Chapter Seventeen.

9K 287 5
                                        

"Oke-oke. Yaudah masuk yuk. Bangunin Keyra sama dedeknya." Ucap Naya seraya tersenyum bahagia. Akhirnya Sandra perempuan perusak hubungan orang itu sudah tidak ada. Dia sudah dibawa ke rumah sakit jiwa.

"Dedek?" Daren heran, kenapa bayi itu disebut dedek? Apakah Naya belum memberinya nama?

"Hn. Iya, aku belum kasih nama buat dedek bayinya." Ucap Naya. Bodoh! Pasti Daren mengira Naya hanya sibuk memikirkan masalah rumah tangganya dengan Daren. Sampai-sampai, dedeknya saja belum ia beri nama.

"Kok, belum sih?" Ucap Daren heran. Ya! Mana ada sih yang tak heran jika anaknya sendiri belum diberi nama.
"Em.. Aku pengennya, kamu yang kasih nama." Naya menggigit bibir bawahnya. Kepalanya ia tundukan. Saat ini Naya bingung harus berbicara apa.

"Ooo... Yaudah, yuk. Ke dedek bayinya. Aku udah gak sabar, liat dedeknya." Ucap Daren sambil merangkul pundak Naya. Lalu mereka melangkahkan kakinya kedalam rumahnya.

***

Kini keduanya, sudah sampai dikamar Naya yang terdapat kedua anak mereka yaitu Keyra dan dedek bayinya yang sangat menggemaskan itu.

Mata keduanya melihat putra-putrinya yang sedang terjaga dari tidurnya. Wajahnya terlihat sangat damai ketika tidur. Daren dan Naya mendudukan bokongnya dipinggir ranjang. Senyum Naya dan Daren merekah seketika, saat melihat kedua anaknya itu.

"Dedeknya ganteng ya, kayak ayah." Ucap Daren sambil mengelus lembut pipi anak putranya itu. Daren sengaja mengelusnya lembut agar anak putranya itu tidak terusik dari alam mimpinya.

"Hihi... Kata siapa? Gantengan dedeknya, kali." Ledek Naya sambil terkekeh pelan.

Ucapan Naya tadi membuat Daren kesal. Sudah jelas kegantengan Daren itu, tiada duanya didunia. Buktinya saja Naya mau dengannya. Dengan muka sombongnya, Daren menggeserkan duduknya agar semakin dekat dengan Naya. "Masa sih. Kan dedeknya ganteng, karna ayahnya yang ganteng."

"Pedenya overdosis, deh. Udah ah. Sekarang kamu kasih nama buat anak kita." Ketus Naya. Entah mengapa Naya enggan sekali mengakui jika Daren memanglah tampan.

"Ada syaratnya." Daren memasangkan muka yang sangat sulit diartikan. Dan itu membuat Daren mengernyitkan alisnya.

Ada apa dengan bapak-bapak ini?

"Syarat? Apaan?"

"Cium aku."

Naya berdecak. Ia kesal sekali dengan Daren selalu saja mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Apaan sih! Gak mau ah."

"Yaudah kalo gak mau. Aku bakal cari cewe lain yang mau cium aku." Dengan sombong Daren berucap seperti itu.

Apa-apaan ini?

Baru saja, urusannya dengan Sandra tuntas. Dan kini Daren malah ingin membuat masalah baru.

Cih! Dasar pria tampan yang sok kegantenga.

"Eshh... Iya-iya. Tapi, gak sekarang. Tar malem aja!" Ketus Naya. Sedangkan Daren ia malah senyum dengan penuh kemenangan. Akhirnya setelah sekian lama tak merasakan tubuh Naya ia bisa merasakan kembali hangatnya tubuh Naya.

"Beneran? Kalo nanti malem dapet bonus dong." Alis Daren naik-turun seakan memberi kode Naya.

"DAAREEEEENNN..."

"HAHAHAHA."

***

Pukul 10 malam...

Kini Daren, Naya, Keyra dan Zefan. Ya! Daren sudah memberi nama untuk anak putranya itu. Yakni, Zefanno Kiano Dhakbar. Dan itu artinya dedek bayinya kini sudah memiliki sebuah nama.

REGRET [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang