuk, elo. GA AKAN PERNAH' batin Kenara dengan penuh kebencian.

***

19.00 WIB

Kini Naya dan Daren sudah berada dirumah mereka berdua. Keheningan sudah melanda sepasang suami istri ini. Posisi mereka saat ini adalah Daren duduk disofa dan Naya berdiri dekat sofa Daren duduk.

"Ngapain lo disitu?" tanya Daren dengan nada ketus. Ia masih kesal dengan kejadian tadi. Saat Naya bertatapan dengan orang yang Daren ketahui adalah mantannya, Aldo.

"Mm.. Kamu tadi dari mana aja?" pertanyaan yang dilontarkan dari bibir tipis Naya membuat jantung Daren seakan berhenti berdetak.

"Y.. Ya, aku kerjalah. Masih nanya! Ada juga, kamu tuh yang dari mana?! Katanya, pergi sama temen. Tapi apa?! Malah pergi sama mantan kamu! " sindir Daren kepada Naya. Sungguh ia kesal. Mengapa istrinya tidak jujur atau jangan-jangan mereka menjalin hubungan dibelakang Daren. Cukup. Pikiran Daren terlalu jauh saat ini.

"Ya. Emang sama temen. Aku sama Aldo itu udah ga ada hubungan apa-apa lagi! Jadi, wajar dong kalo aku sama dia cuman sebatas teman!" ucap Naya dengan nada yang sudah terpancing emosi dengan Daren. Dia muak dengan sindirian Daren yang seperti ingin dicekik saat itu juga.

"Oh ya... Sayangnya, aku GA PERCAYA!" ucap Daren dengan penuh penekanan.

"Udah, ga usah boong deh. Aku tau kamu sama dia ke-Dufan kan? Terus tatap-tatapan!" ucap Daren yang kini bangkit dari duduknya.

"Iya, aku emang ke-Dufan. Dan, tadi aku juga liat kamu lagi mesra-mesraan sama cewe cantik! Pake segala rangkul pinggang lagi. JANGAN PIKIR AKU GA TAU DER. AKU TAU KAMU BOONG SAMA AKU! KATANYA ADA MEETING TAPI MALAH JALAN SAMA CEWE!" amarah Naya kini sudah meledak. Ia sudah kehabisan kesabaran. Cobaan apa lagi ini Tuhan? Padahal, diawal rumah tangganya ia baik-baik saja. Namun saat ini, sudah seperti atau malah akan diujung tanduk.

Daren langsung bungkam. Mengapa, Naya bisa tau? Apa jangan-jangan Naya melihat dirinya bersama Kenara?

"Kenapa? Kaget ya? Aku tau? Hah?! " ucap Naya yang seperti menantang jawaban Daren.

PLAK

Tamparan keras yang berasal dari tangan Daren kini mendarat dipipi mulus Naya.

Seakan tak percaya Daren menamparnya. Kini Naya hanya diam. "Ka.. Kamu" lirih Naya yang menahan tangisnya.

"Kenapa? Ga, percaya gue nampar lo? Heh, denger ya! Gue paling ANTI dibentak-bentak. Apalagi, sama lo! BANGKE KAMPUNG!"

"Aku ga nyangka ya. Kamu bisa sekasar ini." ucap Naya lemas. Kini semua sudah terkuras yang ia lakukan saat ini adalah Menangis.

"Terus?! Mau lo apa hah?! Oh, gua tau lo mau dihukum diranjang kan?! Ayok!" ucap Daren sambil menarik kasar lengan Naya.

"Hikss... Aku mohon jangan" ucapnya sambil terisak.

"GA, ADA BANTAHAN!" Daren terus menyeret tangan Naya.

"Huekkk..."

To be Continue...

Repost:
Jum'at, 16 November 2018.

REGRET [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang