Chapter Nineteen.

7.8K 271 2
                                    

"E..ada kok. Yaudah, masuk yuk." Ajak Naya yang menyuruh Shelin agar masuk kedalam rumahnya.

"Ada siap— Shelin.."

Ucap Daren yang tiba-tiba datang dan langsung memeluk Shelin. Tunggu, sepertinya Daren merasakan ada hal yang aneh pada diri Shelin. Tapi apa ya? Aha! Dia tahu. Shelin tambah gemuk saat ini.

"Kemana aja lo? Tiba-tiba udah gendut aja." Tanya Daren kepada Shelin.

"Oiya, kenalin ini istri gue Naya." Sambil memperkenalkan Naya kepada Shelin.

"Yaelah, gue udah kenal kali. Dia temen SMP gue."

"Oh ya?..." Perasaan Naya belum pernah cerita tentang Shelin kepada dirinya.

"Iya, baal. Shelin ini temen SMP aku."

"Oooo... Kebetulan, Shelin ini sepupu aku. Dia baru pulang dari Amerika."

Naya bernafas lega. Akhirnya yang difikirkan Naya tentang Shelin dari tadi salah. Ternyata Shelin adalah sepupunya Daren yang baru saja pulang dari Amerika. Kini Naya tersenyum malu akibat dugaannya salah.

Daren sebenarnya tahu jika Naya curiga dengan dirinya dan juga Shelin. Daren tersenyum senang melihat ekspresi Naya yang kini sedang menahan malunya.

Ternyata selama Naya menikah dengan Daren ia belum mengetahui bahwa sodara Daren ada yang bernama Shelin. Mengapa? Karna Shelin, melanjutkan kuliahnya di Amerika bersama dengan Tiara. Namun Tiara, sudah mendapatkan wisuda terlebih dahulu dibandingkan dengan Shelin. Ya! Tiara dan Shelin memang lebih tua Tiara. Walaupun hanya beberapa bulan saja.

"Oh iya, Der. Lu kagak nawarin minum, gitu sama sodara lu yang cantik ini." Ucap Shelin dengan nada songongnya. Shelin dan Daren memang sangat akrab sekali. Bahkan waktu mereka kecil sering mandi bersama. Jadi ya seperti ini, keduanya sudah sangat mengenal watak satu sama lain.

"Yeeee.... Orang mah kalo bertamu yang sopan." Sewot Daren seraya mendelikan matanya. Jelas saja! Ia kesal. Bagaimana tidak? Shelin berkata seperti itu, seakan-akan Daren adalah babu dirumah ini. Lagi pula mana ada sih, babu tampan seperti dia.

"Udah-udah, jangan ribut. Biar aku aja yang buat minumnya. Der jagain Zefan ya!" Ucap Naya dengan tegas. Akhirnya Naya pun berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman. Zefan? Ia sudah tidur digendongan Daren.

"Shel. Badan lu, kok gemukan sih?" Tanya Daren. Ya! Dia heran, perasaan Shelin itu kurus bagaikan lidi. Tapi mengapa ia sekarang agak gemuk?.

Deg.

Perasaan Shelin kini tak menentu. Ia bingung harus menjawab apa. Tangannya meremas bajunya hingga kusut. Otaknya mencari cara untuk menjawab pertanyaan Daren.

"E...e... Iya...ya..yakan gue..selama tinggal diAmrik gue makannya keju terus." Ucap Shelin dengan nada terbata-bata. Shelin terpaksa harus membohongi Daren, dikarenakan ia tak mau mengatakan hal yang sejujurnya untuk saat ini. Cukup mama, dirinya dan Tuhanlah yang tahu.

"Ooo... Gitu." Daren hanya memanggut-manggutkan kepalanya, mempercayai omongan Shelin yang tadi.

"Hai... Ini dia minumannya, udah jadi." Ucap Naya yang tiba-tiba datang membawa nampan yang berisi segelas jus jeruk. What? Hanya satu gelas saja? Lalu, untuk Daren mana? Naya memang istri yang tidak pengertian.

"Lho, buat aku mana?"

"Gak ada."

"Ish, kamu mah. Gak ngertiin. Suami lagi haus, juga." Ketus Daren seraya menampakan wajah kesalnya.

"Kalo mau buat aja sendiri."

Daren hanya bisa diam mengalah, untuk sang istri. Ia tahu betul sifat Naya seperti apa. Semakin terus disalahkan semakin banyak bacorannya yang keluar.

REGRET [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang